Begitu tiba di Korea, udara dingin langsung menusuk kulit Yura. Perbedaan suhu yang drastis dari panasnya Jakarta beberapa jam lalu benar-benar membuatnya menggigil. Dengan cepat, ia mengeratkan jaketnya dan menggeret kopernya, matanya mencari sosok yang tak terlihat sejak mereka turun dari pesawat.
"Minhyuk-ssi... ke mana dia?" gumam Yura sambil menoleh ke sekeliling.
Karena duduk di bagian tengah pesawat, Yura turun lebih dulu. Ia sempat berharap bisa bertemu Minhyuk di bandara, tapi sejauh mata memandang, lelaki itu menghilang entah ke mana. Mau bagaimana pun dia mencarinya, Minhyuk benar-benar tidak ada.
Akhirnya, Yura menyerah. Lagipula, Hyena dan Rowoon sudah menunggunya di pintu kedatangan. Tanpa pikir panjang, ia melangkah ke depan, mencari dua sahabatnya.
Begitu melihat Hyena dan Rowoon di antara kerumunan, Yura langsung berlari dengan penuh semangat.
"Yura-ya!!!!! Aku kangen sekali!!" pekik Hyena begitu melihat sahabatnya, tak peduli beberapa orang menoleh karena suara nyaringnya.
"Hyena-ya!!!!!" Yura juga berteriak sama kencangnya, membalas dengan semangat yang sama. Keduanya saling berlari dan memeluk erat, berjingkrak-jingkrak kegirangan.
Sementara itu, Rowoon hanya berdiri di samping dengan ekspresi lelah, menundukkan wajahnya karena malu.
"Astaga, kalian berdua ini... bisa tidak sedikit lebih kalem?" gumamnya sambil menghela napas.
Tentu saja, baik Yura maupun Hyena mengabaikannya. Mereka masih sibuk berpelukan seperti baru saja bertemu setelah sepuluh tahun terpisah.
Setelah puas dengan reuni heboh itu, Rowoon akhirnya menyarankan, "Hei, ayo cepat masuk mobil. Di luar dingin sekali, Yura juga pasti capek."
Yura mengangguk. Untungnya, dia hanya membawa satu koper karena sebagian besar barangnya masih ada di Korea. Jadi, tidak perlu repot membawa banyak barang saat ke Jakarta kemarin.
***
Di dalam mobil, Rowoon duduk di kursi pengemudi, sementara Yura dan Hyena dengan santainya duduk di kursi penumpang tengah.
Mobil baru saja berjalan ketika Rowoon mengerang kesal. "Hei, kalian keterlaluan sekali. Aku kan bukan supir. Masa tidak ada yang duduk di depan?"
Yura tersenyum lebar, lebih ke arah cengegesan. "Jalan saja, Gisa-nim."
"Aish! Kalian ini! Park Hyena, kau juga diam saja. Kenapa kau juga tidak duduk di depan?" gerutu Rowoon sambil menoleh sekilas ke kaca spion.
Hyena hanya mengangkat bahunya. "Aku mau duduk di sini, lebih hangat."
Rowoon mendecak kesal, lalu melirik Yura. "Dasar kau ini. Selalu mau enaknya saja."
Yura tertawa kecil. "Hei, kau kan memang jago menyetir, jadi jangan mengeluh. Fokus ke jalan, Rowoon gisa-nim."
"Ya! Aku bukan supirmu, tau!" balas Rowoon dengan wajah sebal.
Tiba-tiba saja Yura memajukan tubuhnya ke depan, hingga jarak wajah mereka sedikit dekat. "Kalau begitu, aku panggil kau apa? Oppa?" goda Yura sambil tertawa.
Rowoon mendengus, walaupun jantungnya seakan berdetak kencang seakan kena takikardia mendengar Yura memanggilnya oppa di samping telinganya tadi. Jarak mereka terlalu dekat, dan suara Yura yang sedikit jahil itu membuat telinganya panas. Ia buru-buru mengalihkan pandangannya ke depan, mencoba fokus ke jalan, tetapi sulit.
Seandainya Yura tau betapa kacaunya pikirannya sekarang, mungkin dia akan lebih menggoda lagi. Jarak mereka terlalu dekat sekali. "Tidak usah! Lebih baik kau diam."
Hyena menghela napas panjang. "Astaga... aku seperti ibu yang mengasuh dua anak kecil. Bisakah kalian berdua diam sebentar saja?"
"Dia duluan yang mulai!" seru Yura dan Rowoon bersamaan, saling menuding satu sama lain.
Hyena menepuk dahinya. "Ya Tuhan... kapan kalian akan dewasa?!"
***
Setelah beberapa menit, Yura tiba-tiba merasa ada yang kurang.
"Ya, neoeui namchin-ie gachi angasseo?" tanyanya pada Hyena. (Oi, pacarmu tidak ikut?)
Hyena menggeleng. "Dia ikut orangtuanya menjemput saudaranya."
Yura mengernyit. "Eh? Dia ada saudara? Sejak kapan?"
Rowoon, yang sedari tadi hanya diam, akhirnya menyahut tanpa melepas pandangannya dari jalan. "Sejak lahir lah, Yura-ya. Pertanyaan macam apa itu."
Yura langsung menyipitkan matanya, menatap sinis ke arah Rowoon melalui kaca spion tengah. "Kau menyetirlah yang benar. Jangan ikut jawab."
"Hei! Aku juga punya mulut, tau!" balas Rowoon tak mau kalah.
"Tapi kan aku tanyanya pada Hyena," Yura masih bertahan dengan argumennya.
Merasa kedua sahabatnya akan mulai ribut, Hyena langsung menyela, "Yaedeul-ah. Ije geuman. Yura-ya, kau juga baru sampai. Sudah ribut saja dengan Rowoon. Kalian berdua ini benar-benar seperti anak kecil yang selalu ribut kalau ketemu."
Yura dan Rowoon saling melirik lewat rear-mirror sebelum mendecak kesal bersamaan.
***
Jika mau diceritakan, pertemanan mereka memang sudah berlangsung lama. Rowoon, Hyena, dan Minjun sudah satu sekolah sejak SMA di Korea. Lalu, mereka masuk ke universitas yang sama, mengambil jurusan kedokteran. Saat itulah mereka bertemu dengan Yura, yang merupakan siswa pindahan dari SMA di Jakarta.
Awalnya, Yura merasa canggung karena tidak mengenal siapa pun. Dia duduk di bangku paling depan, berharap tidak menarik perhatian. Namun, semuanya berubah saat Hyena datang terlambat dan harus duduk di sampingnya.
"Hai! Kau anak baru, ya? Aku Hyena!" ujar Hyena dengan senyum lebar.
Yura mengangguk canggung. "Aku Yura. Senang bertemu denganmu."
Ternyata, sejak perkenalan itu, mereka berdua menjadi tak terpisahkan.
Saat ada tugas kelompok, Hyena menarik Minjun dan Rowoon untuk satu tim dengan mereka.
"Aku dan Yura pasti dalam satu kelompok! Minjun, Rowoon, kalian ikut!" seru Hyena dengan semangat.
"Kenapa aku harus ikut?" protes Rowoon.
"Diam dan ikut saja," potong Hyena.
Sejak saat itu, mereka berempat selalu bersama. Hyena sempat berencana menjodohkan Yura dan Rowoon, tapi rencana itu gagal total.
Minjun pernah bertanya pada Rowoon, "Hei, kau suka Yura, ya? Kau sering sekali cari gara-gara dengannya."
Rowoon langsung mendengus. "Mana mungkin aku menyukai perempuan seperti dia? Selalu ingin menang sendiri."
Dari semester pertama hingga sekarang, mereka tetap bersama, saling mendukung, saling mengganggu, dan tentu saja—saling ribut setiap kali bertemu. Pernah suatu kali saat mereka sedang belajar kelompok, Yura dan Rowoon malah bertengkar tentang hal sepele.
"Ya! Kau menulis ini salah, Rowoon-ah! Seharusnya anatomi ini berbeda," ujar Yura, menunjuk catatan Rowoon.
"Hei, aku sudah belajar ini sejak lama. Catatanku selalu benar! Kau saja yang tidak mengerti," balas Rowoon.
Hyena dan Minjun hanya bisa saling bertatapan dan mendesah panjang. "Mereka ini belajar atau malah lomba debat?"
Saat mereka pergi ke kampus bersama, pun selalu ada hal kecil yang membuat mereka beradu mulut. Bahkan saat memilih tempat duduk di perpustakaan, mereka bisa berdebat soal siapa yang harus duduk di mana. Tapi di balik semua itu, tanpa mereka sadari, Yura dan Rowoon justru semakin dekat, bahkan lebih dekat dari yang mereka kira.