Loading...
Logo TinLit
Read Story - Sebelah Hati
MENU
About Us  

“Waw, waw, waw, jadi gimana ceritanya bisa begitu?” Suara Sasi yang terdengar dari speaker ponsel, terdengar surprise

“Ya begitu ceritanya.” Awalnya aku belum berniat cerita pada Sasi, tapi kenyataan berkehendak lain. Tak dinyana, Sasi ke rumah, malah ngobrol banyak sama Mbak Rika. Jadi deh, aku bulan-bulanannya sekarang. 

“Begitu gimana? Begitu dahsyat pesonanya hingga tidak bisa menolak?” Sasi tertawa nyaring. Ini bocah memang terkadang nyebelin luar biasa.

“Sas, aku masih belum tahu. Kamu tahu sendiri, bagaimana hatiku tercincang dari dulu. Kejadian ke Bogor juga, kamu belum lupa kan?”

“Tentu aja, itu juga kan yang bikin kamu ketemu Alfian? Wah duda keren begitu, juga demennya sama kamu. Apa mau dikata, ternyata banyak yang mau sama Kanaya, hahaha.”

“Dikira engga ada yang mau?” tanyaku balik.

“Eits, jangan salah. Banyak pula orang kantor yang nanyain kamu.”

“Anak kantor?”

“Si Bos juga ada indikasi, anak finance lantai lima, pernah tuh nanyain kamu. Anak marketing lantai dua juga. Tapi engga ada yang bergerak.”

“Ah, kamu mah sukanya berasumsi,” gerutuku.

“Makanya diperjelas aja. Siapa yang kamu pilih.”

“Menurutmu segampang itu, Sas?”

“Hey, jangan dibikin susah. Ikuti saja kata hatimu.”

Kata hatiku. Nonsense. Aku pun tak tahu apa yang aku inginkan.

“Jangan berpikiran terlalu jauh, Kan. Kamu tahu apa yang terbaik untukmu. Aku yakin itu.”

 

>.<

 

Tebak siapa yang aku temui pagi ini. 

Alfian.

“Al?” Entah apa rupa mukaku. Pasti kaget tak terkira. Ditambah muka masih kucel. Bagaimana engga kucel, jam sepuluh malam baru sampai rumah. Belum lagi acara beberes yang memakan waktu sampai tengah malam. Alfian tersenyum kecil, rambutnya setengah basah. Bukan, itu pasti gel. Ditata urakan. Aduh, kenapa pagi-pagi udah bikin deg-degan begini.

“Hai,” sapanya riang.

“Ken, kenapa?” tanyaku terbata. Berbagai alasan ia tiba-tiba nongol pagi-pagi, bermunculan di benakku.

“Engga apa. Kangen aja. Rifa minta ikut, tapi aku ingin hanya kita berdua.” Senyumnya tak pudar. Kaos birunya pas banget sama badannya. Aduh.

Hanya kita berdua? Apa-apaan itu?

Ia menowel pipiku. “Kok melongo begitu.”

“A, aku engga ngerti.” Aku malah menggelengkan kepala tanpa sadar.

Alfian tertawa kecil. Mengenggam tanganku tanpa ragu. “Ayo, aku ajak pergi.”

“Kemana?” tanyaku bingung.

“Suatu tempat,” jawabnya bikin penasaran.

 

>.<

 

Suatu tempat yang dimaksud itu adalah kampus. Entah apa alasannya membawaku kesini. Kampus di hari minggu sepi. Hanya beberapa mahasiswa yang tampak, mungkin ada urusan dengan kegiatan kampus.

“Kok kesini, Al?” tanyaku, menoleh padanya. Ia tak menjawab, hanya tersenyum kecil.

Ia memarkirkan mobil di depan markas BEM. Apa dia mau nostalgia? Tak banyak yang berubah, masih ruangan tambahan di dekat jurusan sains.

“Wah, dateng juga, Pak Ketua.” Sebuah suara mengagetkanku. Sosok kurus bertopi biru muncul dari dalam ruangan. Robi adalah wakil ketua BEM dulu. Perawakannya masih sama seperti yang kuingat. Ia adik tingkatku. “Wah, sepaket kayaknya.” Ia menyalami Alfian. Matanya menatapku. “Apa kabar, Kanaya?”

“Baik, Rob. Sendiri aja?” tanyaku.  

Robi menoleh pada Alfian sesaat, kemudian balik ke arahku. “Dia engga bilang ya? Ada reuni kecil-kecilan.”

“Reuni?”

Alfian tertawa kecil. “Anak-anak ribut terus sejak tahun lalu, minta ketemuan katanya. Ya sudah, aku adakan saja, sembari nostalgia.”

“Kau kali yang nostalgia, Bos.” Sebuah suara membuat kami menoleh. Perempuan berkerudung datang dengan dua perempuan lainnya.

“Vina?” tanyaku. Memastikan kebenaran sosok yang kulihat.

Ia tersenyum. “Apa kabar, Kanaya?” Tak kusangka, bendahara BEM ini sekarang berkerudung. Dulu terkenal paling bebas.

Tak bisa kucegah, aku tertawa juga. Tak kupercaya, kejutan Alfian se oke ini. Mereka masih berhubungan dalam grup whatsapp.

Kami duduk berkumpul di kantin kampus. Memesan es teh dan membeli cemilan, sambil ngobrol banyak.

“Bima kemana, Kan?” tanya Rivan.

“Ke laut aja,” jawabku enteng.

“Heh, gimana sih, engga lihat apa, ada yang nampak falling in love disini?” Vina tertawa keras. Ternyata, kelakuannya belum berubah.  

Alfian tersenyum lebar.

“Wah, penantian kau tak sia-sia, Bos,” celetuk Robi nyaring. Membuat semua orang kompak bersiul.

“Doakan ya,” papar Alfian. Melirikku sekilas.

Ya ampun. Ini gimana sihhhhhh

 

>.<

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Dear Future Me: To The Me I'm Yet To Be
353      259     2     
Inspirational
Bagaimana rasanya jika satu-satunya tempat pulang adalah dirimu sendiri—yang belum lahir? Inara, mahasiswi Psikologi berusia 19 tahun, hidup di antara luka yang diwariskan dan harapan yang nyaris padam. Ayahnya meninggal, ibunya diam terhadap kekerasan, dan dunia serasa sunyi meski riuh. Dalam keputusasaan, ia menemukan satu cara untuk tetap bernapas—menulis email ke dirinya di masa dep...
Intertwined Hearts
1003      560     1     
Romance
Selama ini, Nara pikir dirinya sudah baik-baik saja. Nara pikir dirinya sudah berhasil melupakan Zevan setelah setahun ini mereka tak bertemu dan tak berkomunikasi. Lagipula, sampai saat ini, ia masih merasa belum menjadi siapa-siapa dan belum cukup pantas untuk bersama Zevan. Namun, setelah melihat sosok Zevan lagi secara nyata di hadapannya, ia menyadari bahwa ia salah besar. Setelah melalu...
Help Me Help You
1702      1004     56     
Inspirational
Dua rival akademik di sebuah sekolah menengah atas bergengsi, Aditya dan Vania, berebut beasiswa kampus ternama yang sama. Pasalnya, sekolah hanya dapat memberikan surat rekomendasi kepada satu siswa unggul saja. Kepala Sekolah pun memberikan proyek mustahil bagi Aditya dan Vania: barangsiapa dapat memastikan Bari lulus ujian nasional, dialah yang akan direkomendasikan. Siapa sangka proyek mus...
To the Bone S2
391      284     1     
Romance
Jangan lupa baca S1 nya yah.. Udah aku upload juga .... To the Bone (untuk yang penah menjadi segalanya) > Kita tidak salah, Chris. Kita hanya salah waktu. Salah takdir. Tapi cintamu, bukan sesuatu yang ingin aku lupakan. Aku hanya ingin menyimpannya. Di tempat yang tidak mengganggu langkahku ke depan. Christian menatap mata Nafa, yang dulu selalu membuatnya merasa pulang. > Kau ...
Reandra
1534      1027     66     
Inspirational
Rendra Rangga Wirabhumi Terbuang. Tertolak. Terluka. Reandra tak pernah merasa benar-benar dimiliki oleh siapa pun. Tidak oleh sang Ayah, tidak juga oleh ibunya. Ketika keluarga mereka terpecah Cakka dan Cikka dibagi, namun Reandra dibiarkan seolah keberadaanya hanya membawa repot. Dipaksa dewasa terlalu cepat, Reandra menjalani hidup yang keras. Dari memikul beras demi biaya sekolah, hi...
Anikala
904      431     2     
Romance
Kala lelah terus berjuang, tapi tidak pernah dihargai. Kala lelah harus jadi anak yang dituntut harapan orang tua Kala lelah tidak pernah mendapat dukungan Dan ia lelah harus bersaing dengan saudaranya sendiri Jika Bunda membanggakan Aksa dan Ayah menyayangi Ara. Lantas siapa yang membanggakan dan menyanggi Kala? Tidak ada yang tersisa. Ya tentu dirinya sendiri. Seharusnya begitu. Na...
TANPA KATA
18      17     0     
True Story
"Tidak mudah bukan berarti tidak bisa bukan?" ucapnya saat itu, yang hingga kini masih terngiang di telingaku. Sulit sekali rasanya melupakan senyum terakhir yang kulihat di ujung peron stasiun kala itu ditahun 2018. Perpisahan yang sudah kita sepakati bersama tanpa tapi. Perpisahan yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Yang memaksaku kembali menjadi "aku" sebelum mengenalmu.
Lovebolisme
148      130     2     
Romance
Ketika cinta terdegradasi, kemudian disintesis, lalu bertransformasi. Seperti proses metabolik kompleks yang lahir dari luka, penyembuhan, dan perubahan. Alanin Juwita, salah seorang yang merasakan proses degradasi cintanya menjadi luka dan trauma. Persepsinya mengenai cinta berubah. Layaknya reaksi eksoterm yang bernilai negatif, membuang energi. Namun ketika ia bertemu dengan Argon, membuat Al...
Langit Tak Selalu Biru
68      58     4     
Inspirational
Biru dan Senja adalah kembar identik yang tidak bisa dibedakan, hanya keluarga yang tahu kalau Biru memiliki tanda lahir seperti awan berwarna kecoklatan di pipi kanannya, sedangkan Senja hanya memiliki tahi lalat kecil di pipi dekat hidung. Suatu ketika Senja meminta Biru untuk menutupi tanda lahirnya dan bertukar posisi menjadi dirinya. Biru tidak tahu kalau permintaan Senja adalah permintaan...
CTRL+Z : Menghapus Diri Sendiri
120      107     1     
Inspirational
Di SMA Nirwana Utama, gagal bukan sekadar nilai merah, tapi ancaman untuk dilupakan. Nawasena Adikara atau Sen dikirim ke Room Delete, kelas rahasia bagi siswa "gagal", "bermasalah", atau "tidak cocok dengan sistem" dihari pertamanya karena membuat kekacauan. Di sana, nama mereka dihapus, diganti angka. Mereka diberi waktu untuk membuktikan diri lewat sistem bernama R.E.S.E.T. Akan tetapi, ...