Maaf ya my Diary ….
Kemarin aku lupa berkisah padamu meskipun sudah menyaksikan dengan kedua mataku sendiri saat Anggit berciuman dengan teman sebangkuku di pojokan perpustakaan sekolah, tapi entah mengapa aku masih saja kepikiran dan berharap tentangnya. Padahal nih ya, banyak kok sosok peri atau kunti yang lebih cantik darinya. Namun sedikit pun diri ini tidak pernah memiliki rasa tertarik pada mereka. Padahal juga nih ya bangsa demit itu tipe sosok-sosok yang setia loh. Hanya dengan modal secuil kemenyan, sebut nama mereka tiga kali, langsung deh mereka akan datang dengan senyum termanis.
Sekali lagi maaf ya my Diary ….
Siangnya sewaktu jam istirahat sekolah, mendadak Anggit mencariku ke kelas. Karuan saja hatiku langsung menyanyikan lagu Sorak-Sorak Bergembira. Aku kira Anggit mau mengajakku ke kantin untuk makan bakso berdua sambil mendengarkan lagu Kemesraan. Amboy … romantisnya! Tapi ternyata, harapan hanya tinggal harapan. Lagi-lagi sebutir pil pahit harus kutelan sampai leher ini terasa tercekik.
Di depan teman-teman satu kelas, tanpa kuduga Anggit justru menceritakan celana dalam pembantunya yang hilang dan dia menunjuk aku sebagai pelaku tunggalnya. Lebih edan lagi Anggit juga menceritakan kalau celana dalam itu aku curi hanya untuk mengguna-guna agar si pembantu itu jatuh cinta.
Ya, ampun! Tega nian Anggit mencoreng muka jelek ini di hadapan teman sekelas. Tapi tenang, my Diary! Sebagai cowok yang menggeluti dunia literasi sudah cukup lama, dengan mudah aku bisa mengarang sebuah cerita untuk membantahnya. Dengan bantuan satu iblis yang baik hati, aku susun sebuah pledoi pembelaan diri. Bahwa aku lakukan semua itu hanya untuk mengetes kemampuan mantra pengasihan dari seorang dukun yang baru buka praktek.
Tentu saja Anggit tidak langsung percaya begitu saja. Dia tetap ngotot jika aku memang sengaja mengguna-guna pembatunya itu. Ya ampuuun Angit, andai saja dia tahu kalau semua itu kulakukan demi rasa cintaku padamu, mungkin kau tidak akan tega menuduhku seperti itu.
Dan akibatnya my Diary, sungguh menyakitkan. Orang satu sekolahan jadi pada menuduhku aneh. Masa anak sekolah seleranya ART (Asisten Rumah Tangga). Dalam mimpi pun aku tak pernah berani membayangkannya. Sumpah demi langit dan bumi, lebih baik aku menjomblo sampai ke akhirat daripada pacaran sama pembantu dari rumah seseorang yang selalu kurindu. Oleh sebab itu my Diary, sehari kemarin aku tak berani keluar kelas. Aku tak sanggup menerima tatapan aneh dari seluruh orang yang sudah menganggapku berselera rendah.
Sungguh my Diary ….
Saat itu sebenarnya banyak maklhuk gaib penunggu tempat-tempat gelap di sekolah pada menatapku kasihan. Kalau saja aku mau, aku bisa perintahkan salah satu dari mereka untuk mencelakai Anggit atau orang-orang yang menatapku rendah. Aku yakin para makhluk halus itu tidak akan ada yang menolak jika aku memberi perintah.
Tapi semua itu tidak aku lakukan, my Diary! Meskipun aku berteman iblis yang baik hati, tetap saja aku tidak sampai hati untuk mencelakai seseorang yang telah mencuri hati ini. Terserah jika my diary mau menganggapku lemah atau rapuh payah. Dalam masalah cinta, aku memang makhluk manis berhati romantis yang tak mau berbuat sadis. Biarlah Anggit berulangkali membuatku menangis, aku akan tetap bertahan meski hati ini teriris secara sadis.
Selama berdiam diri di dalam kelas, teman-teman iblis yang baik hati pada datang mengajukan diri untuk membalas perlakuan Anggit. Kalau perlu, iblis yang baik hati itu sanggup mempermalukan Anggit di depan umum agar menderita rasa malu yang teramat sangat.
Tapi ya ampun my Diary … entah hatiku ini terbuat dari apa. Sebesar dan seberat apa pun Anggit berbuat salah, aku selalu sudah memaafkannya sebelum dia meminta. Lebih baik biar aku saja yang terluka daripada harus melihat bidadari pujaanku menitikkan air mata. Tak sanggup aku membayangkan andai genderuwo penunggu pohon melinjo di depan kantin sampai campur tangan. Dia ini merupakan sosok paling jahil dari seluruh setan yang berkeliaran di sekolahan ini.
Pernah ada seorang guru baru yang sok-sokan tak percaya dengan hal-hal yang berbau gaib. Dengan seenaknya guru itu membuang sisa permen karet dari mulutnya ke batang pohon melinjo itu. Tahu-tahu saat dia bertugas menjadi Pembina upacara, pakain bawahnya yang semula sudah terkancing dengan benar bahkan memakai ikat pinggang melilit kencang, tahu-tahu melorot saat sedang berpidato sehingga terlihatlah pakaian dalamannya.
Karuan saja guru itu jadi bahan tertawaan orang satu sekolahan. Upacara dibubarkan sebelum waktunya. Guru itu dipanggil dan dapat omelan dari Kepala Sekolah. Keesokan harinya guru itu langsung minta pindah sekolahan.
Karena itu my Diary … aku tak mau melibatkan para makhluk gaib di dalam segala urusan. Terlebih untuk urusanku dengan Anggit. Tak apa aku dipermalukan. Malu adalah pangkal kesehatan, eh maksudnya pangkal keberanian. Berani malu itu hebat. Buktinya para pejabat yang korupsi tak pernah punya malu walau uang rakyat telah mereka embat. Mereka tetap tersenyum sambil say to hello pada kamera wartawan. Hebat, kan!
Nah my Diary, mengingat aku berteman iblis yang baik hati maka sebisa mungkin kulupakan kejadian itu. Hanya padamu my Diary, aku berani bercerita. Semoga tidak ada salah satu pengikut Nini Diwut yang mencuri baca tulisan ini. Takutnya mereka bakal berbuat semaunya tanpa seijin aku. Besar harapanku semoga Anggit menyadari dengan sendirinya atas kesalahan yang telah diperbuat. Siapa tahu, esok atau lusa nanti Anggit akan datang untuk meminta maaf.
Tapi ya ampun, my Diary! Aku lupa kalau gadis itu juga cukup besar kepala. Sikap egoisnya lebih dikedepankan daripada akal sehat. Akibatnya sampai hari ini perkataan maaf yang kuharap hanya tinggal isapan jempol belaka. Sampai detik ini, saat kutuliskan kisah ini, Anggit masih sering ngeghosting tentang celana dalam pembatunya yang kucuri untuk ilmu pengasihan.
Ya, ampun! Sungguh aku tak pernah menyangka kalau kejadiannya akan seruwet ini. Rasanya percuma aku berteman iblis yang baik hati, jika mengatasi masalah seperti ini saja aku tak menemukan solusi. Barangkali ada baiknya, malam Jumat besok aku melakukan ritual sesaji untuk sedikit membalaskan sakit hati.
Bantu aku dengan doamu, ya my Diary!