Sepasang suami istri yang tidak mempunyai anak selama bertahun-tahun, tiba-tiba dikejutkan dengan adanya bayi perempuan yang terbaring di dalam keranjang, tepat di depan pintu rumah mereka. Anehnya, bayi itu memiliki sayap putih yang ketika mereka sentuh, sayap itu mendadak menghilang. Mereka menamai anak itu ‘Angelica’ yang berarti malaikat. Angelica dibesarkan dengan penuh kasih sayang seperti anak kandung sendiri.
Di sisi lain, sepasang suami istri yang lain juga tidak mempunyai anak. Mereka berdoa agar mendapat seorang anak. Tiba-tiba pintu rumah mereka diketuk dan muncul seorang bayi laki-laki yang juga mempunyai sayap putih. Ketika mereka menyentuhnya, sayap itu menghilang dan bayi itu menjadi seperti bayi manusia biasa. Mereka menamai anak itu ‘Michael’.
Kedua bayi itu adalah malaikat kecil yang diutus ke dunia untuk mengabulkan doa dua keluarga tersebut. Mereka berdua sama-sama mempunyai suara yang sangat merdu. Suara nyanyiannya membuat semua orang terhipnotis.
Kristal yang berperan sebagai Angelica, menyanyikan lagu bernada ceria. Vincent yang berperan sebagai Michael terpesona mendengar suara merdu Angelica. Suara itu menuntunnya menemukan Angelica. Michael ikut bernyanyi dengan suara merdunya yang membuat Angelica terpesona. Keduanya bernyanyi duet dengan sangat indah. Semua orang yang mendengarnya, merasa seperti mendengar nyanyian malaikat. Sejak itu, keduanya selalu bersama-sama. Mereka bahkan berjanji akan hidup bersama selamanya.
“Cut!” Suara sutradara menyudahi akting mereka berdua. Suara tepuk tangan dari para kru drama membuat Kristal dan Vincent tersenyum senang.
“Akting kalian sangat bagus. Suara kalian juga keren sekali,” ujar sang sutradara, memuji mereka.
Drama ‘Malaikat Kecil’ itu sukses besar. Kristal dan Vincent menjadi sangat terkenal dan dipuja-puja karena suara dan akting mereka.
“Memang benar kata mereka. Kalian berdua sangat cocok jadi pasangan,” ucap salah satu kru yang bertugas.
Kristal dan Vincent memang dijodoh-jodohkan oleh para penggemarnya. Walaupun masih berumur tujuh tahun tapi keduanya sudah dianggap sebagai pasangan serasi. Kristal memiliki kecantikan alami yang diwariskan dari kedua orang tuanya. Arinda, Ibu dari Kristal adalah artis cantik yang terkenal sedangkan Ayahnya adalah pembisnis tampan yang kaya raya. Orang tua Kristal sering disebut-sebut sebagai pasangan paling serasi sejagat yang menjadi idaman banyak orang. Vincent sendiri juga memiliki ketampanan alami walaupun masih kecil. Ayahnya adalah pemilik perusahaan entertainment besar di Indonesia.
“Kalau kalian sudah besar nanti, kalian harus menikah,” ucap kru itu tadi. Kristal dan Vincent saling pandang. Yang mereka tahu, menikah berarti hidup bersama seperti kedua orang tua mereka.
“Tentu saja,” ucap Kristal yang disambut anggukan Vincent.
“Kita akan selalu bersama-sama,” ucap Vincent lalu menggandeng tangan Kristal. Keduanya duduk di taman sambil minum air yang dibawakan oleh asisten mereka.
Tiba-tiba Kristal melihat seokor kupu-kupu berwarna ungu terbang. Dia langsung mengajak Vincent untuk mengejar kupu-kupu itu.
“Jangan pergi terlalu jauh,” ucap asistennya sambil berjalan menyusul Kristal.
“Tenang saja. Aku cuma mau main sebentar,” ucap Kristal. Asistennya tak mengejarnya lagi. Namun Kristal dan Vincent berlari kencang. Mereka tertawa sambil mengejar kupu-kupu.
Tiba-tiba seorang pria menabrak Kristal. Pria itu tersenyum lalu membekap hidung Kristal dengan kain. Dengan sigap, pria itu menggendong Kristal. Vincent yang melihatnya terkejut. Dia ingin berteriak namun digagalkan oleh seorang wanita yang berdiri di belakang Vincent. Sama seperti pria tadi, si wanita juga membekap hidung Vincent dengan kain. Kristal dan Vincent segera dibopong masuk ke dalam mobil.
==
Lantunan nyanyian merdu terdengar meneduhkan. Semua orang yang mendengarnya merasa terpukau. Sayangnya, pemilik suara merdu itu bukanlah penyanyi terkenal. Dia hanya seorang anak kecil biasa yang bersekolah di sekolah biasa.
“Suaramu bagus sekali, Viona.” Bu Melly bertepuk tangan lalu membelai rambut pendek Viona.
“Apa Vio bisa jadi seperti Kristal?” tanya Viona dengan mata berbinar-binar. Teman-temannya tertawa mengejek.
“Mana bisa? Kristal kan artis terkenal. Mamanya juga artis hebat,” celetuk salah satu teman Viona.
"Iya. Kalau kamu kan cuma anak haram!" ejek teman Viona yang lain. Bu Melly langsung menegur muridnya itu. Desa-desus anak haram memang terdengar di kalangan orang tua murid. Viona sering mendapat ejekan dari teman-teman dan orang tua murid. Bu Melly sendiri tidak tahu kebenarannya. Dia hanya bisa menghibur dan membantu Viona.
“Jadi kamu mau menjadi artis dan penyanyi seperti Kristal?” tanya Bu Melly pada Viona yang menunduk sedih karena ejekan teman-temannya. Viona mengangguk pelan.
“Kamu pasti bisa seperti Kristal. Suaramu bagus dan kamu juga sangat cantik.” Ucapan Bu Melly membuat Viona menengadahkan wajahnya menatap Bu Melly.
“Bagaimana caranya? Vio mau jadi seperti Kristal. Vio mau mengalahkannya!” ucap Viona dengan penuh emosi. Teman-teman sekelasnya tertawa lagi. Kali ini tertawa lebih kencang karena merasa hal itu mustahil. Bagaimana bisa Viona mengalahkan Kristal, si artis cilik populer? Nama Kristal sudah melambung tinggi sejak drama ‘malaikat kecil’ muncul. Kristal sampai disebut malaikat kecil kami oleh orang-orang.
“Bulan depan sekolah akan mengadakan pentas seni. Bu Melly mau kamu ikut bermain drama. Kalau kamu memang pintar berakting, kamu pasti akan terpilih menjadi pemeran utamanya. Dramanya tentang malaikat kecil.” Viona langsung melonjak senang.
“Vio mau!” ucap Viona antusias.
“Aku juga mau!” teriak beberapa teman Viona yang juga ingin menjadi pemeran utama dalam drama sekolah. Seketika ruang kelas menjadi ramai. Mereka semua berebut ingin menjadi malaikat kecil dalam drama.
“Kalau kalian mau ikut tampil dalam drama, kalian harus latihan dulu. Minggu depan Bu Melly akan melihat kemampuan akting kalian. Yang bagus, akan menjadi Angelica, pemeran utamanya,” seru Bu Melly.
Viona tersenyum. Drama sekolah ini adalah satu-satunya kesempatan Viona untuk menunjukkan pada semua orang, terutama mamanya, bahwa dia bisa menjadi artis dan penyanyi cilik seperti Kristal.
Dengan semangat, Viona langsung berlatih peran di rumah. Di dalam kamarnya, Viona berakting menjadi Angelica dalam drama malaikat kecil. Viona cukup hafal dialog yang diucapkan Kristal dan beberapa adegan dalam drama itu karena mamanya sering sekali menonton drama itu. Dengan mudah, Viona menirukan nada bicara Angelica.
Pintu kamar Viona tiba-tiba terbuka. Nayang muncul di balik pintu dengan tatapan penuh selidik.
“Ngapain kamu?” tanyanya. Viona dengan semangat menceritakan kejadian di sekolah pada mamanya. Namun tak disangka, Nayang malah menjewer telinga Viona sampai memerah.
“Jangan coba-coba menjadi Kristal! Mama nggak mau melihat kamu berakting atau bernyanyi!” ujar Nayang kesal. Nayang tidak mau Viona menjadi pusat perhatian orang. Ia takut kalau identitas Viona terungkap. Apalagi wajah Viona yang agak mirip dengan Kristal. Ia harus menyembunyikan Viona dari orang tua kandung Viona.
“Aduh, ma. Sakit,” lirih Viona. Nayang melepaskan tangannya. Ada rasa tidak tega saat ia harus menyakiti Viona yang kemudian Nayang tepis. Ia tidak mau menjadi lemah hanya karena anak musuhnya.
“Pokoknya kamu nggak boleh main drama. Awas kalau sampai mama tahu kamu bermain drama,” ucap Nayang yang membuat Viona merasa sedih sekaligus bingung. Viona pikir, jika dirinya bermain drama dan menyanyi, mamanya pasti akan merasa senang dan menyayanginya seperti mamanya menyayangi Kristal.
“Kenapa nggak boleh, ma? Bu Melly bilang, suara Viona bagus dan Viona mirip Kristal. Viona mau mengalahkan Kristal! Viona pasti bisa lebih hebat dari dia!” tukas Viona menunjukkan rasa irinya pada Kristal.
Plak! Tamparan keras mendarat di pipi Viona hingga pipinya memerah. Untuk pertama kalinya, Nayang menampar pipi Viona. Viona terkejut dan langsung menangis. Tangan Nayang bergetar. Tangisan Viona membuat dadanya bergemuruh.
Nggak apa. Dia bukan anak kandungku. Jangan merasa bersalah! Suara hati Nayang menulikan tangisan Viona.
“Selamanya kamu nggak akan bisa mengalahkan Kristal! Dia yang terbaik sedangkan kamu bukan apa-apa. Kalau kamu nggak nurut, mama akan membuangmu ke panti asuhan!” ancam Nayang lalu keluar dari kamar sambil membanting pintu.
Viona menangis sesenggukan. Dia tak habis pikir, mengapa mamanya lebih menyanjung-nyanjung Kristal dibandingkan dirinya. Setiap hari, Nayang selalu menonton serial drama yang diperankan Kristal. Ia juga mengoleksi lagu yang dinyanyikan Kristal. Saat ditanya Viona, apa mamanya itu benar-benar mengidolakan Kristal, mamanya menjawab dengan mantap. "Bukan hanya mengidolakannya, mama sangat menyayanginya melebihi diri mama sendiri. Tidak ada gadis cilik yang sehebat dia!"
Pujian demi pujian selalu diutarakan Nayang tentang Kristal, hingga membuat Viona merasa cemburu pada Kristal yang bahkan belum pernah ia temui. Rasa sayang mamanya pada Kristal, seakan-akan melebihi dirinya. Saat Viona mengganti saluran TV yang sebelumnya sedang memutar acara tentang Kristal, Nayang langsung memarahinya dengan kasar.
"Kenapa nggak boleh? Viona mau membuat mama bangga dan sayang sama Viona. Viona mau mengalahkan Kristal!" ucap Viona sambil menyeka air matanya. Dalam hati, Viona berjanji untuk bisa mengalahkan Kristal. Ia akan membuktikan pada mamanya.
Tiba-tiba Nayang masuk ke dalam kamar Viona. Kali ini Nayang membawa gunting. Viona langsung mundur ketakutan.
“Jangan potong rambut Vio lagi, ma. Rambut Vio sudah pendek.” Viona beringsut. Dia berusaha menjauh dari sang Ibu.
“Jangan membantah atau mama akan membuangmu ke panti asuhan!” Lagi-lagi ancaman itulah yang dilontarkan Nayang. Viona hanya bisa menangis pasrah. Padahal Viona ingin memanjangkan rambutnya agar tampak seperti Kristal. Kata gurunya, dia mirip Kristal. Apalagi jika rambutnya dipanjangkan. Kalau dia mirip Kristal, Viona yakin, dia bisa terpilih menjadi Angelica dalam drama malaikat kecil.
Air mata Nayang ikut mengalir saat tangan kanannya memotong rambut Viona yang memang sudah pendek. Cepat-cepat Nayang mengusap kasar air matanya agar Viona tidak melihatnya menangis. Lagi-lagi Nayang menguatkan dirinya sendiri. Ia tidak mau menjadi lemah. Ia tidak mau menyayangi Viona terlalu dalam. Cukup enam tahun ini dia memperlakukan Viona seperti anak sendiri. Ia sadar. Ia harus membatasi perasaannya pada anak dari orang yang ia benci. Namun anehnya. Semakin Nayang berusaha membenci Viona, semakin Nayang menyakiti dirinya sendiri. Hatinya ikut menangis bersama Viona.
==
Kristal membuka matanya. Dia terkejut saat melihat seorang Ibu tak dikenal memeluknya erat. Di sebelahnya, terbaring Vincent yang masih pingsan. Rupanya, Kristal ada di dalam mobil. Ia dipakaikan topi dan baju yang bukan miliknya.
“Malaikat kecilku sudah bangun rupanya,” ucap Ibu itu dengan senyum aneh di wajahnya. Kristal berusaha beringsut tapi tubuhnya terlalu lemah. Ia bahkan tampak masih mengantuk.
“Tidurlah anakku sayang. Kita akan pulang ke rumah,” ucapnya lalu bersenandung ria. Tiba-tiba seseorang menendang kaki Ibu itu. Kristal berusaha membuka matanya yang berat untuk melihat apa yang terjadi. Rupanya Vincent sudah bangun dan menendang kaki Ibu itu. Dia juga menggedor-nggedor kaca mobil dan berteriak agar mobil berhenti. Dengan marah, si Ibu langsung memukul Vincent hingga Vincent jatuh.
“Maafkan Ibu, sayang. Tolong diamlah sebentar. Kita akan sampai di rumah,” ucap si Ibu pada Vincent.
“Tante gila!” teriak Vincent.
“Diam!” teriak pria yang sedang menyetir. Pria itulah yang tadi menangkap Kristal.
Tiba-tiba suara sirine polisi terdengar. Kedua penculik itu sama-sama terkejut dan ketakutan. Ternyata diam-diam Vincent menekan tombol emergency pada jam tangannya yang mengaktifkan telepon sekaligus fitur pelacak sehingga orang tua Vincent bisa mengetahui keberadaan dan kondisi Vincent saat ini.
Pasangan penculik itu berusaha kabur dari kejaran polisi. Dengan kecepatan tinggi, pria penculik melajukan mobilnya. Aksi kejar-kejaran terjadi. Hingga kecelakaan terjadi. Mobil itu menabrak mobil lain.
==
“Karena aku malaikat kecil papa dan mama,” ucap Viona lalu tersenyum sambil menitikkan air mata. Seketika semua orang yang melihat akting Viona tertegun. Akting Viona sangat natural. Ekspresinya benar-benar mendalami perannya.
“Bagus sekali, Viona. Bagus sekali!” Bu Melly tersenyum senang.
“Sudah Ibu putuskan. Kamulah yang nanti berperan menjadi Angelica. Besok lusa kita akan mulai latihan,” ucap Bu Melly. Viona tersenyum senang. Dia sampai meloncat-loncat saking senangnya.
“Viona nggak cocok jadi Angelica, Bu. Rambutnya pendek kayak laki-laki,” celetuk Sara, salah satu teman Viona yang iri karena bukan dia yang terpilih menjadi pemeran utama.
“Viona bisa memakai rambut palsu,” jawab Bu Melly yang membuat Sara kesal. Viona tersenyum senang namun ia teringat dengan kata-kata Ibunya yang melarangnya berakting dan bernyanyi.
“Ada apa, Viona? Kenapa kamu malah kelihatan sedih?” tanya Bu Melly bingung melihat perubahan raut wajah Viona.
Viona memberi tanda pada Bu Melly agar dia bisa berbisik. Viona tidak mau teman-temannya mendengar pembicaraannya dengan Bu Melly. Bu Melly yang mengerti, langsung membungkukkan badannya dan mendekatkan telinganya pada Viona.
“Sebenarnya mama nggak mengizinkan Vio ikut drama, bu. Mama nggak mau Vio berakting dan bernyanyi. Kalau Vio melanggar, Vio bisa dibawa ke panti asuhan,” ucap Viona sedih. Bu Melly mengeryit bingung.
“Nggak mungkin, Viona. Mana ada Ibu yang melarang anaknya menunjukkan bakat hebatnya pada dunia? Pasti kamu salah. Ibu akan bicara dengan mamamu tentang masalah ini.” Viona cepat-cepat menggeleng. Ia takut mamanya tahu dan menghukumnya.
“Jangan, Bu! Nanti Vio dimarahi. Jangan kasih tahu mama kalau Vio ikut drama ini. Tolong rahasiakan ya?” ujar Viona memelas. Bu Melly mengangguk.
“Baiklah, Viona. Ibu janji nggak akan memberitahu hal ini pada mamamu.” Viona tersenyum senang dan berterima kasih pada Bu Melly. Diam-diam, Bu Melly merasa curiga. Sebagai wali kelas Viona, Bu Melly merasa kasihan pada Viona. Ia curiga, Viona tidak diperlakukan dengan baik oleh ibu kandungnya sendiri. Bu Melly merasa harus mencari tahu soal itu. Ia tidak mau Viona disiksa oleh ibunya sendiri. Kalau hal itu sampai terjadi, Bu Melly tak segan-segan akan melaporkan ibu Viona ke pihak berwajib agar Viona diasuh oleh orang lain yang bisa menyayangi dan memperlakukan Viona dengan baik.
“Katanya kamu suka rambut panjang. Kenapa sekarang rambutmu dipotong pendek lagi?” tanya Bu Melly curiga. Wajah Viona langsung muram.
“Mama bilang rambutku sudah terlalu panjang,” jawab Viona yang meningkatkan rasa curiga Bu Melly pada ibunya. Bu Melly membelai rambut Viona. Kasihan sekali Viona. Dia anak yang sangat berbakat tapi sepertinya Viona diperlakukan buruk oleh mama kandungnya sendiri?
==
Nayang terkejut setelah mendengar berita kecelakaan yang menimpa Kristal. Ia ingin menjenguk Kristal. Ia harus tahu bagaimana keadaan Kristal. Nayang teringat sesuatu. Cepat-cepat ia menghubungi dokter kenalannya. Sayangnya dokter itupun tidak mengangkat teleponnya. Nayang panik. Dia harus mencari tahu di mana Kristal dirawat. Masa bodoh dengan acara pentas seni Viona yang dilangsungkan hari ini. Yang terpenting sekarang adalah Kristal, anak kandungnya. Oh Tuhan, tolong selamatkan Kristal-ku. Nayang berdoa dalam hati sembari bergegas pergi.
Dering ponselnya mendadak berbunyi. Nayang merogoh ponsel yang bersembunyi di dalam tasnya. Setelah melihat nama dokter yang menghubunginya, Nayang langsung mengangkat teleponnya. Tanpa basa-basi, penelepon itu memberitahukan rumah sakit dimana Kristal dirawat. Nayang sedikit lega. Ia sudah tahu di mana Kristal berada.
“Jangan gegabah!” Peringatan dari si penelepon membuat Nayang mendengus kesal. Sesulit ini ia harus bertemu anak kandungnya sendiri. Nayang tak menjawab. Ia langsung menutup teleponnya dan bergegas pergi. Tunggu mama, nak. Mama akan segera datang. Semoga nggak terjadi apa-apa.
==
Tepuk tangan puas penonton membuat Viona yang sedari tadi gugup akhirnya tersenyum senang. Akhirnya ia bisa tampil dengan baik. Semua ini ingin ia tunjukkan pada mamanya. Mamanya harus tahu kemampuannya. Viona bisa menjadi seperti Kristal. Begitulah pemikiran Viona. Namun setelah ia mengedarkan pandangan ke arah penonton, senyum Viona memudar. Viona tidak bisa menemukan ibunya di kursi penonton. Viona beranjak dari panggung. Ia berlari ke barisan penonton. Matanya terus mencari-cari sosok sang ibu.
“Mama!” panggil Viona. Tidak ada jawaban. Yang terdengar hanyalah bisik-bisik penonton yang bingung melihat tingkah Viona.
“Kayaknya mamanya nggak datang. Pantesan,” celetuk salah satu orang tua murid.
“Mungkin mamanya lagi asyik pacaran sana-sini,” ejek salah satunya lagi.
“Sst. Jangan begitu!” Salah satu orang tua murid ada yang membela.
“Mama!” Viona menangis. Harapannya pupus. Ia hanya ingin mamanya melihat penampilannya lalu memuji dan menyayanginya. Hanya itu yang ia butuhkan sebagai seorang anak kecil.
==
Nayang berlari panik memasuki rumah sakit tempat Kristal dirawat. Namun saat ia sudah dekat dengan Kristal, ia langsung berhenti. Nayang tidak bisa ikut masuk melihat kondisi Kristal. Ia sadar, kehadirannya tidak boleh diketahui oleh orang lain.
“Tenang saja. Dia sudah dalam kondisi stabil.” Suara pria di belakangnya membuat Nayang menoleh ke belakang. Dokter Herry berdiri di belakang Nayang. Dia langsung membawa Nayang ke sudut agar tidak terlihat di sekitaran kamar Kristal dirawat.
“Aku harus menemuinya. Aku mau melihat Kristal,” ucap Nayang masih terlihat panik.
“Jangan bodoh! Kamu bisa terlihat Rehan dan Arinda. Kamu mau mereka curiga?” todong si dokter.
“Sial!” Nayang mengumpat. Dia menyesal. Disaat seperti ini, ia tidak bisa melihat secara langsung kondisi anak kandungnya sendiri. Justru orang lain yang saat ini ada di samping anaknya. Bukan ibu kandungnya. Nayang menangis. Ia merutuki nasibnya.
“Sudahlah. Kristal baik-baik saja. Masih beruntung anakmu itu diasuh oleh mereka,” ucap dokter Herry sambil menepuk pundak Nayang.
==
Viona mengerjap-ngerjapkan matanya. Dia terbangun setelah mendengar suara pintu. Setelah menangis seharian, Viona tertidur. Sejak dari acara pentas seni, Viona menangis. Ia pulang diantar gurunya karena mamanya tidak menjemputnya di sekolah. Saat sampai di rumah, rumahnya kosong. Setelah beberapa kali bu Melly menghubungi Nayang, akhirnya Nayang merespon. Dia menitipkan Viona di rumah bu Melly sampai Nayang nanti menjemputnya pulang. Namun sudah pukul delapan malam, Nayang belum juga datang menjemput Viona. Bu Melly lagi-lagi merasa kasihan pada Viona. Viona seakan ditelantarkan oleh ibunya.
“Apa mama sudah datang?” tanya Viona pada bu Melly. Bu Melly mengangguk. Dia mengantar Viona keluar.
“Mama!” Viona langsung menghambur ke arah Nayang. Ia menangis lagi. “Kenapa mama tadi nggak datang ke sekolah? Mama ke mana saja?” Nayang menepis tangan Viona. Dia merasa sedikit bersalah pada Viona tapi mengingat anak kandungnya yang sedang terbaring di rumah sakit, Nayang berusaha tak peduli pada Viona.
“Maaf merepotkan. Terima kasih sudah menjaga Viona. Saya pamit dulu,” ucap Nayang pada Bu Melly.
“Tolong rawat Viona dengan baik. Dia anak yang baik dan hebat. Ibu akan menyesal kalau menyia-nyiakan anak sehebat dia,” kata Bu Melly membuat Nayang merasa tersinggung.
“Saya tidak perlu nasihat dari ibu. Ibu tidak tahu apa-apa soal saya dan anak saya,” ujar Nayang lalu pergi meninggalkan Bu Melly yang menatapnya dengan kesal.
“Kenapa mama tadi nggak datang ke sekolah?” tanya Viona lagi.
“Mama ada urusan yang lebih penting,” ucap Nayang ketus.
“Tapi di sekolah juga ada acara penting,” ucap Viona kesal pada ibunya sendiri. Nayang menatap Viona ikut kesal.
“Apapun itu nggak ada yang lebih penting dari urusan mama tadi. Berhenti menangis dan mengomel!” ujar Nayang yang membuat Viona bungkam dalam kesedihan.
==
Aku sempet kaget, ternyata ada adegan drama.
Comment on chapter Bab 1 - Drama Malaikat Kecil -Tp bicara ttg anak² itu bikin nyesek.
Btw walau dia bukan anak kandung. Kalau udah jd ibu susu bukannya sama aj ky darah daging sendiri ya