Read More >>"> TANGAN TANGAN ASTRAL (SALAH SASARAN) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - TANGAN TANGAN ASTRAL
MENU
About Us  

My Diary ….

Kali ini perasaanku agak lega. Setelah berpikir keras akhirnya kudapatkan sebuah cara untuk mendapatkan Anggit tanpa melibatkan peran makhluk gaib. Aku akan tunjukkan pada dedemit Nini Diwut keparat itu bahwa bukan hanya dia yang punya japa mantra pengasihan alias pellet yang dahsyat. Aku juga bisa. Dari beberapa orang pintar yang pernah aku datangi, hanya dengan memanfaatkan celana dalam yang pernah dipakai orang yang diincar, dengan sedikit lelaku tirakat, sang pemilik celana dalam akan bertekuk lutut tanpa syarat.

Karena itu my Diary, seharian tadi aku telah melakukan pengintaian di sekitar rumah Anggit. Kebetulan hari ini bidadari pujaanku itu juga sedang banyak cucian. Hal itu memberiku kesempatan untuk mendapatkan apa yang aku inginkan.

Setelah bersembunyi di balik rimbun tumbuhan perdu hampir selama satu jam, kesempatan pun datang. Seluruh penghuni rumah Anggit pergi kondangan. Maka dengan bergaya ala detektif kelas wahid, aku mengendap-endap mendekati jemuran yang terletak di sisi kanan rumah Anggit yang mewah.

Dengan hati berdebar-debar aku celingak-celinguk untuk memastikan bahwa keadaan sudah benar-benar aman. Hmm, aku tersenyum, my Diary. Keadaan sudah benar-benar sepi. Maka aku pun segera beraksi.

Tapi my Diary … aku sempat kebingungan sebentar. Ternyata di jemuran itu terdapat empat celana dalam dengan warna yang berbeda-beda. Sedang ukurannya semua hampir sama. Duuh, aku jadi lupa mana celana dalam milik Anggit yang sebenarnya.

Tapi tenang my Diary, aku tipe orang yang tidak mudah menyerah. Setelah teringat warna tas serta kotak pensil milik Anggit yang semuanya merah muda, dengan penuh keyakinan kuambil sebuah celana dalam basah yang berwarna merah muda. Dengan senyum sumringah aku kantongi celana dalam itu, untuk kemudian segera berlalu dari samping rumah Anggit.

Asal kau tahu ya my Diary, sesuai persyaratan dari seorang dukun yang kupercaya, saat itu juga celana dalam curian aku bawa ke rumahnya lengkap dengan bunga tujuh rupa serta sebotol minyak wangi ukuran kecil.

Apa kau yakin kalau ini benar-benar celana dalam milik gadis yang kau incar? tanya mbah dukun tadi. Pertanyaan yang membuat aku sempat bingung. Sebab di rumah Anggit ada tiga perempuan yang ukuran tubuhnya hampir sama. Anggit, ibunya Anggit, dan satu lagi pembantunya. Oh, please deh Mbah dukun, jangan kau goyahkan keyakinanku yang semula sudah tak ragu.

Mendapat tatapan tajam dari Mbah dukun, aku buru-buru mengangguk dengan keyakinan yang sedikit aku paksakan. Selanjutnya Mbah dukun pun mulai bekerja.

My Diary, aku tahu saat ini pasti kau menuduhku jahat, egois, atau bahkan berengsek. Tapi mau bagaimana lagi, aku sudah teramat bosan menerima kalimat penolakan yang terus menerus aku dapatkan. Apa itu salah kalau sesekali aku juga ingin menang.

 Aku cowok normal, my Diary! Aku tak puas hanya bercumbu dengan bayang-bayang. Hati ini sudah terlalu lama berharap tanpa kepastian. Aku ingin mewujudkan mimpi yang selalu mengganggu tidurku setiap malam. Sambil membayangkan wajah Anggit yang sedang menatapku pasrah, aku lihat saja semua yang dilakukan Mbah dukun tanpa berkedip. Setelah beberapa saat membaca mantra, Mbah dukun memercikkan minyak wangi itu ke celana dalam sebanyak tiga kali.

Bawalah pulang. Dan malam ini letakkan celana dalam ini di bawah bantal yang kau pakai untuk tidur. Jangan lupa berdoa dengan kebulatan tekad bahwa kau sungguh-sungguh akan mencintai pemilik celana dalam ini. Paham! Suara Mbah dukun yang berat penuh penakanan mengagetkan aku dari kembara angan.

Aku hanya bisa mengangguk, my Diary! Kemudian pulang dengan langkah ringan. Besar harapanku semoga kali ini aku menang.

 

                                                                        ***

 

Pukul 23.30.

Maaf my Diary, terpaksa aku mengganggu waktu istirahatmu karena mataku tidak dapat terpejam. Bayang indah Anggit semakin mengancam setelah sedari jam sembilan tadi aku tidur di atas bantal yang di bawahnya terdapat celana dalam hasil curian. Tolong bantu aku my Diary, apa yang harus aku lakukan esok hari jika pelet celana dalam ini benar-benar terbukti keampuhannya.

My Diary, apa aku salah kalau aku menaruh harapan besar agar Anggit benar-benar jatuh dalam pelukanku. Aku sudah bosan dengan status jomblo ini, my Diary. Aku ingin seperti remaja-remaja lain yang setiap malam Minggu punya jadwal wakuncar. Ada yang perhatian, setiap saat tanya lagi apa, sudah makan belum, jangan lupa istirahat, ya. Jadi hidup biar berasa lebih berwarna. Enggak kelam melulu seperti hidupku selama ini. Masa setiap saat hanya berteman makhluk tak kasat mata.

Apalagi kalau yang nongol si nenek peyot, Nini Diwut. Rasanya dunia ini hanya berisi kecoak keriput. Tahu sendiri kan my Diary, kalau dia yang datang semua tempat jadi beraroma kemenyan. Tawanya yang cekikikan selalu bikin merinding. Lebih sebel lagi kalau dia muncul dengan menjelma sebagai orang-orang yang aku kenal. Oh, please deh! Seketika seisi perutku langsung jadi mual.

Andai saja aku mampu, ingin rasanya dia aku tangkap lalu kumasukkan ke dalam sebuah botol. Akan aku tutup rapat untuk kemudian aku larung ke pantai selatan. Biar ditangkap oleh Nyi Roro Kidul dan dijadikan budak tukang nguras jamban.

Tapi sayang ya my Diary, aku tak punya kekuatan yang sepadan. Aku hanya mampu melihat dan mengetahui keberadaannya tanpa bisa untuk menyentuh apalagi melukainya. Benar-benar menyebalkan!

                                                                        ***

 

My Diary ….

Aku bingung deh, kok pagi tadi sikap Anggit kepadaku masih biasa-biasa saja. Tidak ada yang berubah. Tetap cuek bahkan seakan menganggapku tidak pernah ada. Atau jangan-jangan peletku salah sasaran. Atau mungkin celana dalam yang kucolong kemarin itu keliru. Bukan celana dalam milik Anggit, tapi malah anggota keluarga lainnya. Setahuku di rumah Anggit yang berstatus perempuan itu ada neneknya, mamanya, pembantunya, dan juga kucing Persianya.

Oh, please deh! Jangan sampai hal itu terjadi. Kalau sampai peletku salah sasaran ke salah satu dari perempuan-perempuan lainnya itu, duh bisa gawat! Mau ditaruh mana mukaku ini, oh my Diary.

Jadi … please deh my Diary, tolong bantu aku dengan doa. Semoga pelet itu tidak salah sasaran. Semoga semua ini hanya karena belum waktunya pelet itu berpengaruh secara maksimal. Sepertinya aku harus lebih bersabar lagi.

Tapi my Diary, kenapa hatiku tetap dagdigdug dan was-was begini, ya. Sungguh my Diary, aku takut sekali jika firasatku itu akan jadi kenyataan. Bisa-bisa Nini Diwut akan mentertawakan ketololanku tujuh hari tujuh malam. Oh, please! Jangan biarkan hal buruk itu terjadi, my Diary. Lebih baik aku tetap jomblo daripada dianggap bodo.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags