Hidup tenang tanpa drama bersama kakak dan adiknya adalah impian hidup Molly, anak tengah dari tiga bersaudara. Dia tak menyangka saat Agatha, kakaknya, tiba-tiba menghilang dan melepas tanggung jawab hingga adik bungsu mereka, Pandia, menjadi pengantin pengganti dalam sebuah pernikahan yang tak diinginkan.
...Read More >>"> SECRET IN SILENCE (Bab 27) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - SECRET IN SILENCE
MENU 0
About Us  

"Sial, aku harus mencari cara," gumam Molly setengah frustrasi. Meski memasang wajah yang tenang dan ramah dalam pesta, batinnya mirip badai petir kala hujan badai.

Keputusannya pergi sendiri tanpa Rolan membuat Molly harus berpikir ekstra. Dia tak pandai menipu, membujuk, membelokkan keinginan orang lain bagai membalikkan telapak tangan seperti laki-laki itu. Kemampuannya hanyalah berbicara dengan tanaman dan bersahabat dengan alam. Tidak lebih.

Lantas, apa yang dapat dilakukan Molly?

Apakah Molly harus menumbuhkan tanaman dan memerangkap para penjaga itu? Namun, itu hanya akan menarik perhatian dan massa, apalagi sekarang dia baru saja berhasil membersihkan namanya.

Malam ini, Molly lebih banyak menolak tawaran Donna maupun Vulen untuk menemaninya. Dia ingin tenggelam dalam pikirannya, memperkirakan langkah apa yang tepat dalam kondisi tenang. Andai dia adalah prajurit kuat seperti Agatha, andai saja dia seorang manipulator seperti rolan, andai dia ...

Molly tertegun, seolah mendapatkan ide brilian.

Ya, dia adalah Pembisik Daun, yang membantu untuk membuatkan patung, seorang pahlawan, bintang pada pesta malam ini, dan seorang tamu terhormat, yang artinya dia punya hak istimewa.

"Astaga, aku cerdas sekali," gumamnya memuji diri sendiri. Ia menenggak habis minumannya, lantas bergegas pergi menyelinap keluar dari Aula Utama.

Kali ini Molly akan menghadapinya terang-terangan. Belajar dari penampilan Rolan, yang selalu tampil dengan tubuh tegap dan dagu yang diangkat untuk menunjukkan kepercayaan diri. Ia menjaga tempo langkah kakinya agar tetap anggun tak tergesa-gesa. Bahunya turun perlahan agar tampak rileks. Bentuk keraguan apa pun akan membuat rencananya gagal, dan dia tidak diperbolehkan untuk gagal.

"Berhenti!" Dua penjaga menghadang langkah Molly, tepat ketika ia tiba di depan pintu batu ruangan sang Druid Agung. Mereka mengamati Molly dari ujung rambut hingga ke ujung kaki. Keningnya berkerut, mencoba mengenalnya.

"Ada urusan apa, Nona? Ini area privasi dan terlarang," kata salah satu penjaga berambut gimbal. "Anda berasal dari pesta, ya. Apakah Anda tersesat? Saya bisa membantu Anda kembali ke Aula Utama."

"Tidak, Druid Agung memang memberitahuku untuk datang ke ruangan pribadinya," Molly menjawab tenang yang dibuat-buat, namun sangat meyakinkan di mata orang lain—sebuah bakat yang telah dimilikinya sejak dulu.

"Druid Agung sendiri?" Penjaga yang berambut keriting mengernyitkan dahi, ragu. "Tidak mungkin."

"Oh, aku yakin memang benar begitu yang disampaikan beliau padaku," kata Molly. "Beliau mengatakan ingin berbicara dengan Pembisik Daun, secara pribadi. Kami ingin mendiskusikan tentang Suaka Kelopak Emas."

"Ah, jadi Anda si Pembisik Daun. Maafkan atas ketidaktahuan kami, Nona."

Dua penjaga itu memberikan hormat dan membukakan pintu batu di belakang mereka.

Molly meremas roknya, tak percaya akan semudah ini. Hak istimewa sebagai seorang Pembisik Daun dan pahlawan, memang sangat berguna jika di waktu genting. Kerja bagus.

Jujur, Molly ingin sekali berjingkat bahagia, salto kalau perlu. Namun, ia tak boleh bersikap jemawa—tidak sebelum Molly tahu di mana posisi Agatha sekarang.

Dia membungkuk sebagai respon terima kasih, lalu masuk ke ruangan pribadi Druid Agung. Begitu menjejakkan kakinya ke dalam, pintu batu bergeser menutup di belakang punggungnya. Sayang, Molly tak menemukan sosok Druid Agung. Ruangan itu kosong, tak berpenghuni, tak ada tanda-tanda keberadaan lelaki bertubuh gagah itu. Namun, pintu akses menuju ke gua rahasia dalam kondisi terbuka. Mungkin saja laki-laki itu berada di dalam sana.

Dugaan Molly benar. Druid Agung berdiri di tempat Agatha terjatuh semalam. Saat dia mendekatinya, ia menyadari satu hal yang tidak diduganya.

Druid Agung berdiri di depan meja batu. Tangannya mengusap permukaan meja perlahan, namun wajahnya menengadah menatap ke langit-langit gua. Tubuhnya yang senantiasa tegap dan penuh siaga, kini terlihat melunak, seolah terbawa oleh angin nostalgia. Satu tangan yang lain bermain lembut dengan gelangnya. Gelang yang sama dilihat Molly sewaktu di depan pintu masuk gua suaka siang ini. Seolah tengah merindukan sesuatu yang terpendam jauh dari dalam hati.

Perlahan-lahan Molly mendekat dan tanpa menyapa dia mengatakan, "Gelang itu milik Agatha."

Perkataan itu sontak membuat Druid Agung terperanjat dan memutar badannya. Mendapati Molly yang berdiri di belakang dengan raut wajah penuh kecurigaan. Namun keterkejutannya seketika digantikan oleh kewibawaan dan ketegasan, seperti yang ditunjukkannya setiap hari.

"Molly," Druid Agung menyapa. "Ada apa kau kemari?"

Alih-alih menjawab pertanyaan Druid Agung, Molly malah merespon dengan pertanyaan lain, "Ke mana Agatha pergi, Tuanku?"

"Apa maksudmu?" Druid Agung kebingungan, gaya bicaranya menuntut penjelasan.

"Kau memakai gelang milik Agatha, aku berasumsi kau dan kakakku memiliki hubungan yang baik sebelum aku datang kemari," Molly menjelaskan, menebak sekaligus menuduh. "Agatha pasti memberitahumu ke mana dia berteleportasi, iya bukan?"

Bahu Druid Agung yang sempat menegang kini merosot. Ia mendengkus seraya mengusap dahinya. Sebuah isyarat tersirat bahwa apa yang dinyatakan oleh Molly memang benar.

"Ini memang gelang milik Agatha," kata Druid Agung mengonfirmasi. "Dia yang memberikannya padaku."

"Apakah kau tidak marah kepada Agatha karena telah mencuri patung?"

Druid Agung membuka mulutnya dan berkata, "Aku ... aku tidak yakin apakah aku bisa marah dan kecewa dengannya."

Druid Agung menghela napas panjang ditambah tawa kecil, meski warna tawanya terdengar berbeda, seperti baru saja jatuh cinta. Druid Agung tak henti memainkan gelangnya. Dia juga tersenyum lembut saat menyadari tindakannya sendiri.

Molly menjengit. "Kau jatuh hati pada Agatha?"

"Iya." Suara Druid Agung terdengar tenang, namun mengandung kelembutan yang tak pernah diduga saat menjawab, "Aku memang menyukainya."

Ini pertama kalinya Molly melihat seseorang yang tertarik pada Agatha secara langsung. Maksudnya, dia tahu kakaknya adalah wanita yang menarik dan sempurna. Namun, saat orang-orang mengetahui tabiat asli Agatha, banyak laki-laki yang memilih untuk mundur dan mencemoohnya. Untuk itulah, banyak pria dewasa dan matang yang menjauhinya.

Dan di sinilah Molly, bertemu dengan seorang pria berstatus tinggi yang jatuh hati dengan Agatha secara terang-terangan.

Apakah Druid Agung benar-benar tak tahu seperti apa karakter asli Agatha, ataukah ada alasan lain?

Druid Agung terdiam sejenak, menimbang setiap kata. "Agatha," gumamnya perlahan, "aku bertemu dengannya di Aula Pemujaan, dan tertarik dengan kepribadiannya yang penuh energi. Menginspirasi orang lain tanpa mengharapkan pujian."

Demi para leluhur, Druid Agung benar-benar murni menyukai Agatha! Molly menelan ludahnya, namun kemudian menimpali, "Dan gelang itu?"

"Aku mengambilnya sebagai imbalan."

"Imbalan atas apa?" Molly menyipitkan matanya, curiga.

Druid Agung hanya terdiam, tak memberikan jawaban, membiarkan rasa penasaran menggantung dan menari-nari di udara. Molly mengepalkan tangan, pikirannya dipenuhi oleh berbagai macam spekulasi.

"Imbalan atas apa? Kau membantu Agatha atau bagaimana?" tuntut Molly.

Pandangan Druid Agung melesat ke mata Molly. "Iya aku membantunya ... untuk mencuri patung di Aula Pemujaan."

"Apa?" Molly terlalu terkejut sampai membuatnya berdiri membeku. "Kenapa kau melakukan itu? Kau adalah Druid Agung dan semua orang menggantungkan nasib desa ini padamu."

"Aku melakukannya karena patung itu telah kekurangan energi sejak lama," jawab Druid Agung serius. "Essentia yang hidup dalam patung itu tersisa setipis bulu, sedangkan Pembisik Daun yang dulu tinggal di tempat ini telah lama pergi. Tapi Agatha menawarkan seseorang yang bisa membantuku membuat patung, yaitu adiknya—kau."

Molly merapatkan bibirnya.

"Sebagai gantinya, aku memberikan dia patung itu agar Agatha bisa pergi menuju ke tempat artefak yang dicarinya." Druid Agung masih menjelaskan, wajahnya tetap tenang, tegas, namun ketika menyebut nama Agatha, ekspresinya berubah lembut.

"Kau tahu tentang Keajaiban Bilena," tebak Molly seraya menunjuk pria itu.

"Tentu aku tahu. Keajaiban Bilena adalah artefak yang dititipkan oleh Permaisuri Galenia kepada para druid. Beliau memberikan informasi mengenai letak artefak itu kepada leluhurku. Beratus-ratus tahun leluhurku mencoba untuk mencari keberadaannya, namun tak satu pun yang menemukannya. Hingga kami sampai pada kesimpulan: mungkin Permaisuri Galenia hanyalah seorang pembual, dan pada titik itu, kami berhenti percaya," balas Druid Agung dalam nada yang dingin. "Sejak saat itu, leluhur kami memilih untuk fokus menjaga keseimbangan alam di Hutan Dar dan menganggap keberadaan artefak itu sebagai mitos belaka. Sekarang, kakakmu menginginkan artefak itu agar bisa mengendalikan essentia api miliknya secara instan."

Jadi apa yang dikatakan oleh Agatha waktu itu adalah kebenaran. Dia memang membutuhkan Keajaiban Bilena agar dapat menguasai essentia miliknya. Hanya itu, tidak ada alasan yang lain lagi.

Tapi, Agatha terlihat cukup baik mengendalikan essentia-nya. 

"Kalau begitu, kau pasti tahu di mana letak Labirin Hijau, kan?" tanya Molly harap-harap cemas.

"Ya, di Lembah Besar Esterdon. Sebuah tempat istimewa yang tak ada di dunia ini," Druid Agung menjelaskan. "Tempat di mana para roh leluhur bersemayam untuk berkumpul bersama sebelum melanjutkan ke perjalanan mereka ke dunia yang lebih tinggi."

"Baiklah, aku hanya perlu berteleportasi ke sana," gumam Molly.

"Kau tidak bisa pergi ke sana sembarangan, Mol," kata Druid Agung memotong semangat dan harapan Molly.

"Aku adalah Pembisik Daun, aku bisa pergi ke sana sendiri. Penjaga Agung Hutan telah memberikanku izinnya," sahut Molly penuh percaya diri.

"Setiap tempat dijaga oleh Penjaga Agung, dan kau perlu memohon izin kepada Penjaga Agung Lembah agar bisa tiba di sana dengan selamat," Druid Agung menimpali seraya berjalan mendekat. "Singkatnya, kau hanya mendapatkan izin untuk pergi dari tempat ini, tapi tidak untuk diterima di Lembah Besar Esterdon."

"Kalau begitu, bagaimana caranya aku bisa mendapatkan izin dari Penjaga Agung Lembah?" tanya Molly penasaran. Matanya kini berkilat dengan harapan dan antisipasi atas informasi yang barusan didapatnya.

Sang Druid Agung tak segera menjawab, malah membuang mukanya dan merapatkan rahangnya. Tangannya dikepalkan kuat-kuat, membuat otot-otot pada lengannya mengembang.

"Hei, kau belum menjawab pertanyaanku." Molly menegur datar.

Melihat reaksi Druid Agung yang seolah menghindari pertanyaan dan tatapan matanya, Molly semakin curiga kalau pria ini tahu sesuatu. Dia ingin tutup mulut, namun mungkin ... mungkin saja wajah Molly yang mirip dengan Agatha, membuat Druid Agung kesulitan untuk menyembunyikan ekspresi wajahnya.

Molly melirik gelang Agatha, lantas berpindah ke sorot mata Druid Agung secara bergantian. Bola mata Molly membulat begitu menyadari satu hal. Ia kemudian menunjuk wajah lelaki itu.

"Darimu," gumam Molly terkejut dengan detailnya. "Kau bisa berkomunikasi dengan Penjaga Agung Lembah. Tidak hanya membantunya untuk mencuri patung, kau juga membantu Agatha untuk mendapatkan izin."[]

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Forestee
453      320     4     
Fantasy
Ini adalah pertemuan tentang kupu-kupu tersesat dan serigala yang mencari ketenangan. Keduanya menemukan kekuatan terpendam yang sama berbahaya bagi kaum mereka.
Beternak Ayam
202      171     1     
Fantasy
Cerita tentang Bimo dan temannya, yang belajar untuk beternak ayam dengan kakek Kutokuto. Mereka bisa mengetahui cara beternak ayam untuk menghasilkan uang.
Invisible Girl
1073      556     1     
Fan Fiction
Cerita ini terbagi menjadi 3 part yang saling berkaitan. Selamat Membaca :)
Pertualangan Titin dan Opa
3192      1244     5     
Science Fiction
Titin, seorang gadis muda jenius yang dilarang omanya untuk mendekati hal-hal berbau sains. Larangan sang oma justru membuat rasa penasarannya memuncak. Suatu malam Titin menemukan hal tak terduga....
House with No Mirror
391      292     0     
Fantasy
Rumah baru keluarga Spiegelman ternyata menyimpan harta karun. Anak kembar mereka, Margo dan Magdalena terlibat dalam petualangan panjang bersama William Jacobs untuk menemukan lebih banyak harta karun. Berhasilkah mereka menguak misteri Cornwall yang selama ini tersembunyi?
Lusi dan Kot Ajaib
7652      1274     7     
Fantasy
Mantel itu telah hilang! Ramalan yang telah di buat berabad-abad tahun lamanya akan segera terlaksana. Kerajaan Qirollik akan segera di hancurkan! Oleh siapa?! Delapan orang asing yang kuat akan segera menghancurkan kerajaan itu. Seorang remaja perempuan yang sedang berlari karena siraman air hujan yang mengguyur suatu daerah yang di lewatinya, melihat ada seorang nenek yang sedang menjual jas h...
Petualang yang bukan petualang
1772      823     2     
Fantasy
Bercerita tentang seorang pemuda malas bernama Ryuunosuke kotaro yang hanya mau melakukan kegiatan sesuka kehendak nya sendiri, tetapi semua itu berubah ketika ada kejadian yang mencekam didesa nya dan mengharuskan dia menjadi seorang petualang walupun dia tak pernah bermimpi atau bercita cita menjadi seorang petualang. Dia tidaklah sendirian, dia memiliki sebuah party yang berisi petualang pemul...
HAMPA
388      268     1     
Short Story
Terkadang, cinta bisa membuat seseorang menjadi sekejam itu...
ETHEREAL
1452      651     1     
Fantasy
Hal yang sangat mengejutkan saat mengetahui ternyata Azaella adalah 'bagian' dari dongeng fantasi yang selama ini menemani masa kecil mereka. Karena hal itu, Azaella pun incar oleh seorang pria bermata merah yang entah dia itu manusia atau bukan. Dengan bantuan kedua sahabatnya--Jim dan Jung--Vi kabur dari istananya demi melindungi adik kesayangannya dan mencari sebuah kebenaran dibalik semua ini...
Secret Garden
260      220     0     
Romance
Bagi Rani, Bima yang kaya raya sangat sulit untuk digapai tangannya yang rapuh. Bagi Bima, Rani yang tegar dan terlahir dari keluarga sederhana sangat sulit untuk dia rengkuh. Tapi, apa jadinya kalau dua manusia berbeda kutub ini bertukar jiwa?