Loading...
Logo TinLit
Read Story - The Snow That Slowly Melts
MENU
About Us  

Tibalah saatnya Yura akhirnya terbebas dari ocehan mamanya.

HAHAHAHAHA.

Rasanya seperti menang lotre. Seperti mendapatkan liburan tambahan. Seperti—ya, seperti akhirnya bisa bernapas lega setelah berhari-hari menghadapi serangan verbal tak henti dari sang mama tentang kapan dirinya akan membawa pacar ke rumah.

Dengan langkah santai dan hati ringan, Yura menyeret kopernya menuju pintu masuk bandara. Tapi sebelum benar-benar melangkah masuk, ia berbalik dan tersenyum menenangkan ke arah kedua orangtuanya, kakak perempuannya, dan kakak iparnya yang datang untuk mengantarnya.

Dan seperti yang sudah diduga, bahkan di saat perpisahan pun, mamanya tidak lupa untuk mengingatkan hal yang paling Yura hindari.

"Yura-ya, nanti kalau balik ke Jakarta lagi, bawa pacar ya! Kalau tidak, kau tidak boleh balik ke sini lagi!" suara mamanya terdengar nyaring, menarik beberapa perhatian orang sekitar.

Yura mengerjapkan mata, ingin tertawa tapi juga takut. "Eomma..." rengeknya.

Yura tau mamanya hanya bercanda. Tapi entah kenapa, bercandanya selalu membuatnya sedikit takut. Karena... bagaimana kalau mamanya benar-benar menepati ancamannya?

Di samping mamanya, sang appa hanya terkekeh dan menepuk bahu Yura pelan. "Sudahlah, jangan dengarkan. Eomma-mu hanya bercanda."

"Aku serius," sela mamanya, membuat Yura hampir tersedak udara.

"Eomma, kau segitu inginnya mengirimku untuk menikah ya?" Yura memeluk appanya dan menyandarkan kepalanya di bahu pria paruh baya itu. "Appa, pastikan aku masih bisa pulang, ya?"

Sang appa terkekeh lagi. "Tentu saja. Asalkan kau jaga kesehatan di Korea, makan yang benar, dan urus dirimu baik-baik. Jangan sampai sakit."

Yura mengangguk dengan mantap. "Siap, Appa!"

Setelah memeluk kedua orangtuanya, kakaknya, dan kakak iparnya, Yura melambaikan tangan sambil menarik kopernya ke dalam ruang check-in.

***

Di ruang tunggu dekat gate keberangkatan, Yura menelusuri area sekitar, mencari kursi kosong yang dekat dengan pintu gate. Saat itulah matanya menangkap sosok yang sangat ia kenal.

Jaket hitam. Headphone di kepala. Mata tertutup.

Yura hampir tertawa. Kenapa gaya Minhyuk selalu seperti itu? Tidak bosan apa?

Dengan senyum yang tidak bisa ia tahan, Yura berjalan mendekati Minhyuk dan duduk di belakangnya. Ia mengulurkan tangan dan menepuk bahu lelaki itu pelan. Minhyuk menggeliat kecil sebelum akhirnya membuka matanya dengan tampang bingung, lalu berbalik.

Dan begitu melihat siapa yang duduk di belakangnya, ekspresinya langsung berubah.

"Annyeonghaseyo!" sapa Yura cerah dengan senyum lebarnya.

Minhyuk diam.

Lalu, tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dia kembali berbalik dan memejamkan matanya lagi.

Yura membulatkan mulutnya. "Ck, kenapa cuek sekali sih..."

Berbeda dengan Minhyuk yang terlihat tidak peduli, Yura justru semakin bersemangat untuk mengajaknya bicara.

"Kau juga kembali ke Korea sekarang?" tanyanya. Tidak ada jawaban.

Yura mendekat sedikit. "Minhyuk-ssi, kau benar-benar tidak akan menjawab?"

Hening.

Yura menghela napas, tapi tak menyerah. "Baiklah, kalau begitu, pesawat apa? Aku bisa membantumu memeriksa jadwalnya. Takut-takut kau ketiduran dan ketinggalan pesawat nanti."

Akhirnya, Minhyuk membuka mata lagi, menoleh sedikit ke belakang, lalu mengangkat satu jari telunjuknya dan mengarahkannya tepat di depan wajah Yura. "Aku bisa urus sendiri. Terima kasih."

Yura menatap jari itu, lalu menatap wajah Minhyuk dengan ekspresi yang sulit dijelaskan. "Hah... Ya Tuhan, kau ini benar-benar dingin sekali. Aku hanya berusaha membantu, tau?"

Tapi Minhyuk sudah kembali memasang headphone-nya dan memejamkan mata lagi.

Yura mendecak pelan. Baiklah, dia menyerah untuk sekarang.

Tanpa ada yang bicara lagi, mereka duduk diam, satu di depan dan satu di belakang, menunggu panggilan untuk masuk pesawat.

***

Ketika akhirnya nomor penerbangannya dipanggil, Yura bangkit dan bersiap masuk. Ia melirik sekilas ke arah Minhyuk. Lelaki itu masih belum bergerak dari tempat duduknya.

Yura mengerutkan kening. Apa dia tidak satu pesawat dengannya?

Ah, kalau begitu, tidak perlu pamit. Daripada dia sakit hati sendiri karena tidak ada balasan, lebih baik langsung masuk saja.

Dengan menggeret kopernya, Yura melangkah masuk ke dalam pesawat.

***

Begitu pesawat sudah mengudara, Yura merasa ingin ke toilet. Ia membuka sabuk pengamannya, berdiri, lalu berjalan menyusuri lorong.

Tapi di tengah jalan, langkahnya terhenti.

Matanya membelalak.

Minhyuk?!

Kenapa dia ada di pesawat ini?!

Yura yakin dia tidak melihat Minhyuk masuk tadi. Apa dia kelewatan karena terlalu sibuk melihat ke luar jendela?

Dengan wajah sedikit sumringah, Yura menepuk bahu Minhyuk. "Hehe, ketemu lagi."

Minhyuk membuka matanya perlahan, lalu menghela napas panjang.

Yura bisa membaca ekspresi itu dengan jelas.

Lelah.

Minhyuk tampak benar-benar lelah bertemu dengannya lagi.

Yura menyeringai kecil. "Kau pasti bahagia melihatku lagi, kan?"

"......"

Yura hendak membuka suara lagi untuk menggoda lelaki itu, tapi tepat saat itu, seorang pramugari melintas di depan mereka.

"Maaf, Nona, silakan kembali ke kursi Anda," ucap pramugari dengan senyum sopan.

Yura melirik Minhyuk sekilas, lalu tersenyum kecil dan mengangguk pada pramugari. "Baik, aku akan kembali."

Saat ia berjalan kembali ke kursinya, ia masih sempat melihat Minhyuk menutup matanya lagi, mungkin berharap bisa menghindari interaksi lebih lama.

Ck. Dasar manusia dingin itu.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
My Brother Falling in Love
38349      3891     8     
Fan Fiction
Pernah terlintas berjuang untuk pura-pura tidak mengenal orang yang kita suka? Drama. Sis Kae berani ambil peran demi menyenangkan orang yang disukainya. Menjadi pihak yang selalu mengalah dalam diam dan tak berani mengungkapkan. Gadis yang selalu ceria mendadak merubah banyak warna dihidupnya setelah pindah ke Seoul dan bertemu kembali dengan Xiumin, penuh dengan kasus teror disekolah dan te...
Premium
The Devil Soul of Maria [18+]
16132      3807     3     
Inspirational
Ambisi besar Meira nyaris tercapai namun halangan mengesalkan datang dan membuatnya terhenti sejenak Di saat tak berdaya itu seorang pria menawarkan kesepakatan gila padanya Melihat adanya peluang Meira pun akhirnya masuk dalam permainan menarik kehidupan
Loading 98%
652      399     4     
Romance
Love Rain
20997      2838     4     
Romance
Selama menjadi karyawati di toko CD sekitar Myeong-dong, hanya ada satu hal yang tak Han Yuna suka: bila sedang hujan. Berkat hujan, pekerjaannya yang bisa dilakukan hanya sekejap saja, dapat menjadi berkali-kali lipat. Seperti menyusun kembali CD yang telah diletak ke sembarang tempat oleh para pengunjung dadakan, atau mengepel lantai setiap kali jejak basah itu muncul dalam waktu berdekatan. ...
I N E O
6610      1399     5     
Fantasy
❝Jadi, yang nyuri first kiss gue itu... merman?❞
Semesta Berbicara
1424      825     10     
Romance
Suci Riganna Latief, petugas fasilitas di PT RumahWaktu, hanyalah wajah biasa di antara deretan profesional kelas atas di dunia restorasi gedung tua. Tak ada yang tahu, di balik seragam kerjanya yang lusuh, ia menyimpan luka, kecerdasan tersembunyi, dan masa lalu yang rumit. Dikhianati calon tunangannya sendiri, Tougo—teman masa kecil yang kini berkhianat bersama Anya, wanita ambisius dari k...
Bait of love
2284      1085     2     
Romance
Lelaki itu berandalan. Perempuan itu umpan. Kata siapa?. \"Jangan ngacoh Kamu, semabuknya saya kemaren, mana mungkin saya perkosa Kamu.\" \"Ya terserah Bapak! Percaya atau nggak. Saya cuma bilang. Toh Saya sudah tahu sifat asli Bapak. Bos kok nggak ada tanggung jawabnya sama sekali.\"
Behind The Scene
1358      607     6     
Romance
Hidup dengan kecantikan dan popularitas tak membuat Han Bora bahagia begitu saja. Bagaimana pun juga dia tetap harus menghadapi kejamnya dunia hiburan. Gosip tidak sedap mengalir deras bagai hujan, membuatnya tebal mata dan telinga. Belum lagi, permasalahannya selama hampir 6 tahun belum juga terselesaikan hingga kini dan terus menghantui malamnya.
Bloody Autumn: Genocide in Thames
9567      2144     54     
Mystery
London, sebuah kota yang indah dan dikagumi banyak orang. Tempat persembunyian para pembunuh yang suci. Pertemuan seorang pemuda asal Korea dengan Pelindung Big Ben seakan takdir yang menyeret keduanya pada pertempuran. Nyawa jutaan pendosa terancam dan tragedi yang mengerikan akan terjadi.
When the Winter Comes
60793      8208     124     
Mystery
Pertemuan Eun-Hye dengan Hyun-Shik mengingatkannya kembali pada trauma masa lalu yang menghancurkan hidupnya. Pemuda itu seakan mengisi kekosongan hatinya karena kepergian Ji-Hyun. Perlahan semua ini membawanya pada takdir yang menguak misteri kematian kedua kakaknya.