Memiliki kemampuan bisa melihat dan berkomunikasi dengan makhluk gaib justru membuat kehidupanku berantakan. Banyak hal mistis yang mengikutiku bahkan sampai ke dalam urusan asmara. Terlebih lagi saat perjalanan hidupku bersinggungan dengan sebuah petilasan keramat yang bernama Sitinggil, jalinan cintaku dengan Anggit semakin mustahil. Nini Diwut sosok perempuan renta penghuni Sitinggil seakan tak rela melihat aku bahagia. Selalu ada saja yang ia perbuat supaya aku dan Anggit tidak bisa saling dekat.

Betapa tidak! Semenjak Anggit dekat denganku, kesialan demi kesialan selalu menghantui. Setiap niat baik yang ingin kulakukan untuk Anggit sebagai wujud rasa sayangku padanya, justru menjelma sebagai petaka yang membuat Anggit nyaris celaka. Dan lebih celakanya lagi, orang-orang sekitarku sampai ada yang menganggapku sinting karena melihatku bicara sendiri. Padahal aku kan sedang bicara dengan teman gaibku.

Namun siapa sangka, Anggit lah yang justru bisa menuntunku ke jalan kebenaran. Anggit dengan telaten menyuruhku melaksanakan perintah agama baik sholat maupun membaca kitab suci. Hasilnya, sungguh luar biasa. Makhluk kegelapan yang biasa ada di sekitarku pada meraung kesakitan. Mereka merasa terbakar dengan hebat. Sehingga semakin dekat aku dengan Anggit, setan-setan itu justru merasa semakin sakit.

Dari rasa cintaku pada Anggit, yang membuatku sadar arti penting ajaran taukhid perlahan tapi pasti membuat kekuatan gaib di area petilasan keramat mulai pudar. Makhluk-makhluk kegelapan juga mulai pada minggat karena merasa aku telah membakar neraka sebagai tempat tinggal mereka. Hanya sayang, bersamaan dengan musnahnya kekuatan gaib di petilasan keramat, berakhir juga kisah cintaku dengan Anggit. Gadis yang kucintai itu pindah sekolah mengikuti ayahnya yang pindah tugas ke lain kota.

Hatiku kembali hampa dan tersiksa. Sisa-sisa kekuatan gaib kembali datang menggoda di tengah kesepian dan kesedihan yang mulai kembali menyapa. Haruskah aku kembali menyambut alam kegelapan yang coba menyapaku lagi? Hatiku bimbang.
Ingin rasanya aku ceritakan masalah ini pada seseorang, tapi aku tak sanggup. Hanya pada sebuah buku diary usang aku tuliskan kisah kelam yang semakin membuatku gamang.