Loading...
Logo TinLit
Read Story - The Snow That Slowly Melts
MENU
About Us  

Setelah kejadian di IGD kemarin itu, Minhyuk sudah bisa memprediksikan kalau cepat atau lambat, adiknya ini akan membuatnya kesal. Apalagi setelah tau kalau Yura ternyata satu rumah sakit dengan adiknya. 

Tapi yang tidak bisa dia prediksi adalah, kalau ternyata akan terjadi secepat ini. 

Begitu Minjun pulang ke rumah esok harinya, sepertinya adiknya itu cerita mengenai Yura ke eommanya, karna tak lama kemudian, appanya Minhyuk-Minjun langsung memanggil Minhyuk untuk datang ke rumah saat luang. 

Ada alasan kenapa appanya yang meminta Minhyuk untuk pulang, karna eommanya tau kalau permintaan appa tidak akan ditolak oleh anak pertamanya itu. Untuk Go Minhyuk, appa adalah seorang panutan dalam hidupnya, dan dia sangat menurut pada appanya.

Dan begitulah asal usul kenapa Minhyuk akhirnya melangkahkan kakinya ke dalam rumah yang sudah familiar di benaknya itu pada hari Sabtu yang seharusnya bisa ia pakai tidur. Setelah berganti dengan sandal rumah, Minhyuk mendapati semua sedang duduk di ruang keluarga sambil menonton acara ragam korea. 

Aktivitas yang memang selalu dilakukan jika sedang bersama di rumah.

Waktu Minhyuk masih tinggal disana, Minhyuk juga sering ikut bareng nonton. Dilengkapi dengan buah semangka jika musim panas tiba.

Sudah beberapa tahun berlalu sejak terakhir mereka nonton bareng, ya. Senyum sendu muncul begitu saja di wajah Minhyuk begitu memikirkan kilas balik itu. Mereka berenam dulu sangat sering melakukan aktivitas ini. 

"Eomma. Appa, na wasseo."  Minhyuk ikut duduk di sofa seberang adiknya itu.

"Eo, wasseo." Suara hangat ibunya langsung menyambutnya dengan senyuman yang tak lupa juga ikut menyertainya begitu melihat Minhyuk. "Mau buah? Atau kudapan?"

Minhyuk menggeleng kuat, "tidak perlu. Ada apa memanggilku kesini?" Sesekali dia masih melempar tatapan tajam pada adiknya itu yang seakan tidak bersalah.

"Ada apa lagi, kalau bukan ingin interview hyung," jawab Minjun yang masih nonton dengna posisi sedikit tiduran di sofa single itu.

Minhyuk langsung menatap dengan tatapan membunuh pada adiknya itu, saking tajamnya, Minjun sampai bisa merasa ada yang menusuknya, membuatnya menoleh dan duduk dengan tegak sambil menundukkan kepalanya. Adiknya ini benar-benar tidak bisa menjaga mulut.

"Kau... katanya sedang dekat dengan perempuan?" tanya eommanya langsung tanpa basa-basi. 

Anak pertama lelaki di rumah itu dalam sekejap langsung menatap adiknya, meminta penjelasan yang dijawab oleh Minjun dengan bahu yang terangkat, seperti tidak tau apa-apa. "Eomma, aku tidak bilang sedang dekat, ya. Aku bilang hyung sednag mendapat teman baru yang ternyata adalah temanku dari zaman kuliah."

"Sama aja," sahut papanya santai dan singkat.

Aish. Kalau sudah begini, rasanya dia menyesal sudah mengantar makanan ke Minjun kemarin itu. Minhyuk menghela napasnya. Dia sudah menduga hal ini akan terjadi lambat laun. Memang dasar takdir ini seperti mengerjainya. Siapa juga yang bisa menebak kalau ternyata Yura adalah teman Minjun. Simjieo, mereka satu rumah sakit.

"Dia hanya asal ngomong saja. Aku tidak sedang dekat dengan siapapun," jelasnya singkat. 

"Loh, lalu Han Yura itu siapamu? Dia teman Minjun yang sedang denganmu katanya belakangan ini." Mendengar penuturan eommanya barusan, membuat Minhyuk langsung melempar tatapan membunuh untuk kedua kalinya pada adiknya itu. 

Minjun yang ketakutan langsung menggelengkan kepalanya dengan tegas, "aku tidak bilang begitu, Eomma." Seakan takut dengan kakaknya, Minjun memilih untuk kabur saja. "Lebih baik aku istirahat aja di kamar deh." Buru-buru Minjun berlari dan mengunci kamarnya dari dalam. Meninggalkan Minhyuk yang hanya bisa menghela napasnya sekarang. 

"Han Yura hanya aneun saram, Eomma. Aku tidak dekat dengannya. Bahkan aku tidak tau dia temannya Minjun. Eojjeodaga, tak sengaja kenal di Jakarta." Adiknya itu benar-benar. Seandainya saja dia bisa memukulnya. 

"Jadi kalian dekat dari waktu di Jakarta," tanya papanya. Minhyuk rasanya ingin mengubur kepalanya sendiri di bantal, kenapa papanya juga ikutan sekarang. 

"Tidak dekat. Hanya saling tau nama satu sama lain saja."

"Tetap saja, nanti juga akan jadi dekat. Eommarang appaneun chanseongida! Minjun bilang dia anak yang baik." (Mama dan Papa setuju!)

Loh, apa-apaan ini.

"EommaAppaJinjja amu sai eobdanikkayo. Kalau mau terus membahas ini, lebih baik aku pulang saja." (Ma, Pa, benar-benar tidak ada hubungan spesial kok)

"Ehhh. Baiklah, baiklah. Sekarang tidak—" seakan tau arti tatapan dari anaknya yang pertama itu saat ini, mamanya mengangguk dan mengoreksi kata-katanya. "tidak ada hubungan. Oke. kau tetaplah disini. Makan malam bersama, oke?"

"Baiklah. Kalau ada yang perlu dibantu, panggil saja ya. Aku ingin ke kamar dulu."

***

Di kamarnya, Minhyuk hanya merebahkan diri di kasurnya yang tetap bersih dan wangi walaupun hanya ia tempati beberapa bulan sekali. Ini semua pasti karna mamanya yang tetap rajin membersihkan kamarnya. Padahal Mihnyuk sudah pernah bilang, kamarnya tidak perlu dibersihkan setiap hari. Tapi mamanya bersitegas ingin membersihkannya.

Haruskah dia mulai memejamkan matanya dan beristirahat sebentar? Hm, pikiran yang menarik. 

TAPI!

Minhyuk baru saja memejamkan matanya sebentar, saat pintunya berbunyi, terbuka dan tertutup lagi. 

Begitu matanya terbuka, dia sudah mendapati Minjun sedang duduk di kursi belajarnya dengan wajah cengegesannya. 

"Mau apa lagi kau kesini?"

"Aku mau mengaku salah. Mengingat aku sudah mengenal Yura sejak lama--" Tunggu, kesalahan apa lagi ini. "Dan aku tau dia bagaimana, jadi aku memilih untuk mengaku salah dulu."

Wah, perasaan Minhyuk jadi tidak tenang sekarang. Kali ini adiknya melakukan apa lagi?

Dirinya yang tadinya tiduran, sampai duduk dengan bersandar di dinding kasurnya, "apa lagi kali ini?" tanyanya tegas dan dalam.

Minjun sudah bersiap dengan memundurkan tubuhnya sedikit. Memberi jarak antara dirinya dan hyungnya itu. "Tapi kau harus berjanji untuk tidak menimpukku dengan bantal."

Minhyuk memejamkan matanya seraya menarik dan membuang napasnya berat. "Cepat katakan."

"Ah, Hyung. Janji dulu!"

"Go Minjun!"

"Wae?! Janji dulu." Ini merupakan suatu upaya Minjun agar tidak terkena timpukan dari hyungnya itu. Walaupun hanya bantal, tapi cukup sakit juga.

"Oke oke. Janji."

Minjun meneguk ludahnya sekilas dan menggigit bibirnya sebelum dia tersenyum kikuk dan membuka suara. "Aku memberikan kontakmu padanya."

"YA, GO MINJUN!"

Minjun semakin tersenyum kikuk sambil menggaruk lehernya. "Dia anak yang baik kok. Dia hanya ingin bilang makasih saja, karna kemarin itu tidak berterima kasih dengan tepat. Tenang saja. Dia bukan orang aneh."

Persetan dengan orang baik atau bukan. Kenapa juga adiknya ini memberikan kontaknya pada orang lain tanpa persetujuannya lebih dahulu. Hadeh, Go Minjun. Sabar, Minhyuk, sabar.

"Biarpun begitu, bagaimana bisa kau memberikan kontakku begitu saja? Tanpa persetujuanku? Kau seharusnya bertanya dulu."

Raut wajah Minjun sekarang membuat Minhyuk semakin kesal, raut wajah tak bersalah itu. "Toh, kalian sudah kenal, kan, Hyung? Jadi kupikir tidak ada yang salah."

"Amu munje eobda japajyeottne." Hah.. Minhyuk merasa penat seketika sekarang. Tangannya sudah memijit tulang hidungnya. (Gak ada masalah kepalamu!)

Adiknya itu kembali duduk dengan tegak, menatap kakak satu-satunya dengan serius. "Hyung."

Mendapati wajah serius adiknya itu, Minhyuk jadi ikut menegakkan tubuhnya juga, disertai dengan helaan napas, "mwo?"

"Bukankah sudah waktunya membuka lembaran baru? Sampai kapan kau mau mengingat hal itu? Sudah cukup lama kau tinggal di waktu yang sama. Ini sudah 5 tahun berlalu. Bukankah sudah cukup?"

Minhyuk hanya bisa diam. Tidak berniat untuk membalas apapun. Keputusan Minhyuk tidak ada yang bisa mengubahnya. Dia tidak ada niat untuk membuka lembar baru. Tidak setelah apa yang sudah terjadi padanya.

"Hyung. Aku sebagai adikmu, merasa sedih melihatmu seperti ini. Apalagi orangtua kita. Soljikhi malhaesseo, mau sampai kapan kau seperti ini? Waktumu terus berputar, tapi pikiran dan hatimu masih berdiri di tempat yang sama. Padahal napasmu saja juga terus keluar masuk. Kau tidak mau mencoba dulu?"

"Tidak mau." Jawaban Minhyuk sangat singkat, tapi itu terlihat sangat jelas bagi Minjun. Adiknya itu berdiri seraya menghela napas dan menepuk pundak bahu kakaknya.

"Yura.. aku tidak mengatakan ini hanya karna dia temanku. Tapi dia memang orang yang baik. Dan kurasa dia cocok denganmu. Kau bisa mencobanya jika kau tertarik. Tapi jika tidak, tolong jangan sakiti dia. Jal saenggak hae, Hyung." Setelah mengatakan itu, Minjun pergi dari kamarnya. Meninggalkan Minhyuk yang tenggelam dalam pikirannya sendiri.

Mau dipikirkan bagaimanapun, keputusannya tidak akan berubah. Kejadian itu bagaikan luka yang lebih sakit dibanding operasi tanpa anestesi. Ya walaupun tidak pernah menjalani operasi sih, tapi Minhyuk dapat menggambarkannya seperti itu.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
My love doctor
306      258     1     
Romance
seorang Dokter berparas tampan berwajah oriental bernama Rezky Mahardika yang jatuh hati pada seorang Perawat Salsabila Annisa sejak pertama kali bertemu. Namun ada sebuah rahasia tentang Salsa (nama panggilan perawat) yang belum Dokter Rezky ketahui, hingga Dokter Rezky mengetahui tentang status Salsa serta masa lalunya . Salsa mengira setelah mengetahui tentang dirinya Dokter Rezky akan menja...
Behind The Scene
1358      607     6     
Romance
Hidup dengan kecantikan dan popularitas tak membuat Han Bora bahagia begitu saja. Bagaimana pun juga dia tetap harus menghadapi kejamnya dunia hiburan. Gosip tidak sedap mengalir deras bagai hujan, membuatnya tebal mata dan telinga. Belum lagi, permasalahannya selama hampir 6 tahun belum juga terselesaikan hingga kini dan terus menghantui malamnya.
I N E O
6609      1398     5     
Fantasy
❝Jadi, yang nyuri first kiss gue itu... merman?❞
Sebuah Jawaban
407      295     2     
Short Story
Aku hanya seorang gadis yang terjebak dalam sebuah luka yang kuciptakan sendiri. Sayangnya perasaan ini terlalu menyenangkan sekaligus menyesakkan. "Jika kau hanya main-main, sebaiknya sudahi saja." Aku perlu jawaban untuk semua perlakuannya padaku.
Premium
Akai Ito (Complete)
6768      1350     2     
Romance
Apakah kalian percaya takdir? tanya Raka. Dua gadis kecil di sampingnya hanya terbengong mendengar pertanyaan yang terlontar dari mulut Raka. Seorang gadis kecil dengan rambut sebahu dan pita kecil yang menghiasi sisi kanan rambutnya itupun menjawab. Aku percaya Raka. Aku percaya bahwa takdir itu ada sama dengan bagaimana aku percaya bahwa Allah itu ada. Suatu saat nanti jika kita bertiga nant...
Between Us
3254      1363     5     
Romance
Song Dami jelas bukanlah perempuan yang banyak bicara, suka tersenyum. Oke, mungkin iya, dulunya, tapi sekarang tidak. Entahlah, dia juga lupa alasan kenapa dia lebih banyak menyembunyikan emosinya dan memilih untuk melakukan apa yang disuruh padanya. Dan karna itu, Sangho, oppanya meminta dia untuk berhenti dari pekerjaannya yang sekarang karna Dami ternyata ditindas oleh sunbaenya. Siapa ya...
Story of April
2591      919     0     
Romance
Aku pernah merasakan rindu pada seseorang hanya dengan mendengar sebait lirik lagu. Mungkin bagi sebagian orang itu biasa. Bagi sebagian orang masa lalu itu harus dilupakan. Namun, bagi ku, hingga detik di mana aku bahagia pun, aku ingin kau tetap hadir walau hanya sebagai kenangan…
Silent Love
1996      1173     2     
Romance
Kehidupan seorang Gi Do Hoon yang tenang dan tentram tiba-tiba berubah karena kedatangan seorang perempuan bernama Lee Do Young yang sekaramg menjadi penyewa di salah satu kamar apartemennya. Ini semua karena ibunya yang tiba-tiba saja -oke. ibunya sudah memberitahunya dan dia lupa- menyewakannya. Alasannya? Agar Do Hoon bisa keluar dari apartemennya minimal dua hari lah selain ke perpustakaa...
Semesta Berbicara
1423      824     10     
Romance
Suci Riganna Latief, petugas fasilitas di PT RumahWaktu, hanyalah wajah biasa di antara deretan profesional kelas atas di dunia restorasi gedung tua. Tak ada yang tahu, di balik seragam kerjanya yang lusuh, ia menyimpan luka, kecerdasan tersembunyi, dan masa lalu yang rumit. Dikhianati calon tunangannya sendiri, Tougo—teman masa kecil yang kini berkhianat bersama Anya, wanita ambisius dari k...
Love Rain
20964      2832     4     
Romance
Selama menjadi karyawati di toko CD sekitar Myeong-dong, hanya ada satu hal yang tak Han Yuna suka: bila sedang hujan. Berkat hujan, pekerjaannya yang bisa dilakukan hanya sekejap saja, dapat menjadi berkali-kali lipat. Seperti menyusun kembali CD yang telah diletak ke sembarang tempat oleh para pengunjung dadakan, atau mengepel lantai setiap kali jejak basah itu muncul dalam waktu berdekatan. ...