Pencarian Rehan ke rumah Nayang, akhirnya membawa Rehan ke sekolah Viona. Ia langsung bertemu Melly yang menjadi wali kelas Viona dan menanyakan di mana Viona dan seperti apa Viona. Ia curiga, Viona adalah anak kandungnya dengan Arinda. Melly bingung tapi ia menunjukkan video Viona saat bermain drama. Rehan terkejut. Viona mirip dengan Kristal. Rehan semakin yakin bahwa Viona adalah anaknya.
“Di mana Viona sekarang?” tanya Rehan cemas. Melly mengusap dahinya dengan gusar. Ia bimbang apa harus memberitahu Rehan yang sebenarnya.
“Kalau boleh tahu, ada urusan apa Pak Rehan mencari Viona? Saya nggak bisa kasih tahu pada orang asing kalau___”
“Saya papanya,” sela Rehan cepat yang disambut keterkejutan Melly. Ia tidak menyangka, salah satu muridnya ternyata anak dari pengusaha kaya yang sangat terkenal. Otaknya mulai menghubung-hubungkan info yang ada. Pantas saja wajah Viona mirip dengan Kristal. Apa berarti Viona adalah anak perselingkuhan Rehan dengan Nayang?
“Di mana dia?” tanya Rehan lagi. Raut wajahnya jelas-jelas menunjukkan ketidaksabaran. Ia harus segera menemukan putri kandungnya.
“Kemarin Viona menelepon saya. Dia bilang, dia ada di panti asuhan Pelita Bunda Bandung. Dia menangis, menyuruh saya menjemput dia. Katanya, mamanya membuangnya di panti asuhan.” Rehan terkejut mendengar jawaban Melly. Ia mengepalkan tangannya marah. Nayang dengan kejamnya membuang Viona di panti asuhan yang jauh dari Jakarta agar Rehan tidak bisa menemukan anaknya.
“Jadi Viona masih ada di panti asuhan itu sekarang?” tanya Rehan lagi. Melly mengangguk. Dia belum bisa menjemput Viona karena lokasi Viona yang jauh. Melly tidak menyangka, Nayang akan menelantarkan Viona yang masih kecil. Apalagi di panti asuhan di luar kota. Bagaimana bisa ada ibu sekejam itu? Melly tak habis pikir. Untungnya Melly yang sudah curiga terhadap sikap Nayang, memaksa Viona menghafal nomor teleponnya jika Viona membutuhkan bantuannya.
“Saya belum sempat ke sana karena lokasinya di luar kota dan saya nggak bisa nyetir mobil,” ucap Melly merasa bersalah pada Viona. Rehan bangkit berdiri.
“Makasih infonya. Saya yang akan ke sana menjemputnya. Tolong rahasiakan hal ini dari siapapun,” ujar Rehan. Melly ikut bangkit berdiri.
“Saya akan ikut menjemput Viona. Saya mau lihat kondisinya,” ujar Melly yang memang mencemaskan Viona. Rehan setuju. Ia ingin mendengar cerita Melly tentang Viona selama perjalanan ke panti asuhan. Terlebih dulu Rehan menghubungi Arinda.
===
“Jadi Viona sebenarnya anak Pak Rehan dan Bu Arinda?” Melly terkejut tak menyangka. Ia pikir, Viona adalah anak haram Rehan dengan Nayang. Ternyata Viona dan Kristal ditukar saat di rumah sakit oleh Nayang. Rehan tidak menjelaskan soal perselingkuhannya dengan Nayang. Ia tidak akan mengungkapkan aibnya sendiri pada publik. Terlebih lagi aib itu akan menghancurkan Kristal yang masih kecil dan tak bersalah.
Rehan menghentikan mobilnya. Bersamaan dengan itu, Arinda langsung masuk ke dalam mobil Rehan tanpa banyak bicara. Rehan memperkenalkan Arinda dengan Melly. Melly makin gugup karena baru pertama kali ini dia berhadapan langsung dengan artis. Apalagi bisa semobil dengannya. Ia memperhatikan sosok Arinda yang tampak cantik walaupun matanya terlihat sembap karena habis menangis. Wajar saja Arinda menangis. Dia pasti sangat mencemaskan putrinya yang ditukar. Melly merasa kasihan.
“Pantas saja Viona pintar berakting dan menyanyi. Ternyata dia anak artis dan pengusaha hebat,” ucap Melly di sela-sela kegugupannya.
“Bisa ibu ceritakan bagaimana Viona di sekolah?” tanya Arinda. Melly mengangguk bersemangat. Dia langsung menceritakan sosok Viona dan perlakukan Nayang terhadap Viona termasuk kejadian di panggung saat audisi. Semua cerita itu membuat Rehan dan Arinda terkejut. Mereka merasa bersalah pada putri kandung mereka.
===
Viona masih menangis. Dia masih tidak percaya dengan kenyataan yang sebenarnya. Ia pikir, Nayang akan menjemputnya bersama gurunya tapi ternyata tidak. Nayang bukanlah ibu kandungnya. Arinda dan Rehan membawa Viona dari panti asuhan. Viona pernah melihat Rehan dan Arinda di televisi. Mereka terkenal. Yang Viona tahu, mereka adalah orang tua Kristal dan Arinda adalah seorang artis. Viona mencubit tangannya. Ia tidak sedang bermimpi. Semua ini nyata. Orang-orang terkenal ini adalah papa dan mama kandungnya, bukan Nayang.
“Biar aku yang membawa Viona,” ucap Arinda pada Rehan. Rehan ingin menolak tapi tatapan mata Arinda menunjukkan tidak ingin dibantah. Rehan juga merasa tidak sanggup bertemu Viona. Viona sengsara akibat perbuatannya. Sebagai ayah, Rehan merasa malu dan sangat bersalah pada Viona.
“Kita masih harus mengetes apa benar dia anak kandung kita,” ucap Rehan. Arinda tahu itu tapi dia yakin, Viona memang anak kandungnya.
“Aku akan mengurusnya. Aku pergi,” ucap Arinda lalu menggandeng tangan Viona. Arinda menaiki mobil jemputannya. Ia sudah memutuskan untuk bercerai dengan Rehan. Semua perbuatan Rehan tidak bisa dia maafkan. Karena Rehan, anak kandungnya menderita. Nayang, selingkuhan Rehan sudah menyiksa Viona. Arinda mengepalkan tangannya. Ia akan membalas perbuatan orang-orang yang sudah menyakiti putrinya.
“Bram, laporkan orang yang sudah menukar anakku. Orang itu harus mendapat hukumannya. Jangan sampai dia lolos begitu saja,” kata Arinda pada supir pribadi sekaligus asistennya.
“Baik, bu.”
==
"Jadi sebenarnya tante ini mama kandung Vio? Vio ketukar sama Kristal?" tanya Viona, memperjelas. Ia berusaha mencerna semua penjelasan Arinda.
"Iya, nak. Orang yang kamu kira mamamu sebenarnya bukan mamamu tapi mamanya Kristal. Dia jahat. Dialah yang sudah menukar kamu sama Kristal waktu di rumah sakit. Maaf karena mami baru tahu sekarang." Mendengar penjelasan itu, Viona menangis lagi.
"Pantesan mama jahat sama Vio. Dia lebih sayang Kristal dari pada Vio. Vio benci mama. Vio benci Kristal."
"Vio sayang, kamu nggak perlu sedih lagi. Sekarang, kamu punya mami yang sayang banget sama kamu. Mami nggak akan ninggalin kamu. Nggak akan ada yang nyakitin kamu lagi. Kamu panggil aku mami ya?"
"Mami," panggil Viona terharu. Arinda memeluk Viona lagi. Mereka sama-sama menangis haru.
“Kamu juga punya kakak laki-laki namanya Raymond,” ucap Arinda memperkenalkan Raymond yang sedari tadi berdiri di sebelah Arinda. Viona memperhatikan sosok Raymond. Raymond empat tahun lebih tua dari pada Viona. Dia tinggi dan tampan. Kulitnya putih. Ia mirip sekali dengan Arinda. Berbeda dengan Viona yang lebih mirip dengan Rehan.
“Viona, panggil aku Kak Raymond ya?” ucap Raymond lalu tersenyum. Viona lagi-lagi seperti bermimpi. Dalam sekejap, dia punya mami dan kakak laki-laki yang menyayanginya. Bagaimana dengan papinya? Viona tidak mau disebut anak haram lagi.
"Mami, apa Vio punya papi? Yang Vio tahu, Kristal punya papi." Pertanyaan Viona yang tidak disangka-sangka itu membuat Arinda diam kebingungan. Dia tidak tahu harus menjawab apa.
"Kata teman Vio kalau nggak punya papi berarti anak haram. Apa itu benar, mi?" Arinda cepat-cepat menggeleng.
"Nggak benar, sayang. Kamu bukan anak haram. Nggak semua anak haram nggak punya papi. Kamu punya papi kok," ujar Arinda. Ia tidak mau anaknya dibilang anak haram seperti dulu lagi.
"Vio punya papi? Di mana papinya Vio? Kenapa nggak ada di sini?" Pertanyaan itu membuat Arinda kebingungan. Ia sadar, putrinya butuh sosok ayah. Arinda tidak mau membuat putrinya sedih dan kehilangan sosok ayah yang belum pernah dirasakannya.
"Tadi kamu sudah ketemu papimu kok. Orang yang tadi menjemput kamu itu papimu, sayang.” Viona mengingat-ingat sosok laki-laki yang menjemputnya tadi. Ia ingat bagaimana pria itu memeluknya sambil menangis dan menyebut bahwa Viona adalah anaknya.
“Di mana papi?” tanya Viona bingung.
“Nanti mami hubungi papimu. Dia pasti datang ke sini," ujar Arinda. Raymond menoleh terkejut mendengar pernyataan Arinda. Ia sudah tahu kalau orang tuanya akan bercerai dan maminya sangat membenci papinya. Arinda memang akan bercerai tapi demi putrinya, ia ingin Rehan tetap datang menemui dan merawat putrinya.
==
"Kristal," panggil Nayang lembut. Kristal tak menyahut. Yang dia lakukan hanya menangis seharian tanpa mengindahkan Nayang yang berusaha mengajaknya bicara. Nayang frustasi. Sudah beberapa hari ini anaknya seperti ini. Entah apa yang harus dia lakukan untuk menghibur Kristal dan membuat Kristal mau bersosialisasi dengannya. Nayang tak bisa melihat Kristal sedih terus menerus.
"Mami, papi, kak Raymond, Vincent, Kristal kangen." Kristal melempar barang-barang disekitarnya dengan penuh emosi. Arinda menangis. Dia keluar dari kamar lalu mengambil ponselnya. Ia mencari nomor kontak Rehan. Nayang tidak peduli jika Rehan akan menjebloskan dirinya ke penjara karena telah menukar putrinya. Ia tak peduli semua hukuman yang akan ia terima. Yang terpenting, Kristal harus bahagia.
"Rehan, ini aku," ucap Nayang di telepon.
"Akhirnya kamu meneleponku juga. Di mana kamu sekarang? Kamu yang membawa Kristal kan?" seru Rehan kesal.
"Kristal membutuhkanmu. Kamu harus ke sini. Aku nggak peduli kalau setelah itu kamu akan membawaku ke penjara. Yang penting tolong bantu Kristal," ucap Nayang sambil menahan tangis.
===
Rehan mengamati putri kecilnya yang menangis. Kristal terus meracau ingin bertemu keluarganya. "Kristal." Panggilan Rehan membuat Kristal langsung menoleh. Dia langsung menghambur ke pelukan Rehan.
"Papi!" Kristal menangis keras. Dia memeluk Rehan penuh kerinduan. Hati Rehan tak tahan. Dia juga rindu dengan putri kecilnya.
"Kenapa papi baru datang sekarang? Mana mami dan kak Raymond? Kristal kangen. Kristal mau pulang." Kristal menangis. Rehan membelai rambut panjang putrinya.
"Mami dan kak Raymond ada urusan, sayang. Kamu jangan nangis lagi. Kan sudah ada papi di sini." Kristal menggeleng. Dia ingin bertemu mami dan kakaknya. Dia sangat merindukan mereka. Sudah beberapa hari ini, dia tidak bertemu mereka. Kristal malah harus bersama orang asing yang mengaku sebagai ibunya. Ia takut. Ia ingat tragedi penculikan yang menimpanya dulu. Ada orang yang juga mengaku sebagai ibunya dan membawanya pergi jauh. Ia trauma.
“Kristal mau ketemu mami dan Kak Raymond. Papi, bawa Kristal pergi dari sini! Kristal mau pulang!” teriak Kristal sambil menghentak-hentakkan kakinya frustasi.
“Maaf, Kristal. Kamu harus tetap di sini. Sekarang, ini rumahmu. Dia adalah mama kandungmu. Kamu tertukar waktu bayi di rumah sakit.” Rehan berusaha menjelaskan semuanya, seperti yang sudah dijelaskan oleh Nayang sebelumnya. Kristal menggeleng, masih tak percaya. Tidak mau percaya lebih tepatnya.
“Kenapa bukan mami yang mama kandung Kristal?” Pertanyaan itu membuat hati Nayang terasa sakit. Ia ditolak oleh anak kandungnya sendiri. Di hati Kristal, sudah tertoreh mami yang membesarkannya selama tujuh tahun ini dan bukan dirinya sebagai mama kandung Kristal. Ini semua dampak dari perbuatannya.
==
"Puas kamu? Kristal jadi begini karena kamu. Kamu nggak mau ngakui Kristal sebagai anakmu. Kamu memaksa aku menggugurkan kandungan. Jangan salahkan aku yang akhirnya terpaksa menukar anakku sama anak istrimu itu!" Arinda meluapkan semua emosinya pada Rehan. Ia memukul Rehan sambil menangis.
"Salahmu karena kamu melahirkannya,” tukas Rehan kesal. Sedetik kemudian Rehan merutuki dirinya sendiri yang berbicara seperti itu.
"Oh. Jadi kamu menolak Kristal? Kamu benar-benar brengsek! Ayah macam apa kamu? Kamu nggak layak dipanggil papi. Seharusnya Kristal membencimu bukannya menyayangimu. Sadarlah! Dia anak kandungmu yang nggak bersalah. Kita yang salah!" Nayang makin emosi. Ia tidak menyangka, Rehan bisa mengatakan hal kejam seperti itu. Apa Rehan tidak kasihan dengan Kristal, anaknya sendiri?
“Maaf, bukan begitu.” Rehan menghela napas, kesal pada dirinya sendiri.
“Kamu harus membantu Kristal. Dia butuh kamu. Kamu juga harus membawa dia ke tempat dimana nggak akan ada yang tahu siapa dia.” Nayang takut kalau ada yang mengenali Kristal. Mereka pasti heran, mengapa Kristal ada bersama dengannya dan bukan dengan Arinda. Nayang berniat membawa Kristal ke luar negeri. Ia butuh Rehan membantunya.
“Kristal harus ganti nama. Orang-orang nggak boleh tahu identitasnya. Setelah itu, kalian harus ke Amerika. Aku akan menyiapkan semuanya,” ucap Rehan.
“Kamu juga ikut ke Amerika kan? Kristal butuh kamu. Kamu jangan lepas tanggung jawab,” tukas Nayang kesal. Ia tidak sanggup jika harus membesarkan Kristal sendirian di luar negeri. Selain uangnya menipis, Kristal juga masih menolaknya.
“Aku akan sering-sering ke sana.” Ucapan Rehan membuat Nayang mendengus.
“Kristal butuh kamu, Re. Apa kamu nggak bisa menetap saja? Kamu bisa tinggal bersama kami di sana. Kamu nggak kasihan sama Kristal? Dia butuh papinya. Dia nggak kenal aku,” ucap Nayang berusaha menyadarkan Rehan. Rehan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia bimbang. Ada anaknya yang lain yang juga membutuhkannya. Dia bahkan belum mengenal anaknya itu.
“Bagaimana dengan Viona? Dia juga butuh aku. Salahmu karena kamu, aku belum mengenal anak kandungku sendiri. Dia juga belum pernah merasakan kasih sayang dari papa kandungnya.” Nayang mendorong bahu Rehan kesal.
“Kamu yang salah, Re! Kalau aku nggak menukar anakku, bagaimana nasib anakku? Dia juga nggak bisa merasakan kasih sayang papa kandungnya karena papa kandungnya sudah punya anak lain dan hidup bahagia bersama mereka.” Kebenaran yang dilontarkan Nayang membuat Rehan bungkam. Dia memang salah. Kesalahannya sudah menghancurkan orang-orang yang dia sayangi.
"Aku tahu, aku salah. Nggak seharusnya aku terlibat sama kamu. Nggak seharusnya aku selingkuh dari Arinda.” Rehan menatap Nayang dengan tatapan tajam. Nayang menggigit bibirnya. Dia yang sudah sengaja menggoda Rehan. Dia yang berusaha agar memiliki anak bersama Rehan demi mendapatkan hati Rehan. Bahkan tanpa Rehan tahu, sebenarnya Nayang sudah menjebak Rehan dengan membuat Rehan mabuk dan mau berhubungan dengannya tanpa pengaman hingga akhirnya Nayang hamil. Ini semua salahnya tapi Nayang menolak untuk mengakuinya.
“Semua sudah terlanjur, Re. Arinda juga menceraikanmu kan? Sekarang, sudah nggak ada penghalang lagi. Kita bisa menikah. Kita bisa membesarkan Kristal bersama-sama. Kristal akan punya orang tua yang lengkap. Dia pasti akan bahagia. Demi Kristal, kamu harusnya berkorban,” bujuk Nayang yang memang masih mencintai Rehan. Walaupun Rehan sudah menyakiti dia dan putrinya tapi perasaan Nayang pada Rehan masih tetap sama. Ia masih mencintai Rehan.
“Aku nggak bisa. Aku akan mengurus semuanya secepatnya. Arinda sudah menyuruh orang buat mencari kamu. Dia mau kamu di penjara karena sudah menukar anaknya.” Rehan mengalihkan topik pembicaraan.
“Kamu harus membantuku. Jangan sampai aku di penjara. Kristal membutuhkan aku. Siapa yang akan menjaga Kristal kalau bukan aku? Papa kandungnya nggak bisa diharapkan!” sindir Nayang. Rehan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
“Aku tahu. Aku akan membantumu. Seenggaknya, sampai Kristal sudah cukup dewasa, aku akan membiarkan kamu. Tapi suatu saat nanti, kamu harus mempertanggungjawabkan perbuatanmu itu. Kamu sudah menyakiti putriku. Kamu sudah membuat dia menderita. Bersyukur karena Arinda nggak pernah menyakiti Kristal, anakmu!” tukas Rehan lalu pergi.
==
Arinda melihat galeri foto di ponselnya. Ada banyak sekali foto Kristal di ponselnya. Jujur saja, Arinda sangat merindukan Kristal. Bagaimanapun juga, dialah yang selama ini membesarkan Kristal dan menganggap Kristal sebagai anaknya. Tentu saja karena hal itu, Arinda tidak mudah melupakan dan membenci Kristal walaupun dia ingin. Namun hal itu terasa salah bagi Arinda. Dia tidak boleh menyayangi Kristal karena Kristal bukan anak kandungnya tapi anak hasil pengkhianatan suaminya. Tangan Arinda bergerak ingin menghapus foto Kristal tapi kemudian ragu. Terasa sayang jika foto itu terhapus. Arinda enggan ingin menghapus kenangannya bersama Kristal. Kenangan yang indah. Tanpa sadar, air mata Arinda menetes. Ia ingin sekali memeluk Kristal. Ia ingin mendengar suara tawa anak itu. Perasaannya ini terasa salah.
"Mama," panggil Raymond yang masuk ke dalam kamar mamanya. Karena terkejut, Arinda tak sengaja menghapus semua foto Kristal di ponselnya. Jantungnya mencelos saat semua foto kenangan yang sudah ia tandai tadi terhapus. Ah, mungkin memang sudah seharusnya begitu. Aku harus melupakan anak itu. Dia bukan anak kandungku. Kenapa aku harus peduli padanya? Ingat, siapa orang tua kandungnya. Ibunya sudah menyiksa anak kandungku. Arinda berusaha menekankan kebenciannya pada Kristal sebesar ia membenci orang tua kandung Kristal.
"Mama," panggil Raymond lagi.
"Ya. Ada apa, Raymond?" tanya Arinda sambil mengusap cepat air matanya.
"Viona nangis lagi. Katanya dia kangen sama mamanya. Dia mau ketemu mamanya." Tentulah mama yang dimaksud bukanlah Arinda. Cepat-cepat Arinda keluar dari kamarnya. Ia menuju ke kamar Viona yang ada di sebelah kamarnya. Viona yang masih menangis, tidak sadar dengan kehadiran Arinda.
"Mama," lirih Viona. Dia sangat merindukan sosok yang sudah membesarkannya selama tujuh tahun ini. Walaupun Nayang selama beberapa waktu ini sangat keras dan jahat padanya, tapi sebelum-sebelumnya, Nayang bersikap baik pada Viona. Viona bisa merasakan kasih sayang dan kehangatan Nayang sebelum akhirnya Nayang berubah menjauh dan menjadi jahat.
Arinda mengintip putrinya yang sedang menangis, memanggil mamanya. Arinda ikut menangis. Ia tahu, tidak mudah seorang anak melupakan orang yang sudah dia anggap sebagai ibu. Sama seperti dirinya yang sulit melupakan Kristal. Raymond ikut mengintip. Dia sendiri merasa rindu dengan Kristal yang sudah terlanjur dia anggap sebagai adik sendiri. Sosok ceria dan riangnya Kristal sudah menjadi kebiasaan sekaligus kebahagiaannya. Sayang semua itu tidak bisa dia lihat dan dengar karena Kristal sudah pergi bersama ibu kandungnya.
"Vio," panggil Arinda. Viona segera menghapus air matanya. "Mami akan mengikutkanmu kursus vokal. Kamu mau kan?" Viona mengangguk pelan.
"Selain vokal, kamu mau ikut kursus apa lagi? Apa kamu mau coba kursus piano? Atau biola?" tanya Arinda bersemangat. Dia ingin anaknya menyibukkan diri dengan kegiatan yang positif agar melupakan kesedihannya.
"Mau, mi. Vio mau coba main piano dan biola." Viona memang tertarik pada alat musik. Dia tak sabar ingin mencoba memainkan piano dan biola.
"Bagus. Mami akan belikan kamu piano dan biola yang bagus. Kamu pasti suka. Oh ya, mami juga sudah lihat video kamu.” Arinda mengambil ponselnya dan membuka video Viona saat bermain drama malaikat.
“Kamu benar-benar berbakat, sayang. Kamu hebat. Mami bangga sama kamu. Kamu pasti bisa menjadi artis dan penyanyi yang hebat.” Mata Vio berbinar senang.
“Beneran, mi?” tanya Viona memastikan. Arinda mengangguk mantap.
“Akting kamu bagus. Suara nyanyian kamu juga merdu. Mami yakin, kamu bisa jadi terkenal dan menang banyak lomba. Nanti mami akan ikutkan kamu lomba-lomba.” Viona tersenyum. Baru kali ini, ia merasa kemampuannya dihargai. Tidak seperti dengan Nayang yang malah menghancurkan mimpinya, Arinda malah mendukung dan membantunya meraih mimpi. Tapi Viona sendiri ragu. Apa mimpinya itu benar-benar karena dia suka atau hanya karena ingin mengalahkan Kristal dan membuat Nayang menyayanginya? Viona belum bisa menemukan jawabannya.
"Sayang, mulai sekarang kamu adalah Kristal, artis sekaligus penyanyi cilik. Kamu akan memakai nama itu. Namamu Kristal Aurora." Kata-kata Arinda membuat Viona dan Raymond yang sedang mengintip, kebingungan. Ya, sedari tadi Raymond mengintip. Ia mencuri dengar karena tidak mau mengganggu hubungan ibu dan anak yang baru saling kenal itu.
"Kenapa aku harus jadi Kristal? Aku nggak suka Kristal,” ucap Viona jujur.
"Karena memang itu namamu yang seharusnya. Mami kasih nama itu buat anak kandung mami yaitu kamu. Biarin saja orang-orang tahu kalau kamu itu Kristal, artis dan penyanyi cilik."
"Jadi Vio harus berbohong?" tanya Viona bingung.
"Anggap saja kamu lagi akting. Mami tahu kamu mau jadi kayak Kristal kan? Sekarang, impian kamu terwujud, sayang. Namamu Kristal. Mami akan bantu kamu jadi artis dan penyanyi hebat." Viona tampak ragu. Ia memang ingin sekali menjadi seperti Kristal. Ia ingin mengalahkan Kristal. Namun semua itu karena mamanya, Nayang. Ia ingin Nayang menyayanginya melebihi Kristal. Kalau sekarang ia harus memakai nama Kristal dan menggunakan identitasnya, Viona takut kebohongan ini akan diketahui orang. Sejujurnya, Viona juga ingin dikenal sebagaimana dirinya. Dia ingin membuktikan bahwa dia bisa tanpa harus memakai identitas Kristal.
“Tapi mi, Vio mau dikenal sebagai Vio.” Viona menolak. Arinda terdiam sejenak. Ia sebenarnya ragu meminta Viona memakai identitas Kristal tapi akan terlalu rumit jika Viona tetap menjadi Viona.
“Untuk sementara, sayang. Kalau kamu sudah dewasa nanti, terserah kamu mau bagaimana. Yang penting, mami menganggap kamu sebagai kamu, bukan Kristal yang dulu. Kamu ya kamu, anak mami yang mami sayangi.” Viona hanya bisa mengangguk. Ia tidak mau menyakiti perasaan Arinda yang terlihat sangat menyayanginya. Semua ini benar-benar seperti mimpi. Ia benar-benar menjadi Kristal.
====
"Kenapa mami ngajarin Viona bohong? Kenapa dia harus jadi Kristal? Kalau ketahuan publik gimana?" Raymond memprotes. Dia ingin adik kandungnya tetap menjadi diri sendiri, bukan orang lain. Viona harus tetap dikenal sebagai Viona. Lagi pula menurutnya, membohongi publik dengan hal besar seperti itu hanya akan menghancurkan mereka.
"Mami merasa bersalah sama Viona. Dia mau menjadi artis dan penyanyi tapi mami malah menjadikan anak haram itu artis dan penyanyi terkenal. Yang seharusnya milik anak kandung mami, harus tetap jadi milik anak kandung mami," ujar Arinda. Ia mengingat ucapan Melly tentang betapa besar keinginan Viona menjadi seperti Kristal tapi ditentang mati-matian oleh Nayang sampai membuat Viona malu dan sedih.
"Tapi bukan gini caranya, mi. Aku yakin Viona bisa jadi artis dan penyanyi tanpa harus jadi Kristal. Dia hebat." Ucapan Raymond memang benar tapi ada hal lain yang membuat Arinda tetap ingin menggunakan nama Kristal untuk anak kandungnya.
"Mami nggak mau kalau ada orang yang tahu masalah sebenarnya," ucap Arinda mengakui alasan yang sebenarnya.
"Kalau sampai publik tahu faktanya, papimu dan juga anak haram itu pasti menderita. Kamu tahu kan, bagaimana kejamnya mereka kalau sampai tahu kenyataan yang sebenarnya? Apalagi Kristal masih kecil. Mami juga nggak mau Vio ingat-ingat lagi masa kelamnya bersama pelakor itu. Mami mau memakai nama Kristal supaya Viona melupakan dirinya sebagai Viona dan menjadi Kristal, anak kandung mami. Mami pikir, ini yang terbaik buat semuanya." Ucapan Arinda membuat Raymond tersadar. Ia tidak menyangka, di balik kemarahan maminya pada Kristal dan papinya ternyata masih tersimpan perasaan sayang dan ingin melindungi mereka.
Arinda memang tahu benar bagaimana jahatnya publik jika menindas orang yang dinilai buruk. Salah satu teman Arinda yang sesama artis pernah sampai depresi dan bunuh diri karena tidak kuat dengan gunjingan publik akibat gosip yang menerpa. Arinda tidak mau hal yang sama terjadi lagi.
"Tapi kalau ketahuan publik gimana?" tanya Raymond cemas.
"Sebisa mungkin kita rahasiakan. Kalau memang nanti terkuak, biar di waktu yang tepat saja," ucap Arinda berusaha tenang.
====
Aku sempet kaget, ternyata ada adegan drama.
Comment on chapter Bab 1 - Drama Malaikat Kecil -Tp bicara ttg anak² itu bikin nyesek.
Btw walau dia bukan anak kandung. Kalau udah jd ibu susu bukannya sama aj ky darah daging sendiri ya