My Diary ….
Tanpa sengaja saat aku membersihkan tumpukan buku yang mulai dimakan rayap, kutemukan kembali koleksi 4 buah patung batu dengan tinggi 20 cm yang dulu sengaja aku kumpulkan hanya sebatas kegemaran. Dan seingatku salah satu dari patung koleksiku itu merupakan pintu gerbang yang menunjukkan kelebihan penglihatan ini. Patung itu berbentuk manusia berkepala kuda dengan satu tanduk di kepalanya.
Meskipun capek dengan terpaksa aku cuci patung-patung itu sampai bersih dari debu. Tak lupa aku sabun tiga kali serta aku lumuri dengan pewangi pakaian untuk menghilangkan bau apek yang menyerang. Selesai aku cuci bersih, selanjutnya kulap dengan selembar kain bersih agar cepat kering.
Oya my Diary, patung-patung itu sebenarnya aku dapatkan secara tidak sengaja. Waktu itu aku masih kelas 4 Sekolah Dasar. Suatu hari saat pulang sekolah aku dan teman-teman satu kampung sengaja lewat jalan di depan petilasan keramat. Waktu itu di petilasan sedang dilakukan pemugaran.
Ya namanya saja anak kecil, rasa penasaran yang besar membuat aku dan ketiga temanku berhenti sejenak di petilasan. Makluk cuaca sangat panas. Terlebih jalan yang kami lalui itu membentang di tengah area persawahan. Oleh karena itu ketika tiba di dekat petilasan, angin bertiup sepoi-sepoi. Gerakan cabang dan ranting beringin yang rindang, menyebarkan hawa segar yang nikmat terasa. Kami pun berhenti dan duduk di tembok setinggi satu meter yang menjadi pembatas petilasan dengan jalan desa.
Saat sedang main-main itulah, aku melihat adanya sebuah patung yang tergeletak di antara gundukan tanah yang baru selesai digali. Naluri usilku pun kambuh. Patung itu aku ambil dan kumasukkan di dalam tas sekolah.
Eh ternyata, kedua temanku juga menemukan patung hanya dengan bentuk yang berbeda. Lantaran mau membawa pulang takut dimarahi orang tua, akhirnya mereka menitipkan patung temuannya itu kepadaku.
Jali, sebaiknya kau saja yang membawa pulang patung-patung ini. Rumahmu kan luas jadi banyak tempat untuk menyembunyikan semua patung ini, kata kedua temanku waktu itu. Tentu saja aku tidak bisa menolak, my Diary! Aku hanya bisa mengangguk kemudian memasukkan ketiga patung itu ke dalam tas sekolah yang berbentuk ransel.
Kau tahu my Diary … saat sudah sampai di rumah aku letakkan tas ranselku begitu saja di atas meja di kamarku. Panggilan dari emak memaksaku untuk segera berganti pakaian dan menikmati makan siang yang sudah disiapkan. Setelah itu aku bermain sebentar terus tidur siang.
Dalam tidur aku bermimpi didatangi seorang ratu bermahkota emas hijau yang sangat cantik jelita. Ratu rupawan itu mengusap-usap kepalaku sambil mengatakan agar aku menjaga baik-baik keempat patung itu. Aku kaget! Setengah sadar aku masih ingat kalau patung yang kubawa pulang berjumlah tiga, bukan empat. Tapi mengapa ratu cantik itu mengatakan berjumlah empat, ya!
Saat terbangun, aku sempat tertegun. Beberapa saat lamanya aku duduk diam di ranjang sambil menatap tas ransel yang masih tergeletak di meja. Serta merta ingatanku tertambat ke soal patung.
Tepat ketika ingatanku tertuju pada ketiga patung yang masih berada di dalam tas, tiba-tiba mataku melihat berkelebatnya beberapa sosok gaib di kamarku. Ada empat sosok gaib yang nampak berdiri mengitari mejaku. Serentak mereka berempat menatapku sambil tersenyum kemudian bersama-sama menunjuk tas ranselku.
Dan anehnya my Diary, walaupun keempat penampakan itu memiliki wajah yang cukup seram, tapi sedikit pun aku tidak merasakan ketakutan. Aku menatap mereka biasa saja, seperti sedang melihat manusia pada umumnya.
Simpan dan rawatlah, kami. Hanya kata itu yang mereka ucapkan kepadaku saat itu. Setelahnya mereka menghilang tanpa bekas. Hanya meninggalkan kepulan asap putih tipis yang dengan cepat memudar dan habis.
Tentu saja otak kecilku belum mampu mengeja apa arti semua itu. Yang ada dalam pikiranku hanyalah rasa senang karena telah mendapat permainan baru tanpa mengeluarkan uang. Lalu kurasakan adanya sebuah kekuatan tak terlihat yang menggerakkan tubuh kecilku untuk segera mengeluarkan dan menata ketiga patung di atas meja.
Aku pun berdiri di luar kesadaran. Dengan tatapan nanar aku bangkit dan turun dari ranjang. Perlahan kakiku bergerak melangkah menghampiri meja tempat tas ransel berada. Kemudian aku keluarkan ketiga patung itu dan aku jajar di atas meja.
Tapi … astaga! Setelah ketiga patung dalam tas aku keluarkan, ternyata masih ada yang tampak menonjol dari dalam tasku. Dan setelah aku rogoh keluar, … masih ada satu patung lagi yang bentuknya paling bagus dari patung sebelumnya. Tentu saja aku terheran-heran karenanya. Bagaimana bisa patung yang semula hanya berjumlah tiga, sekarang menjadi empat. Sama persis dengan jumlah yang disebutkan sosok ratu rupawan dalam mimpiku tadi. Hal itu membuatku terbengong-bengong sambil garuk-garuk kepala yang sebenarnya tidak gatal.
Bahkan saat hal itu aku ceritakan pada kedua temanku, mereka tidak ada yang percaya. Sebab ternyata patung yang satu itu tak terlihat oleh orang lain, termasuk kedua temanku itu. Termasuk bapak dan emak yang juga melihat bahwa patung itu hanya berjumlah tiga.
My Diary ….
Setelah 40 hari patung itu berdiri berjajar di meja belajarku, mulailah terjadi keganjilan-keganjilan yang tak masuk akal. Setiap malam Jumat, bapak dan emakku selalu mendengar adanya beberapa orang yang sedang bercakap-cakap membicarakan tentang hari pembalasan di akhir jaman. Pembicaraan itu jelas terdengar dari dalam kamarku. Namun ketika bapak dan emak memeriksa ke dalam, mereka tidak menemukan siapa-siapa selain aku yang sedang terlelap.
Semula bapak dan emak menyuruhku untuk membuang patung-patung ke sungai. Mereka takut terjadi apa-apa atas diriku. Tapi aku menolak permintaan itu. Aku justru meminta ijin untuk menyimpannya di dalam rak buku. Hanya sesekali keempat patung itu aku keluarkan untuk dibersihkan.
Dan setelah sekian lama patung itu tak tersentuh tanganku, baru tadi siang itu kembali aku keluarkan dan aku bersihkan. Setiap kali aku memegang koleksi patung itu, aku selalu merasakan adanya kekuatan besar yang mengitari patung koleksiku. Mata batinku juga terasa semakin tajam. Seiring dengan itu semakin banyak pula jenis-jenis makhluk kegelapan yang bisa aku lihat, bahkan bisa aku ajak berkomunikasi.
Tapi my Diary, jangan pernah bertanya patung koleksiku itu sebenarnya jelmaan siapa? Sebab sampai detik ini rahasia itu juga belum aku ketahui. Yang jelas selama koleksi patung itu masih berada di dekatku, kemampuanku untuk bisa melihat dan berkomunikasi dengan bangsa lelembut akan tetap terjaga.
Oleh sebab itu, my Diary! Secara diam-diam aku masih sering memandikan patung koleksiku itu dengan air rendaman kembang secara berkala agar jalinan komunikasi tetap terjaga.