Arinda mendapat sepucuk surat yang ditujukan kepadanya. Dengan hati-hati, Arinda menyobek pinggir amplop agar isi suratnya tidak ikut tersobek. Ia mulai mengeluarkan isi surat itu. Deg! Jantung Arinda berpacu cepat saat melihat isi amplopnya. Ada beberapa foto mesra suaminya dengan wanita yang belum pernah dia lihat sebelumnya. Arinda shock. Ia telah dikhianati oleh suaminya sendiri. Suami yang selama ini selalu bersikap romantis padanya. Suami yang ia percayai. Suami yang diidam-idamkan oleh publik. Air mata Arinda menetes. Dadanya terasa sesak. Keharmonisan keluarganya seakan hanya bunga pajangan di luar. Nyatanya di dalam hanyalah bangkai tikus.
Dengan tangan gemetar, Arinda membaca isi surat yang ditulis dengan ketikan komputer itu. Semakin ia membaca, semakin alisnya berkerut. Raut wajahnya semakin menunjukkan kecemasan, kemarahan sekaligus kesedihan. Arinda membolak-balik kertas surat dan amplopnya berharap dapat mengetahui identitas si pengirim surat. Namun nihil. Tidak ada identitas pengirim surat dalam kertas dan amplop putih itu. Pikirannya kembali pada isi surat itu.
"Apa kamu yakin kalau Kristal adalah anak kandungmu dengan suamimu dan bukannya anak kandung dari suamimu dengan wanita lain?"
Arinda teringat kejadian beberapa minggu yang lalu saat Kristal kecelakaan dan kehilangan banyak darah. Golongan darahnya tidak cocok dengan Kristal sedangkan golongan darah suaminya cocok dengan Kristal. Arinda yang waktu itu merasa cemas karena Kristal sedang sekarat sehingga tidak memikirkan masalah golongan darah. Ia hanya memikirkan keselamatan Kristal.
Keraguan mulai merasukinya hingga membuat dadanya terasa sesak. Jika anaknya ditukar, jelas ada kesempatan untuk melakukan hal itu karena tak lama setelah dilahirkan, anaknya harus diinapkan dalam ruang inkubator karena lahir prematur. Kondisi Arinda saat itu juga benar-benar lemah sehingga ia langsung tak sadarkan diri tak lama setelah melahirkan anaknya. Yang pasti, Arinda akan segera mencari tahu kebenarannya dengan melakukan tes DNA. Dengan cepat, Arinda membereskan surat itu lalu menyembunyikannya ke dalam tasnya.
==
Bu Melly menunjukkan video di ponselnya pada Viona. Ia sudah mengunggah video drama di acara pentas seni minggu lalu. Hasilnya, banyak orang menyukai videonya. Mereka semua memuji akting dan suara Viona. Belum lagi kecantikan Viona yang dimiripkan dengan Kristal.
“Banyak yang menyukai kamu, Vio. Kamu memang hebat!” ucap Bu Melly bersemangat. Viona tersenyum bahagia. Dia sampai melompat-lompat saking senangnya.
“Kabar baiknya lagi, ada pihak pencari bakat yang menyuruh kamu ikut audisinya. Mereka mau lihat kemampuanmu,” ucap Bu Melly lagi.
“Apa Vio bisa jadi artis dan penyanyi kayak Kristal?” tanya Viona agak ragu. Bu Melly tersenyum.
“Kamu pasti bisa, Vio. Ibu akan selalu mendukungmu. Kamu nggak usah ragu-ragu. Ibu akan atur semuanya agar kamu bisa ikut audisinya.” Mata Viona berbinar mendengarnya. Ia sudah tak sabar ingin menjadi artis sekaligus penyanyi seperti Kristal.
“Tapi kalau mama tahu, gimana? Apa mama akan mendukung Vio?” Viona lagi-lagi ragu. Bu Melly memegang kedua bahu Viona menenangkan.
“Nggak usah cemas, Vio. Biar bu Melly yang urus. Sementara ini, kamu rahasiakan soal ini dari mamamu. Jangan sampai mamamu tahu. Kita akan kasih kejutan ke mamamu waktu hari audisi.” Ucapan Bu Melly membuat Viona tersenyum. Dia sudah tak sabar ingin ikut audisi. Semoga dia bisa terpilih menjadi artis sekaligus penyanyi.
==
Rehan terkejut melihat foto-foto mesranya dengan Nayang berada di tangan istrinya. Ia memang mengaku bersalah karena sudah tergoda oleh Nayang. Ia sudah berselingkuh dengan wanita lain. Semuanya bermula saat acara reuni kampus. Rehan bertemu kembali dengan Nayang, mantan pacarnya saat kuliah. Ia baru mengetahui kalau Nayang sudah bercerai dengan suaminya. Mereka yang awalnya hanya mengobrol kemudian terlarut pada cinta masa lalu mereka.
Tidak bisa dipungkiri, Rehan masih memiliki sedikit perasaan pada Nayang. Dulu mereka putus karena pertentangan dari orang tua Rehan yang tidak setuju Rehan menikah dengan Nayang. Nayang memang pernah selingkuh dengan pria lain tapi itu karena Nayang membutuhkan uang. Dia memanfaatkan pria itu untuk menjadi ladang uang bagi Nayang karena Nayang malu pada Rehan. Saat itu, keluarga Nayang memang bangkrut. Nayang hidup kesulitan. Rehan yang ada di luar negeri tidak bisa membantu Nayang. Rehan memaklumi semua perbuatan Nayang setelah Nayang menjelaskan alasannya.
Rehan telah melakukan kesalahan fatal. Ia tahu itu. Nayang mengaku hamil dan meminta Rehan bertanggung jawab. Tentu saja Rehan tidak mau kehidupan rumah tangganya hancur. Bagaimanapun juga, Rehan masih mencintai istri dan kedua anaknya. Ia tidak mau kehilangan mereka. Terlebih lagi, ia tidak mau nama baiknya tercemar jika hal itu diketahui orang lain. Rehan bingung. Ia langsung memaksa Nayang menggugurkan kandungannya dan menyogok Nayang dengan sejumlah besar uang. Nayang marah tapi ia menagih uang itu. Rehan pikir, semuanya sudah beres. Rahasianya aman dan kehidupan rumah tangganya berjalan lancar. Namun ia salah. Bangkai busuk yang ditutupinya tercium juga oleh istrinya.
Arinda menanti ucapan Rehan sambil terus menatap Rehan dengan penuh kebencian. Ia sudah menyelidiki kebenaran foto-foto itu. Kata ahli, foto itu memang asli, bukan hasil editan atau manipulasi. Dan yang lebih parahnya, Arinda mendapati fakta lain tentang anaknya. Ia marah. Ia kecewa dan sedih sampai tidak tahu lagi harus berkata apa.
“Maaf. Aku hilang kendali tapi percayalah kalau hubunganku sama dia sudah berakhir. Dia nggak akan muncul lagi di kehidupan kita. Aku masih mencintaimu,” ucap Rehan, berharap ucapannya dapat membuat Arinda memaafkannya. Sayangnya, Arinda tidak mudah memaafkan suaminya yang sudah berkhianat. Terlebih lagi masalah tentang anaknya. Arinda membanting vas bunga yang tergeletak di meja dengan penuh kemarahan dan kesedihan yang sebelumnya tidak pernah ia rasakan.
==
Kristal dan Raymond baru saja pulang dari sekolah. Kristal sudah tidak sabar memberikan kabar gembira pada papi dan maminya tentang pembuatan album lagu keduanya nanti sore. Sedari tadi, senyum ceria Kristal menghiasi bibirnya. Raymond ikut tersenyum melihat Kristal yang terus tersenyum. Sepanjang perjalanan pulang, Kristal berbicara penuh semangat tentang album lagu yang akan dia nyanyikan nanti sore.
Setengah berlari, Kristal menuju ke dalam rumah. "Hati-hati, Kristal!" teriak Raymond yang baru saja turun dari mobil. Kristal tersenyum sambil memberi tanda pada Raymond untuk segera menyusulnya. Dengan cepat, Raymond menyusul Kristal yang sudah berdiri di depan pintu rumah. Raymond membuka pintu rumah lalu menggandeng tangan Kristal dengan rasa sayang.
Suara pecahan barang, membuat keduanya sama-sama terkejut. Belum lagi, suara teriakan penuh amarah dari maminya. Raymond memberi tanda pada Kristal agar tetap diam. Dengan langkah pelan, mereka berdua menuju ke asal suara.
“Teganya kamu menipuku selama ini. Sekarang, di mana anakku?” tanya Arinda dengan emosi. Rehan mengernyit bingung, tak mengerti maksud pertanyaan Arinda.
“Anakmu? Apa maksudmu?”
“Anak yang aku lahirkan, di mana dia sekarang? Di mana anakku?” tanya Arinda tak sabar.
“Aku nggak ngerti. Apa maksudmu?” tanya Rehan kebingungan. Reaksi Rehan membuat Arinda sadar bahwa Rehan tidak tahu hal itu.
Arinda melemparkan kertas hasil lab pada Rehan. “Kristal bukan anak kandungku. Dia anak kandungmu dengan selingkuhanmu. Kamu nggak tahu atau pura-pura nggak tahu demi memasukkan anak itu ke sini?” teriak Arinda. Kali ini ia menangis. Dadanya naik turun dipenuhi emosi. Tangannya mengepal penuh amarah.
Tangan Raymond yang tadinya menggandeng tangan Kristal, seketika langsung terlepas. Raut wajahnya berubah terkejut. Senyum tampannya lenyap. Kristal menatap wajah kakaknya dengan bingung. Namun yang ia tahu, itu bukanlah hal yang baik.
“Apa maksudnya, kak? Aku bukan anak kandung mami?" tanya Kristal bingung dan sedih. Ketakutan jelas terpancar dari matanya. Ia menatap Raymond menanti jawab. Raymond menaruh telunjuknya di depan bibirnya, memberi tanda pada Kristal untuk tetap diam. Ia masih ingin mencuri dengar pembicaraan kedua orang tuanya.
“Apa maksudmu? Kristal anak selingkuhanku? Bagaimana mungkin?" Rehan diliputi kebingungan. Jantungnya berdebar-debar. Takut dengan kenyataan itu. Nggak-nggak mungkin. Kristal nggak mungkin anak Nayang.
“Aku benar-benar nggak tahu. Aku bersumpah demi apa yang aku miliki. Aku nggak tahu apa-apa. Hasil tes lab itu pasti salah. Kristal pasti anak kandung kita berdua.” Rehan bersikeras tak mau menerima kenyataan pahit itu. Arinda menggeleng. Ia memukul lengan Rehan sambil menangis.
“Hasil tes lab nggak mungkin salah. Aku sudah mengulangnya beberapa kali di beberapa lab dan hasilnya sama. Kristal bukan anak kandungku tapi dia anak kandungmu.” Arinda menggoncang bahu Rehan. “Di mana anak kandungku? Aku mau bertemu dia,” ujar Arinda.
Rehan menggeleng-gelengkan kepalanya, masih tak percaya. Apa mungkin Nayang menukar anak kandung Arinda dengan anak kandung Nayang? Bagaimana mungkin?
“Kamu harus menemukan anakku. Cepat temukan dia sekarang juga,” ujar Arinda sambil menangis.
Rehan menjambak rambutnya frustasi. Dia benar-benar tidak tahu jika Kristal bukanlah anak kandungnya dengan Arinda melainkan anaknya dengan Nayang. Rehan benar-benar tidak menyangka dan masih tidak percaya.
“Aku pasti akan mencari anak kita. Aku akan menemukannya secepatnya. Kamu nggak perlu cemas. Aku janji,” ujar Rehan sambil berjalan menuju pintu. Dia akan menemui Nayang. Ia harus menuntut penjelasan dari Nayang. Ia yakin, ini semua ulah Nayang.
“Mi,” panggil Raymond yang membuat Rehan dan Arinda sama-sama terkejut. Mereka tidak menyangka, anaknya sudah pulang dan mencuri dengar pembicaraan penting mereka.
“Apa maksud kata-kata mami tadi? Apa Kristal memang bukan adik kandungku?” tanya Raymond bingung dan cemas. Arinda menghapus air matanya lalu menatap tajam ke arah Kristal yang berdiri di belakang Raymond.
“Kristal bukan anak kandung mami. Dia anak kandung papimu dengan wanita lain.” Jawaban Arinda membuat Raymond terkejut. Ia tak salah dengar. Kristal memang bukan adik kandungnya. Kristal adik tirinya. Raymond menoleh ke arah Rehan dengan wajah marah.
“Papi selingkuh?” Raymond seakan tak percaya pada pendengarannya. Ia benar-benar tak menyangka. Sosok papi yang selama ini ia kagumi, ternyata sudah mengkhianati mami tercintanya, termasuk dirinya juga.
“Maaf, Raymond. Maafkan aku, Arinda.” Permintaan maaf itu tak membuat Arinda dan Raymond bergeming. Mereka menatap tajam ke arah Rehan. Amarah, sedih dan kecewa bercampur menjadi satu.
“Mami marah sama Kristal?" lirih Kristal sedih, melihat Ibunya menatapnya tajam.
“Jangan panggil aku mami! Aku bukan mamimu. Aku nggak mau melihatmu lagi. Pergi!" Arinda mendorong Kristal dengan kasar. Raymond dan Rehan sama-sama terkejut. Mereka ingin menolong Kristal tapi kenyataan pahit tentang Kristal membuat keduanya sama-sama tak bergeming. Mereka masih shock.
Kristal menangis. "Apa salah Kristal, mi? Kalau Kristal salah, mami boleh marah tapi jangan suruh Kristal pergi.” Ucapan polos Kristal membuat Arinda merasa bersalah. Ia tahu, bukan Kristal yang bersalah tapi orang tua kandung Kristal yang bersalah. Namun melihat Kristal membuatnya melihat kenyataan pahit tentang anak itu. Belum lagi adanya perasaan bersalah pada anak kandungnya yang entah berada di mana.
Arinda merasa sudah menjadi Ibu yang gagal karena membesarkan anak orang lain dan mengabaikan anak kandungnya sendiri. Ia benar-benar merasa berdosa karena tidak tahu di mana keberadaan anak kandungnya sendiri. Ia bahkan tidak tahu apakah anaknya masih hidup atau tidak. Perasaan itu membuat Arinda semakin sedih.
“Jangan panggil aku mami lagi karena aku bukan mamimu!” Arinda menolak Kristal demi anak kandungnya. Ia meninggalkan Kristal yang masih shock dengan apa yang ia dengar. Rehan yang ikut melihatnya, merasa sangat bersalah pada Kristal. Namun mengingat bahwa Kristal adalah anak kandungnya dengan Arinda, membuat Rehan berusaha mengabaikan perasaan sayangnya pada Kristal.
“Papi,” lirih Kristal, meminta perhatian dari ayahnya. Rehan menatap Kristal sekilas pandang saja.
“Raymond, jaga mamimu. Papi pergi dulu,” ujar Rehan. Ia ingin menuntut jawaban dari Nayang. Ia harus menemukan anak kandungnya dengan Arinda.
==
Viona muncul di panggung mengejutkan Nayang yang duduk di bangku penonton. Yang lebih mengejutkannya lagi, Viona tampil dengan rambut panjang sehingga membuatnya tampak mirip seperti Kristal. Nayang bisa mendengar beberapa penonton memuji kecantikan Viona dan setuju bahwa Viona sangat mirip dengan Kristal. Bahkan salah satu juri ikut mengomentari kemiripan Viona dengan Kristal. Nayang mulai gugup. Tangannya mengepal penuh emosi.
Di panggung, Viona mulai bernyanyi. Suara indahnya berhasil membuat juri terpukau. Namun belum selesai dia bernyanyi, tangan Viona sudah ditarik oleh Nayang dengan sangat kasar. Semua yang hadir terkejut, termasuk Viona. Ia tidak menyangka Nayang akan sangat marah dan mengacaukan semuanya.
“Ayo pergi dari sini!” Nayang langsung melepas paksa rambut palsu yang dipakai Viona hingga rambut asli Viona ikut tertarik dan rontok. Viona mengaduh kesakitan. Cepat-cepat Bu Melly naik ke atas panggung. Dia langsung menghentikan aksi Nayang. Namun Nayang tak peduli. Dia tetap menyeret Viona turun dari panggung.
“Jangan halangi aku! Aku ada urusan penting dengan anakku!” ujarnya ketus.
“Mama, Vio belum selesai bermain drama. Vio harus ikut audisi!” teriak Viona meronta-ronta. Ucapan Viona tidak mempengaruhi Nayang. Viona tetap diseret ke luar oleh Nayang. Semua rencana Viona gagal. Ia tidak bisa ikut audisi entertainment padahal selangkah lagi ia merasa bisa menjadi artis cilik seperti Kristal.
Viona menangis. Ia bisa melihat beberapa orang mengabadikan kejadian memalukan ini di ponselnya. Mereka mengarahkan kamera ponsel ke arahnya. Semua berbisik-bisik sambil menatapnya. Viona merasa malu. Belum lagi, kepalanya yang berdenyut-denyut karena perlakuan kasar Nayang tadi. Rasa-rasanya, Vio ingin menghilang saja dari tempat ini.
==
Ponsel Nayang kembali berdering. Sudah puluhan kali Rehan menghubunginya tapi Nayang tidak menggubrisnya setelah tahu maksud Rehan menghubunginya. Ia gelisah. Tangannya sampai berkeringat dingin. Sialnya, dokter Herry masih tidak bisa ia hubungi. Nayang bingung harus berbuat apa. Sementara ini, Nayang tidak bisa pulang ke rumahnya karena takut Rehan menunggunya di sana. Bagaimana bisa Rehan tahu kenyataan yang sebenarnya? Apa dokter Herry yang memberitahunya? Bagaimana ini?
Nayang menatap Viona yang sedang memakan es krimnya. Pikiran jahat terlintas di benaknya. Ia harus menjauhkan Viona dari Rehan dan Arinda. Viona harus pergi jauh agar mereka tidak bisa menemukan Viona. Nayang juga harus menyuruh orang untuk menculik Kristal. Nayang tidak mau anak kandungnya menderita setelah Rehan dan Arinda tahu kenyataan sebenarnya tentang Kristal. Mereka pasti memperlakukan Kristal dengan buruk. Nayang tidak mau hal itu terjadi. Ia harus segera melakukan sesuatu. Untungnya Nayang masih punya uang simpanan yang walaupun jumlahnya tidak terlalu banyak tapi dia bisa menyuruh orang untuk menculik Kristal. Ia harus membawa anaknya pergi.
==
"Mama, jangan tinggalkan Vio di sini! Jangan buang Vio! Vio janji nggak akan ikut audisi lagi. Maafkan Vio, ma." Viona menangis sambil berusaha menahan tangan mamanya agar tidak pergi. Nayang berusaha menulikan telinganya dan memalingkan wajahnya agar tidak terpengaruh dengan tangisan Viona yang membuatnya ragu. Ia berusaha mengingat siapa orang tua kandung Viona. Fakta itulah yang membuat rasa kasihannya pada Viona lenyap. Nayang menghempaskan tangan Viona yang tadi menahan tangannya.
"Aku bukan mama kandungmu! Jangan panggil aku dengan sebutan itu lagi! Aku membencimu!" Setelah meneriakkan hal itu, Nayang berlari pergi tanpa menoleh ke belakang lagi. Setitik air mata jatuh menetes di pipinya. Dalam hatinya, Nayang berusaha menguatkan diri. Seperti anak kandungnya yang sudah menderita sejak tahu fakta sebenarnya, ia juga akan membuat hidup Viona menderita. Setidaknya, di panti asuhan ini, kemungkinan kecil, Viona dapat ditemukan oleh orang tua kandungnya yang sedang gencar mencarinya.
Viona yang berdiri di depan halaman panti asuhan, hanya bisa menangis tanpa berusaha mengejar Nayang. Matanya memandang Nayang dari kejauhan. Hatinya begitu sakit. Nayang telah membuangnya ke panti asuhan ini.
Apa benar Vio bukan anak kandung mama? Kenapa mama membenci Vio? Kenapa? Viona bertanya-tanya dalam hati sambil menangis.
==
Sudah tiga hari sejak pertengkaran Rehan dan Arinda, Kristal telah dicampakkan. Dia merasa seperti itu setelah Arinda menolak bertemu dan dekat-dekat dengannya. Bahkan Arinda lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah, sibuk mencari anak kandungnya yang hilang. Begitu pula dengan Rehan. Dia masih berusaha mencari keberadaan Nayang yang menjadi petunjuk keberadaan anak kandungnya bersama Arinda. Raymond sendiri sibuk membatalkan semua jadwal Kristal di dunia hiburan. Dia kasihan pada Kristal tapi tidak bisa berbuat banyak. Ia sendiri merasa terkejut dengan fakta yang terungkap. Ia ingin membantu mencari adik kandungnya tapi tidak bisa.
“Biarkan Kristal pergi tanpa pengawasan. Mungkin saja akan ada orang yang datang membawa Kristal.” Ucapan ayahnya membuat Raymond bingung. Diam-diam ia mengawasi Kristal. Kalau memang ada orang yang akan membawa Kristal pergi, bukankah seharusnya papanya mencegah hal itu terjadi? Apa papanya sengaja ingin Kristal pergi? Raymond yang masih berumur dua belas tahun bingung dengan semua kerumitan urusan orang dewasa ini.
Ternyata papanya memang benar. Sudah ada orang lain yang menjemput Kristal pulang dari sekolah. Raymond tidak tahu siapa orangnya. Yang pasti bukan supir pribadinya. Raymond sudah menanyakan hal itu pada satpam sekolahnya. Orang yang menjemput Kristal adalah seorang wanita yang memakai kacamata hitam dan topi. Kata satpam, wanita itu terlihat mirip seperti Arinda, ibunya. Mereka pikir Arindalah yang menjemput Kristal sehingga membiarkannya. Tentu saja mereka salah dan Raymond sudah memastikan sendiri kalau yang menjemput Kristal bukanlah mamanya.
===
"Kristal," lirih Nayang lalu memeluk Kristal dengan penuh kasih sayang. Setelah bertahun-tahun, akhirnya baru sekarang Nayang bisa memeluk putri kandungnya. Rasa haru bergejolak memenuhi hatinya. Kristal beringsut. Dia berusaha menolak pelukan wanita asing yang tadinya ia kira adalah Arinda, ibunya.
“Kristal mau pulang!” teriak Kristal. Ia takut menjadi korban penculikan lagi setelah sebelumnya ia pernah diculik oleh ibu pengidap gangguan jiwa.
“Kristal, ini mama kandungmu. Kamu harus ikut mama," ucap Nayang sambil menangis haru.
“Bukan! Tante bukan mama kandung Kristal. Kristal mau pergi dari sini!” teriak Kristal sambil mendorong Nayang dengan kesal.
"Aku mama kandungmu, Kristal. Aku mama kandungmu, bukan orang yang selama ini membesarkanmu itu," Kristal menggelengkan kepalanya, tidak percaya. Ia masih berpikir dan berharap bahwa wanita yang selama ini dipanggilnya mami memang benar-benar mami kandungnya.
"Nggak mungkin. Tante bohong!" teriak Kristal Ia tidak mau berrpisah dari keluarga yang selama ini diyakininya. Walaupun sikap keluarganya sudah berubah, Kristal tidak ingin pergi meninggalkan keluarganya. Ia masih berharap, semuanya akan kembali indah seperti dulu.
"Aku mama kandungmu, Kristal. Arinda bukan mama kandungmu. Sadarlah, Kristal. Dia jahat! Kita akan pergi jauh dari mereka!" ujar Nayang. Kristal menggeleng sambil menangis meronta-ronta.
"Sadarlah, mereka membencimu. Kamu bukan anak kandung Arinda.” Kristal menangis lagi. Walaupun dia masih kecil, ia bisa menyadari bahwa mami dan papinya tidak menyayanginya lagi seperti dulu.
"Maafkan mama, sayang. Ini semua memang salah mama. Maaf," ucap Nayang ikut menangis. "Apa yang mama lakukan, semua ini demi kamu, nak. Mama melakukan semua ini buat kamu," ucapnya lagi.
==
Aku sempet kaget, ternyata ada adegan drama.
Comment on chapter Bab 1 - Drama Malaikat Kecil -Tp bicara ttg anak² itu bikin nyesek.
Btw walau dia bukan anak kandung. Kalau udah jd ibu susu bukannya sama aj ky darah daging sendiri ya