Aku mengerjap sebentar. Oke. Tutup dulu pintunya….
Aku membuka pintu lagi. Yap. Itu tiga orang yang kukenal baik. Dua yang seharusnya tidak tahu tentang tempat itu entah kenapa ada di dalam café Kak Yudi, dengan Kak Dilar, dan jelas ada sesuatu yang terjadi sebelum aku datang barusan.
“REY??”
Aku langsung tidak bisa bernapas karena pelukan Yuki yang erat sekali. Kuat pula, karena Yuki belajar Judo sampai sekarang, dia sudah hampir lulus sabuk hitam. Kulihat Kak Dilar tersenyum tapi mengangkat bahu. Kak Hamka hanya mendengus.
“Oke….ini ada apa lagi?” tanyaku hati-hati.
“Maaf…” Yuki, yang sempat kulihat matanya sembab malah mengeluarkan air mata untuk kedua kalinya, sepertinya.
“Maaf aku…aku…”
Aku menghela napas. Tersenyum, memeluknya balik. “Nggak…aku juga salah, kami juga salah….” Aku menatap Kak Dilar. Yang mengangguk setuju.
Yuki melepas pelukanku, matanya penuh tekad. “Malem ini aku nginep di rumahmu. Nggak ada tapi-tapian. Aku mau jadi sahabat yang lebih baik!”
Mataku ikut berair, “Oke. Tapi aku maunya di rumahmu. Ada Pocky soalnya.”
Kami tertawa, “Oke.” Yuki mengangguk.