Sora memakan lollipopnya sambil menonton teman-teman kelasnya yang sudah bersama partner mereka keluar kelas. Anak-anak kelas yang tidak membawa kendaraan pribadi ke sekolah menumpang ke teman yang membawa kendaraan pribadi untuk menjenguk Anya yang sampai hari ini belum masuk sekolah.
"Jadi lo mau sama siapa, Ra?" tanya Yuan, ketua kelas.
"Sama gue aja!" tawar Juna.
"Gue aja lah, Ra," sahut Chiko.
"Dah, tuh lo milih sama siapa?" tanya Yuan.
"Sama dia." Tanpa menoleh Sora menunjuk Rai dengan jempolnya. Rai sedang membereskan bukunya.
Dahi Rai berkerut ketika ketiga teman kelasnya menatapnya. "Lo bareng Sora ke rumah Anya. Jangan turunin anak orang di tengah jalan, ya," jelas Yuan.
"Ya udah kalau gitu. Kita duluan," pamit Chiko.
"Lo ada sesuatu ya sama Rai?" tanya Juna berbisik pada Sora.
"Dia ada utang sama gue," jawab Sora sambil berbisik juga.
Juna terkekeh. "Oalah, hubungan kalian rentenir dan penghutang. Gue kira lebih spesial dari itu."
"Seperti?"
"Romeo dan Juliet?"
"Eyy!" Sora menepuk bahu Juna. "Itu mah lo sama Anya."
"Haha!" Juna tertawa sarkas.
"Gue tahu kali lo nunggak uang kas mulu biar didatangi Anya terus. Cara cepat menarik perhatian Anya."
"Kelihatan jelas banget?"
"Di mata gue sih kelihatan jelas, Jun. Pas Anya tumbang juga lo kalang kabut banget. Mana ikut nungguin dia di UKS."
Juna mengalihkan wajahnya yang memerah agar tak dapat di lihat Sora. "Dah, lo diem-diem aja."
"Oke."
"Gue cabut dulu deh. Cowok lo udah siap tuh." Juna pergi menyusul Chiko dan Yuan yang sudah jalan lebih dulu.
Interaksi Sora dan Juna tidak luput dari mata Rai. Ia juga dapat melihat Juna yang salah tingkah. Jangan bilang Sora menggoda cowok itu?!
Rai menghampiri Sora sepergian Juna. "Ayo berangkat."
Sora bangkit dari duduknya, kemudian mengambil lollipop dari saku seragamnya. Dikasihnya lolipop itu pada Rai. "Makan," ucap Sora.
Tanpa protes Rai langsung membuka bungkus lollipop itu dan melahapnya.
Mereka berjalan beriringan menuju parkiran sekolah. Sora menikmati bunyi renyah Rai mengunyah lollipop. Tak butuh waktu lama lollipop itu lenyap dari tangan Rai.
Rai membuang tusuk lollipop ke tempat sampah di koridor yang ia lewati. "Kenapa lo nggak bareng sama Chiko atau Juna?"
Sora mengedikkan bahunya. "Gue maunya bareng lo."
Sikap Sora yang seperti ini menurut Rai sangat berbahaya dan menjadi salah satu alasan kenapa ia harus menghindari Sora.
Tapi meskipun niat untuk menjauh dari Sora sudah tercetus dari lama tapi ia tidak banyak berusaha jadi ia masih selalu bersinggungan dengan cewek itu.
Setelah kerja kelompok mereka selesai kemarin Rai sempat mengukuhkan niatnya kembali menghindari sikap Sora.
Namun, di pagi tadi ketika ia masuk kelas Sora sudah menjamunya dengan roti bakar yang meskipun tampilannya biasa tapi rasanya memanjakan lidahnya. Lalu dengan mudah niat itu terlupakan.
Dan sekarang Sora memberikannya lollipop. Entah, dirinya ini lemah oleh makanan atau Sora.
Ia berharap ia lemah kepada makanan.
"Kenapa gue?"
"Gue udah sering bareng Chiko pas kumpul ekskul teater dan gue udah pernah satu kelas sama Juna di kelas sepuluh. Gue merasa cukup sulit mendekati lo, Rai. Jadi yah bisa dibilang gue memanfaatkan kesempatan yang ada."
Apalagi dulu lo kabur-kaburan pas sadar gue ada di sekitar gue. Udah macam virus gue di mata lo mah!
"Gue introvert," balas Rai.
"Ahh, maksud lo, gue menyedot energi lo gitu?"
"Bisa dibilang gitu."
"Alasan macam apa itu?" Sora berjinjit untuk mensejajarkan wajahnya dengan Rai yang lebih tinggi darinya. Satu alis Sora terangkat.
Rai menekan dahi Sora agar cewek itu berhenti berjinjit dan agar wajah mereka tidak terlalu dekat.
"Setidaknya gue nggak menganggap lo kuman."
Sora berdecak sebal. "Tapi dulu lo memperlakukan gue seperti itu."
"Ya, Sori."
"Awal gue tahu kita satu kelas gue udah buat rencana buat nerkam saking sebalnya gue sama lo!"
Rai bergidik dan sedikit memberi jarak antara dirinya dan Sora. Sedang Sora tertawa puas ketika melihat reaksi Rai. Seperti yang ia harapkan.
🍬🍬🍬
Anya sudah pulih dan katanya besok akan kembali masuk sekolah. Saat dijenguk teman-temannya tadi bendahara kelas itu sedang tidur dan dibangunkan ibundanya.
Rumah Anya ramai kedatangan mereka. Anya yang biasanya galak jadi bersahabat. Bahkan cewek itu menimpali candaan Juna, melupakan fakta Juna adalah salah seorang cowok di kelasnya yang jarang bayar kas.
Satu persatu mereka baru pulang ketika senja menyapa. Juna menjadi orang terakhir pulang.
Rai dan Sora pulang berboncengan tanpa saling berbicara. Salahkan helm Milo yang dipakai Sora, membuat Sora budek tiba-tiba.
Sora mengajak Rai mampir ke minimarket untuk belanja beberapa barang yang akan ia masak nanti malam dan esok hari. Rai ikut tanpa banyak bicara.
Sebagai ucapan terima kasih Sora membelikan Rai dua es krim dan dua dorayaki.
"Lo terlalu memanjakan gue hari ini, Ra."
"Ha?"
"Pagi tadi lo kasih gue roti bakar, tadi lo kasih lollipop, sekarang lo gue jajanin banyak gini. Lain kali gue traktir."
Tentu saja Rai merasa tidak enak. Walau kadang Sora bersikap menyebalkan ada sisi lain cewek itu yang baiknya kebangetan. Sekarang Rai sedang melihat sisi baik Sora.
Cewek di sampingnya ini juga bukan pendendam. Sora tidak mengungkit-ungkit ucapan nyelekitnya tempo hari. Kecuali sikapnya yang menganggap Sora kuman, Sora akan mengingatnya terus.
"Jadi hubungan kita ini apa sih, Rai? Lo mau ajak gue jalan?"
Rai menyemburkan es krim yang ia kunyah. Sora lega tidak ada di depan Rai.
Sora random saja bertanya seperti itu. Soalnya hubungan mereka itu absurd sekali menurutnya. Kadang akrab, meskipun sebenarnya dia yang sok akrab. Di bilang teman si Rai juga kayaknya ogah mengakui.
Mereka baru bisa interaksi wajar sejak satu kelas. Sebelum-sebelumnya jangan harap. Benar kata Juna ia dan Rai itu udah seperti ratenir dan penghutang, di kelas 10 ia sering kali mengejar-ngejar Rai hanya untuk mengajak cowok itu mengobrol tapi Rai selalu lari darinya.
Satu kelas pun tak jarang Rai masih menghindar darinya. Jangan lupakan cowok itu tidak mau satu kelompok dengannya.
"Hubungan kita, ya?" tanya Rai setelah menenangkan diri dari pertanyaan kejutan yang dilontarkan Sora.
Sora mengangguk. "Yup."
"Macan-macanan?"
Sora melongo menatap Rai. Ia tidak berekspektasi akan mendapat jawaban itu. Ia menduga Rai paling parah menjawab musuh bebuyutan, tapi ternyata macan-macanan. Hubungan macam itu?
"Ha? Sejak kapan ada hubungan antar manusia yang disebut macan-macanan?! Lo habis ikut nyemil kecubung sama si Alvin, ya?!"
"Alvin siapa?"
"Pemain keyboard di band gue. Kok lo salfok sih! Jadi macan-macanan itu hubungan macam apa?"
"Macan-macanan itu permainan kucing-kucingan yang sudah di upgrade, soalnya lebih ganas lagi. Milo pernah bilang ke gue kalau kita itu kayak kucing-kucingan, karena setiap lo deketin gue, gue langsung lari. Padahal macan-macanan lebih tepat. Kadang setiap lo mendekat selalu ada aja hal yang mengejutkan."
Sora tertawa mendengar perjelasan Rai, sampai-sampai perutnya sakit.
Jadi sebenarnya Rai udah sadar kalau gue berusaha deket sama dia! Hahaha, lucu banget dia malah menjauh. Seseram itukah gue! Hahah lucu sekali. Macan-macanan!
[ ]