Read More >>"> Black Roses (46) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Black Roses
MENU
About Us  

Jungkook berteleportasi ke kamar Jimin untuk memastikan bahwa hyungnya yang satu itu belum bangun karena pengaruh obat tidur. Tapi ternyata Jimin tidak ada di ranjangnya.

Rasa panik langsung menyelimuti hati Jungkook. Ia mencari ke semua sudut mansion, bahkan bertanya pada keempat hyungnya yang ada disana. Tapi nihil.

Namja Jeon itu semakin panik dan memutuskan segera kembali berteleportasi ke rumah Sumin. Tepat saat ia muncul di kamar Sumin yang bernuansa biru muda itu, ia mendengar 2 pikiran. Milik Sumin dan Jimin.

Jungkook berdecak. "Sudah kuduga Jimin hyung akan langsung berteleportasi kesini" batinnya sambil menuruni tangga pelan-pelan, berusaha tidak menimbulkan suara sedikitpun.

Jungkook sampai di bagian toko bunga Sumin. Tapi tiba-tiba pikiran Sumin tidak terdengar lagi. Ia merasa aneh. Dahinya berkerut, mengerahkan kekuatan lebih untuk menggapai pikiran Sumin. Tapi tidak ada. Seolah pikiran Sumin terputus begitu saja.

Merasa semakin panik, Jungkook segera masuk ke toko bunga itu lewat pintu belakang yang terhubung dengan rumah Sumin.

Mata Jungkook hampir saja lepas saat melihat kekacauan disana. Sumin sudah tergeletak tak berdaya di bawah kaki Jimin. Sedangkan Jimin sedang asyik menjilati darah Sumin yang berada di tangannya.

Tidak menegur Jimin sama sekali, namja bergigi kelinci itu segera menghampiri Sumin. Tapi tanpa berjongkok dan mengeceknyapun Jungkook tahu bahwa Sumin telah mati. Karena darah gadis itu sudah tergenang di sekitar lehernya. Pantas saja pikiran gadis itu tidak terdengar lagi. "Sial! Harusnya aku tidak meninggalkan Sumin Noona! Harusnya dia pergi lebih cepat! Sial! Sial! Sial!"

Jeon Jungkook sangat kesal. Dia gagal mencegah Jimin dan Sumin bertemu. Hingga akhirnya salah satu dari mereka harus mati. Suminlah yang mati.

Jimin baru tersadar saat sebuah tinju mendarat di pipi kirinya. Ia tersungkur dan langsung menatap orang yang telah membuat sudut bibirnya sobek. Jungkook. "Kookie!" Hardiknya. "Kenapa kau memukulku?"

"Kenapa kau membunuh Sumin Noona?!" Jungkook balas berteriak dengan marah.

Jimin mendengus. "Kau membela wanita sialan ini?!" Teriaknya sambil menunjuk mayat Sumin. "Kau tidak tahu apa-apa, Kookie! Jadi berhentilah ikut campur!" Lanjutnya sambil bangkit.

"Kaulah yang tidak tahu apapun, Hyung!! Kau tidak tahu alasan kenapa Sumin Noona meracunimu! Kau tidak tahu bagaimana menyesalnya dia! Kau tidak tahu betapa menderitanya dia selama bulan purnama! Kau tidak tahu bahwa dialah yang berusaha sekuat tenaga untuk membangunkanmu! Karena saat itu kau masih koma!"

"Memangnya siapa yang membuatku koma?! Dia kan?! Bagaimanapun juga, dia tetap salah, Jungkook!"

"Apakah kesalahan harus diselesaikan dengan pembunuhan?! Kau tidak harus membunuhnya, Hyung! Harusnya kau memberinya kesempatan untuk menjelaskan semuanya!"

"Jika kuberi dia kesempatan, dia pasti akan kembali meracuniku lagi, Kookie! Dia adalah wanita licik! Kenapa pula kau harus membelanya?!"

"Karena ada alasan kenapa ia meracunimu, Hyung?!"

Jimin mendengus, tidak percaya dengan semua perkataan Jungkook. Hingga kemudian sebuah pemikiran konyol melintas dalam benaknya. Pemikiran itu ternyata sanggup membuat Jimin tertawa terbahak-bahak. "Kau membelanya karena pasti kau menyukai Sumin kan?!" Tebaknya disela tawa.

Mata lebar Jungkook semakin melebar. Apa-apaan itu? Bisa-bisanya Jimin berpikiran seperti itu?! "Apa?! Tidak, Hyung! Aku tidak mungkin menyukai Sumin Noona. Dia milikmu. Bagiku dia hanyalah seorang kakak"

"Kakak spesial" Jimin kembali mendengus. "Itu sama saja, Kookie"

"Hyung! Bagaimana bisa kau menuduhku seperti ini?! Kau tahu, kau telah membunuh satu-satunya orang yang bisa menghancurkan organisasi vampire hunter!"

"Kookie" lirih sebuah suara gadis.

Namja yang dipanggil terkejut. Begitu pula dengan Jimin. Karena keduanya hafal sekali dengan suara itu. Itu adalah Sumin.

Gadis separuh vampir itu telah duduk di lantai yang tergenangi darahnya sendiri. Ia menatap Jimin dan Jungkook dengan tangan yang memegangi lehernya.

"Noona!" Pekik Jungkook sambil berjongkok di samping Sumin. "Sebentar" katanya sambil menyingkirkan tangan Sumin. Ia ingin melihat luka di nadi leher Sumin.

Tapi leher Sumin terlihat baik-baik saja. Tidak ada bekas luka apapun. Hanya noda darah yang mengotori tubuh bagian kiri gadis itu.

Jungkook meraba leher Sumin, tepat diatas nadinya. "Kau hidup kembali, Noona" ucapnya takjub.

Sumin menatap Jungkook bingung. "Jadi aku sempat mati?"

Jungkook mengangguk sambil tersenyum. "Tadi aku sama sekali tidak mendengar pikiranmu, Noona. Tapi sekarang aku bisa mendengarnya lagi"

Yeoja Baek itu terdiam. Dia merasa takjub tapi juga takut pada dirinya sendiri. Dia benar-benar hidup kembali. Padahal itu sangat tidak mungkin jika melihat berapa banyak darah yang sudah menggenang di lantai.

"Jadi kau hidup kembali ya" ucap Jimin dengan tatapan tajam pada Sumin.

Sumin tersentak. "Jimin kumohon jangan bunuh aku lagi. Aku harus menyelamatkan pangeran Hoseok terlebih dahulu" pintanya memelas.

Namja Park itu berdecak tidak suka. "Alasan"

"Tidak, Hyung. Karena hanya dia yang bisa menyelamatkan Hoseok Hyung" bela Jungkook sambil membantu Sumin berdiri.

"Jeon Jungkook" geram Jimin dengan merah. "Bukankah sudah kukatakan, jangan ikut campur!"

Jungkook terkejut mendengarnya. Pasalnya Jimin tidak pernah marah sampai seperti ini padanya. Mungkinkah hyungnya ini merasa cemburu? Atau benar-benar marah pada Sumin? Sepertinya tidak mungkin Jimin merasa cemburu. Jungkook menyimpulkan bahwa pastilah Jimin marah sekali pada kekasihnya.

Dengan kesimpulan itu, Jungkook maju, membuat dirinya berada diantara Jimin dan Sumin untuk melindungi si gadis separuh vampir. "Aku akan tetap ikut campur jika kau tidak mau mendengarkan penjelasan Sumin noona terlebih dahulu" katanya dengan tenang.

Netra Jimin telah berubah kembali berwarna merah. Ia menggeram dalam. "Menyingkirlah, Kookie. Aku tidak mau menyakitimu"

"Sakiti aku sebelum kau menyakiti Sumin noona, hyung" tantang Jungkook.

Jimin semakin marah mendengarnya. "Kau sendiri yang meminta!" Teriaknya bersamaan dengan lecutan petir ungu yang keluar dari tangan kanannya.

Tapi sebelum pecut listrik ungu milik Jimin mengenai Jungkook, ada sebuah tameng listrik ungu lain yang melindungi namja Jeon itu. Tameng itu seperti jalinan listrik yang membentuk jaring rapat.

Kedua namja disana terkejut melihatnya. Jungkook bahkan sudah membalikkan badan menghadap Sumin. "Noona, apakah itu listrik milikmu?" Tanyanya dengan takjub.

Sumin mengangguk, kemudian matanya menelisik tubuh Jungkook. "Apa kau baik-baik saja, Kookie? Pecut listrik Jimin tidak mengenaimu, kan?" Tanyanya khawatir.

"Aku baik-baik saja, Noona. Gomawo"

"Bagaimana bisa kau memiliki kekuatan seperti itu?" Tanya Jimin dengan heran menatap Sumin.

"Maaf Jimin, sebenarnya ini kekuatan milikmu. Yoongi bilang, itu terbawa saat kau mentranfusikan darahmu" jawab Sumin.

Jimin terdiam, kehilangan kata-kata. Ia tidak menyangka jika tindakannya dulu bisa membuat Sumin seperti ini. Menjadikan gadis itu separuh vampir, bahkan memiliki kekuatan yang sama dengannya, elektrikon. Meskipun warna ungu listrik milik Sumin tidak setajam miliknya. Listrik Sumin seperti campuran warna ungu dan putih.

Menghentikan acara berfikirnya, Jimin kembali menyerang Sumin. Kali ini bukan pecut listrik yang ia keluarkan. Tapi listrik mini yang melompat-lompat di lantai. Listrik itu menyebar menghindari Jungkook tapi langsung memerangkap kaki Sumin.

Baek Sumin memekik kesakitan kala terkena listrik mini milik Jimin. Ia semakin menjerit saat listrik itu naik dari kakinya, terus keatas hingga menyelimuti seluruh tubuh Sumin.

Gadis itu merasa tubuhnya tersengat, lalu terbakar. Rasanya sangat sakit hingga yang dapat ia lakukan hanyalah menjerit. Sumin teringat pertanyaannya pada Park ssaem dulu. Gurunya itu bahkan tidak tahu apa yang akan terjadi jika Jimin dan Sumin saling menyerang.

Tapi sekarang Sumin sudah tahu jawabannya. Listrik milik Jimin berbeda dengan miliknya. Bahkan warnanya juga terlihat berbeda. Maka dari itu listrik Jimin bisa menyakitinya.

Mungkin listrik Sumin juga bisa menyakiti Jimin. Tapi ia tidak yakin. Bagaimanapun juga kekuatannya berasal dari Jimin. Lagipula kekuatan Sumin tidaklah sebesar milik namja itu. Ia bisa pingsan jika terlalu banyak mengeluarkan tenaga untuk mengeluarkan listrik.

"Jimin hyung! Hentikan!" Teriak Jungkook dengan panik. "Kau bisa membunuhnya lagi!"

Tapi Jimin malah semakin meningkatkan kekuatannya. Memerangkap tubuh Sumin dalam lompatan listrik ungu statis berjuta volt. "Itulah yang aku inginkan. Kematian Sumin" jawab lelaki itu dengan dingin.

Dengan satu teriakan melengking terakhir, tubuh Sumin melemas dan jatuh berdebum ke lantai. Matanya terpejam, rambutnya acak-acakan, pakaiannya hangus terbakar.

Merasa musuhnya telah tak berdaya, Jimin menurunkan kekuatannya perlahan. Listriknya di tubuh Sumin semakin berkurang hingga hilang sama sekali. Iapun tersenyum puas melihat Sumin yang kembali terkapar.

"Noona!" Teriak Jungkook khawatir. Ia segera memegang pergelangan tangan Sumin tapi langsung melepasnya seperti tersengat listrik juga. Tak kehilangan akal, iapun mengambangkan tangannya diatas hidung gadis malang itu. Tapi tidak ada deru nafas sama sekali.

Jungkook juga berusaha menggapai pikiran Sumin. Tapi tidak ada pikiran apapun. Sumin telah mati untuk yang kedua kalinya.

Namja Jeon itu mengepalkan tangannya dengan erat hingga kuku jarinya menancap. Ia sangat marah sekarang. Segera ia bangkit menghadap Jimin yang menatapinya dengan tatapan tajam. "Jimin hyung" geramnya. "Asal kau tahu, dia mempertaruhkan nyawanya untuk mencari blue roses demi dirimu!"

Jimin malah mendengus. "Apa peduliku?!"

Mendengar itu Jungkook semakin menggeram. "Kau pacarnya!"

"Itu dulu. Sebelum dia mengkhianatiku"

"Kalian hanya salah paham, Hyung! Dia meracunimu karena ibumulah yang telah membunuh ibu Sumin noona!"

Jimin tertawa hambar. "Jangan mengarang cerita, Kookie. Karena aku tidak akan percaya pada karangan anehmu itu"

"Aku tidak mengarang cerita, Hyung! Aku memiliki ingatan Sumin Noona di kepalaku!" Jawab Jungkook sambil mengetuk sisi kepalanya.

Tapi Jimin tidak lagi fokus pada Jungkook. Matanya terbelalak kaget melihat sesuatu di belakang si namja Jeon. "Bagaimana bisa"

Penasaran, Jungkookpun ikut melihat ke belakangnya. Dan iapun bereaksi sama seperti Jimin.

Karena Sumin sudah duduk di lantai sambil menatapi tubuhnya sendiri.

Gadis aneh itu masih acak-acakan. Tapi ia terlihat baik-baik saja. Tidak ada luka sama sekali.

"Astaga Noona kau hidup lagi?!" Seru Jungkook.

Suminpun menatap Jungkook dengan heran. "Apa aku baru saja mati lagi?"

Jungkook hanya bisa mengangguk karena masih merasa takjub.

"Bagaimana mungkin kau hidup kembali?!" Seru Jimin.

"Apa kau lupa Hyung? Sumin Noona adalah separuh vampir. Ia tidak bisa mati dengan cara manusia maupun vampir. Dia lebih abadi daripada kita, bangsa vampir" jelas Jungkook dengan tatapan tajam pada Jimin.

"Apa?!" Jimin seolah merasa salah dengar.

"Kau telah memutus nadinya, seperti membunuh manusia. Tapi dia hidup lagi. Kau juga telah memanggangnya dengan listrik berjuta volt. Tapi dia juga hidup lagi. Bahkan Sumin Noona pernah berusaha bunuh diri setelah meracunimu. Ia memakan mawar merah yang juga kau makan sebelumnya. Tapi ia tidak apa-apa. Tidak ada tanda-tanda bahwa ia keracunan sama sekali" si vampir pembisik menjelaskan dengan sabar.

Jiminpun memandang Sumin dengan tatapan tak terbaca. "Monster" lirihnya.

Deg!

Sumin dengan jelas mendengar ucapan Jimin itu. Hatinya seperti ditusuk dengan tombak. Sakit sekali. Tapi kemudian ia ingat bahwa iapun pernah mengatakan hal yang sama pada Jimin. Saat itu pasti Jimin juga merasakan sakit hati seperti ini juga.

"Mungkin ada satu hal yang bisa membunuhku" celetuk Sumin.

Sekejap mata kemudian, Jimin telah berdiri menjulang di depan Sumin. Dengan mudah ia mencengkram leher gadis itu dan mengangkatnya. Seolah tubuh Sumin terbuat dari kapas yang sangat ringan.

Sumin tercekik saat Jimin terus mencekik serta mengangkatnya hingga kakinya tak lagi menapak lantai.

"Katakan bagaimana caranya" perintah Jimin dengan datar.

Sumin menepuk-nepuk tangan Jimin yang mencengkram lehernya. Kakinya menendang-nendang percuma di udara. Bagaimana mungkin ia menjawab pertanyaan Jimin jika untuk bernafas saja sulit?

"Jimin hyung! Hentikan!" Teriak Jungkook.

Si namja elektrikon tidak menggubris. Ia terus saja mencekik leher Sumin.

Akhirnya Jungkook memutuskan untuk merasuki pikiran Jimin. Ia berkonsentrasi penuh. Saat ia telah menguasai pikiran hyungnya itu, ia segera mengendalikan otak Jimin.

"Turunkan Sumin Noona dengan hati-hati" perintah Jungkook dalam benak Jimin.

Ajaibnya, si namja Park langsung menuruti perintah itu. Ia bahkan bingung dengan tubuhnya yang bergerak sendiri. Ia seolah telah kehilangan kendali tubuhnya.

Sumin juga bingung saat kakinya kembali menginjak lantai dan cengkeraman Jimin di lehernya melonggar. Tapi saat sudut matanya menangkap ekspresi Jungkook yang sedang berkonsentrasi, ia tahu bahwa namja bergigi kelinci itulah yang mengendalikan Jimin.

"Jauhi Sumin noona" perintah Jungkook lagi.

Dengan bingung, Jimin berjalan mundur menjauhi Sumin hingga punggung namja itu menabrak dinding.

"Noona, cepat pergi dari sini! Aku akan menahan Jimin hyung" kaya Jungkook tanpa memandang Sumin. Ia berkonsentrasi penuh menahan Jimin tetap berada dalam pengaruhnya.

Yang bisa Jimin lakukan hanyalah balas menatap dongsaengnya itu dengan marah. Ia benar-benar tidak bisa menggerakkan satupun bagian tubuhnya.

"Terima kasih, Kookie. Kau harus menghubungiku nanti" kata Sumin yang menghampiri kopernya.

Gadis itu terlihat sangat berantakan. Tapi tidak ada waktu lagi untuk memperbaiki penampilannya. Ia harus segera pergi.

Sebelum Sumin berteleportasi, ia menatap Jimin dengan sedih. "Maafkan aku, Jimin" dan gadis itupun menghilang.

2 menit setelah Sumin berteleportasi, Jungkook baru melepaskan pengaruhnya pada Jimin. Keringat membasahi dahinya, membuat rambut namja itu lepek dan menempel pada dahi.

Tapi Jungkook tidak bisa bersantai barang sebentar saja. Karena Jimin telah mencengkram kerah kemejanya dengan erat. Bahkan hyungnya yang satu ini juga terlihat sangat marah. "Katakan kemana Sumin pergi!" Geramnya.

TBC








 

With love, Astralian ????

How do you feel about this chapter?

0 0 1 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
MANTRA KACA SENIN PAGI
3166      1173     1     
Romance
Waktu adalah waktu Lebih berharga dari permata Tak terlihat oleh mata Akan pergi dan tak pernah kembali Waktu adalah waktu Penyembuh luka bagi yang sakit Pengingat usia untuk berbuat baik Juga untuk mengisi kekosongan hati Waktu adalah waktu
Dear You
13910      2312     14     
Romance
Ini hanyalah sedikit kisah tentangku. Tentangku yang dipertemukan dengan dia. Pertemuan yang sebelumnya tak pernah terpikirkan olehku. Aku tahu, ini mungkin kisah yang begitu klise. Namun, berkat pertemuanku dengannya, aku belajar banyak hal yang belum pernah aku pelajari sebelumnya. Tentang bagaimana mensyukuri hidup. Tentang bagaimana mencintai dan menyayangi. Dan, tentang bagai...
Evolvera Life
6806      2826     27     
Fantasy
Setiap orang berhak bermimpi berharap pada keajaiban bukan Namun kadang kenyataan yang datang membawa kehancuran yang tak terduga Siapa yang akan menyangka bahwa mitos kuno tentang permintaan pada bintang jatuh akan menjadi kenyataan Dan sayangnya kenyataan pahit itu membawa bencana yang mengancam populasi global Aku Rika gadis SMA kelas 3 yang hidup dalam keluarga Cemara yang harmonis du...
Love and your lies
4651      1146     0     
Romance
You are the best liar.. Xaveri adalah seorang kakak terbaik bagi merryna. Sedangkan merryna hanya seorang gadis polos. Dia tidak memahami dirinya sendiri dan mencoba mengencani ardion, pemain basket yang mempunyai sisi gelap. Sampai pada suatu hari sebuah rahasia terbesar terbongkar
Premium
Sakura di Bulan Juni (Complete)
9459      1933     1     
Romance
Margareta Auristlela Lisham Aku mencintainya, tapi dia menutup mata dan hatinya untukku.Aku memilih untuk melepaskannya dan menemukan cinta yang baru pada seseorang yang tak pernah beranjak pergi dariku barang hanya sekalipun.Seseorang yang masih saja mau bertahan bersamaku meski kesakitan selalu ku berikan untuknya.Namun kemudian seseorang dimasa laluku datang kembali dan mencipta dilemma di h...
Ghea
423      272     1     
Action
Ini tentang Ghea, Ghea dengan segala kerapuhannya, Ghea dengan harapan hidupnya, dengan dendam yang masih berkobar di dalam dadanya. Ghea memantapkan niatnya untuk mencari tahu, siapa saja yang terlibat dalam pembunuhan ibunya. Penyamaran pun di lakukan, sikap dan nama palsu di gunakan, demi keamanan dia dan beserta rekan nya. Saat misi mereka hampir berhasil, siapa sangka musuh lamany...
3600 Detik
2490      924     2     
Romance
Namanya Tari, yang menghabiskan waktu satu jam untuk mengenang masa lalu bersama seseorang itu. Membuat janji untuk tak melupakan semua kenangan manis diantara mereka. Meskipun kini, jalan yang mereka ambil tlah berbeda.
Kamu, Histeria, & Logika
54645      5545     58     
Romance
Isabel adalah gadis paling sinis, unik, misterius sekaligus memesona yang pernah ditemui Abriel, remaja idealis yang bercita-cita jadi seorang komikus. Kadang, Isabel bisa berpenampilan layaknya seorang balerina, model nan modis hingga pelayat yang paling berduka. Adakalanya, ia tampak begitu sensitif, tapi di lain waktu ia bisa begitu kejam. Berkat perkenalannya dengan gadis itu, hidup Abriel...
Melawan Tuhan
2434      917     2     
Inspirational
Tenang tidak senang Senang tidak tenang Tenang senang Jadi tegang Tegang, jadi perang Namaku Raja, tapi nasibku tak seperti Raja dalam nyata. Hanya bisa bermimpi dalam keramaian kota. Hingga diriku mengerti arti cinta. Cinta yang mengajarkanku untuk tetap bisa bertahan dalam kerasnya hidup. Tanpa sedikit pun menolak cahaya yang mulai redup. Cinta datang tanpa apa apa Bukan datang...
A Story
242      194     2     
Romance
Ini hanyalah sebuah kisah klise. Kisah sahabat yang salah satunya cinta. Kisah Fania dan sahabatnya Delka. Fania suka Delka. Delka hanya menganggap Fania sahabat. Entah apa ending dari kisah mereka. Akankah berakhir bahagia? Atau bahkan lebih menyakitkan?