My Diary ….
Kau tahu betapa sakitnya hatiku kali ini. Tiada angin dan tiada hujan tiba-tiba empat orang perangkat desa dikawal seorang hansip datang ke rumahku. Iya kalau kedatangan mereka itu untuk memberi bantuan dana atau sembako, enggak apa-apa. Lha ini, mereka datang dengan membawa tuduhan atas hilangnya seekor kambing milik Pak RT.
Benar-benar keterlaluan kan, my Diary! Masa aku yang tak seberapa cakep ini dituduh maling kambing yang hilang dari kandang tadi malam. Padahal tadi malam ya aku gantikan jatah jaga malam bapak di pos ronda. Aku baru pulang saat adzan Subuh berkumandang. Makanya jelas saja aku menolak mentah-mentah semua tuduhan itu.
Tapi ya ampun, my Diary! Aku dibuat tak berdaya dengan barang bukti yang Pak Lurah tunjukkan. Betapa tidak! Sebuah jaket hitam dengan hiasan border tulisan FALS di bagian punggungnya membuatku mendadak pucat pasi. Karena semua orang pada tahu kalau hanya aku yang sering memakai jaket seperti itu di kampung ini.
Duh, aku mati kutu. Apes bener nasibku. Selain selalu gagal untuk mendapatkan cinta dari Anggit, ternyata aku juga dikelilingi beragam persalahan yang menyiksa hati. Dituduh maling tentu bukan suatu hal kecil yang bisa dianggap enteng. Nama baik dan harga diri jadi taruhannya.
Untuk itu, aku pun ngotot kalau jaket yang mereka temukan di kandang milik Pak RT itu bukanlah milikku. Maka aku suruh mereka menunggu sebentar agar aku punya kesempatan untuk menunjukkan jaketku yang tersimpan rapi di lemari. Dengan keyakinan penuh, aku masuk kamar guna mengambil jaket untuk menyangkal tuduhan yang tanpa bukti.
Tapi my Diary, seluruh persendianku langsung terasa lemas setelah aku tak berhasil menemukan jaket itu di antara tumpukan bajuku. Lalu ke mana menghilangnya jaketku itu? Untuk beberapa saat aku hanya bisa terduduk lemas di tepi ranjang sambil mengacak-acak rambutku sendiri. Aku ingat betul, jaket itu terakhir kupakai sekitar seminggu yang lalu. Setelah itu jaket sudah aku cuci kembali. Tapi kok tadi sewaktu kucari sudah tidak ada?
Oh, my Diary! Serasa sesak dadaku jadinya. Tak sanggup aku membayangkan apa kata Anggit nantinya saat dia tahu tentang semua ini. Oh, tidak my Diary! Tidak! Aku tidak mau hal itu sampai terjadi. Aku harus bisa menemukan pelaku pencurian yang sebenarnya demi untuk membersihkan nama baikku dan keluarga.
Dan untungnya my Diary, Pak Lurah tadi masih berkenan memberi aku waktu untuk membuktikan ketidakterlibatanku dalam masalah ini. Karena itu my Diary, nanti malam aku akan mencari tahu dari teman-teman gaibku tentang semua ini.
***
My Diary ….
Adalah suatu kebetulan, tadi sebelum aku sempat mengadakan ritual penerangan dengan meminta bantuan para makhluk gaib, sudah aku terima satu panggilan dari alam kegelapan agar aku datang ke cungkup selatan. Panggilan dari alam kegelapan itu sepertinya dari sosok pocong yang pernah aku aku tolong buat mengungkapkan kata hatinya pada kunti penunggu pohon nangka depan sekolah.
Untuk itu my Diary, sebelum Isya’ aku pun sudah bergegas ke sana. Aku gak mau telat. Sebelum berita tentang jaketku yang berada di THP pencurian kambing terdengar oleh Anggit, aku sudah harus berhasil menyelesaikan siapa pelaku sebenarnya.
***
Pukul 21.00.
My Diary … kali ini aku harus berterima kasih pada teman-teman gaibku yang telah menuntunku memecahkan misteri jaket itu. Tadi saat aku tiba di cungkup selatan, dengan diam-diam aku menghampiri dua cowok yang sedang berada di sana. Cowok itu ternyata Danar dan seorang temannya yang aku tidak kenal. Mungkin cowok kampung sebelah itu.
Dari percakapan mereka yang sudah aku vidiokan lewat ponsel, ternyata jaket itu sengaja dicuri dari jemuran rumahku oleh Danar. Lalu dengan memanfaatkan temannya, Danar menyuruh cowok kampung sebelah yang terkenal sebagai perman kampung tukang mabok, untuk mencuri kambing milik Pak RT dengan meninggalkan jaketku di kandang. Dengan begitu nantinya aku yang bakalan dipenjarakan. Semua itu dia lakukan agar aku tidak lagi jatuh bangun mendekati Anggit yang sudah jadi pacarnya.
Sumpah my Diary, aku sempat kaget juga tadi. Kok bisa-bisanya Danar punya rencana jahat seperti itu. Padahal tuh ya, Pak RT itu tidak lain adalah pamannya sendiri. Masa kambing milik paman sendiri malah dicuri. Pakai melibatkan jaketku segala pula! Reseh, banget itu cowok.
Tapi tenang my Diary, berbekal rekaman video ini besok di hadapan semua orang akan aku bongkar kejahatan ini. Kalau toh memang jaketku itu harus dibawa polisi sebagai barang bukti tak mengapa, yang penting namaku kembali bersih. Terutama di mata Anggit.
***
Di kantor Kelurahan pukul 08.30.
Dengan disaksikan oleh semua perangkat desa dan dua orang petugas kepolisian, tadi pagi aku beberkan semua kebenaran tentang jaketku yang tertinggal di TKP itu. Semula Danar sempat mengelak, dan tetap menuduh aku sebagai pelakunya. Namun setelah aku tunjukkan video hasil rekamanku di cungkup selatan tadi malam, seketika dia bungkam. Dengan wajah pucat dan tubuh gemetar ia mengakui perbuatannya di hadapan semua orang.
Tentu saja Pak RT selaku pamannya, tak dapat lagi menahan rasa kecewa dan amarah. Tangan lelaki gempal itu sudah sempat terangkat hendak menampar muka Danar. Untunglah seorang polisi berhasil mencegah.
Setelah melalui proses dialog yang cukup panjang, akhirnya aku sepakat kalau permasalahan ini tidak dilanjutkan ke meja hijau. Tapi cukup diselesaikan dengan cara kekeluargaan. Jaketku yang jadi barang bukti, dikembalikan. Dan sebagai hukuman Danar dan preman kampung itu harus menyapu jalanan kampung selama seminggu ke depan.
Tentu saja di dalam hati aku sorak-sorak bergembira. Dengan kejadian yang melibatkan jaketku itu, nantinya Anggit pasti akan tahu sendiri seberapa buruk kelakuan Danar di luar sekolah. Dan itu berarti akan terbuka kembali pintu kesempatan untuk kembali mengadakan pendekatan pada Anggit.
Karena itu my Diary, mulai besok aku akan selalu mengenakan jaket itu agar semua orang tahu cowok yang baik hati dan tidak sombong. Semoga pula Anggit segera mendengar tentang semua ini agar semakin cepat hatinya terbuka untuk menerima ungkapan hatiku yang selama ini tak dihiraukannya.
Eh … tapi tunggu dulu my Diary, sepertinya di sudut kamar ada satu sosok yang lagi memperhatikan kita. Pasti itu anak buah Nini Diwut yang hendak meminta bakaran dupa sebagai ucapan terima kasih atas bantuan mereka menguak misteri jaketku.
Ya sudah, my Diary! Aku akhiri curhatku sebelum sosok kunti di sudut kamar marah karena kelamaan menunggu aroma dupa dan kemenyan. Panggilan dari alam kegelapan harus kudahulukan.