Berusaha terlihat santai, Jungkook mengangkat bahu. "Tidak tahu. Dia bisa berada di belahan dunia mana saja" jawabnya sok polos.
Jimin menyentakkan kerah baju Jungkook hingga yang lebih muda terhuyung ke belakang.
"Sial!" Umpat Jimin sambil mengacak surainya dengan kesal. Ia gagal membunuh Sumin. Dan sekarang ia kehilangan jejak gadis sialan itu. Bahkan ia tidak tahu, mantan kekasihnya itu pergi kemana.
Tidak mungkin Jimin menjelajahi seluruh tempat di dunia hanya untuk mencari seorang gadis separuh vampir yang bisa berteleportasi kemanapun. Itu sama saja seperti kata pepatah, mencari sebuah jarum dalam tumpukan jerami. Yang artinya, pekerjaan itu sangatlah mustahil untuk dilakukan.
Seperti teringat sesuatu, Jimin berbalik kembali menghadap Jungkook. "Kau pasti tahu tujuan Sumin, Kookie. Mustahil jika kau tidak tahu" ucapnya mengintimidasi.
"Tidak" bohong Jungkook dengan keras kepalanya.
Mata Jimin menyipit. "Jangan berbohong!" Bentaknya.
Tapi Jungkook seperti tidak terpengaruh. Ekspresinya masih sama. Datar, dengan tatapan mata tajam.
Tiba-tiba Jimin terbelalak kaget, lantas menjambak rambutnya sendiri. "Keluar dari kepalaku, Kookie!" Teriaknya.
Benar. Diamnya Jungkook barusan ternyata adalah proses memasuki pikiran Jimin. Membuat hyungnya itu merasakan sakit kepala yang teramat sangat. "Diam hyung!" Desis yang lebih muda.
Seketika itu Jimin terdiam, kedua tangannya telah kembali ke sisi tubuhnya. Meskipun begitu, ekspresinya terlihat kesal. Rahangnya mengeras menahan amarah.
"Ayo kita pulang, hyung" Ajak yang lebih muda sambil menggapai tangan Jimin. Dan namja Park itu tidak memiliki pilihan lain selain menurut saja.
???? Black Roses ????
Cahaya kuning lampu yang temaram menemani seorang lelaki mabuk itu. Di sekitarnya telah berserakan berbotol-botol bir beserta gelasnya. Bahkan ada beberapa yang sudah pecah berantakan. Tapi namja itu seolah tidak terganggu sama sekali. Ia terus saja menegak minuman beralkohol itu meskipun ia telah berkali-kali cegukan.
Bayangan seorang gadis bersurai coklat yang tersenyum padanya terus berputar dalam benak lelaki itu. "Sumin" racaunya.
Sekejap kemudian bayangan indah itu berubah suram. Senyum gadis bernama Sumin itu tiba-tiba berubah menjadi seringai menyeramkan. Kemudian gadis itu menyuapkan 2 kelopak mawar hitam yang entah bagaimana bisa meracuninya.
Sejujurnya Jimin masih tidak mengerti. Bagaimana bisa mawar hitam itu malah meracuninya? Tapi kemudian ia ingat bahwa kekasihnya itu sempat mengatakan sesuatu yang sedikit aneh.
"Tersenyumlah sebelum kau tidak bisa tersenyum lagi oppa."
"Kau tahu oppa, aku bertemu dengan Taehyung saat melewati restoran tadi. Dia melihat mawar hitam yang kubawa dan bertanya, siapa yang meninggal. Awalnya aku bingung harus menjawab apa. Karena aku ingat kau melarangku untuk memeberitahunya tentang identitasmu. Jadi, aku hanya menjawab bahwa tidak ada yang meninggal. Tapi pasti sebentar lagi akan ada yang meninggal"
"Setiap orang bisa mengkhianati siapapun"
Jimin masih ingat betul bahwa Sumin mengatakan kalimat-kalimat itu tepat sebelum ia keracunan. Bahkan ia juga ingat dengan jelas bagaimana ekspresi Sumin saat itu. "Kenapa?"
Kenapa Sumin seperti sangat ingin membunuhnya? Apa salahnya? Apa yang membuat cinta gadis itu berubah menjadi kebencian?
Ah Jimin ingat. Mereka berdua sempat bertengkar hebat masalah Junmyung di malam sebelumnya. Sumin memang marah padanya saat itu. Bahkan gadis bermata bulat itu seolah jijik padanya.
Tapi saat ia datang ke kamar Jimin, gadis itu terlihat menyesal. Bahkan meminta maaf padanya.
Bodohnya, Jimin mempercayai permintaan maaf itu. Ia tidak menaruh curiga sama sekali. Kenapa ia begitu bodoh? Kenapa ia tidak menyadari kata-kata Sumin yang masih menyiratkan amarah?
Apakah karena ia terlalu mencintai Sumin hingga berfikir bahwa gadisnya itu tidak mungkin mengkhianatinya?
Tapi apa?
Ternyata ia salah besar!
Jimin pikir, selama ini Sumin mencintainya dengan tulus hingga kekasihnya itu mau berubah menjadi makhluk seperti dirinya.
Tapi ternyata tidak.
Sumin malah mencelakainya.
Ia malah ingin membunuh Jimin.
Sebuah pemikiran sinting tiba-tiba mampir di otak namja itu. Pemikiran mengerikan bahwa mungkin gadis bermarga Baek itu mendekatinya dengan tujuan untuk membunuhnya.
Jika diingat lagi, memang Suminlah yang pertama kali menghampiri Jimin dengan surat ancaman aneh itu. Hingga kemudian mereka berdua dekat dan menjalani hubungan yang lebih serius.
Saat itu, saat Jimin tahu bahwa Sumin adalah belahan hatinya, ia merasa sangat senang. "I wanna be a good man, just for you." Ia berusaha mengekang nafsunya sebagai vampir agar siap saat akan berubah menjadi manusia suatu saat nanti.
Tapi jika benar begitu, Sumin sungguh harus diberi penghargaan. Karena aktingnya sungguh luar biasa! Jimin bahkan sampai terjebak dalam drama yang dimainkan yeoja sialan itu.
Namja vampir itu mendengus. "Fake love"
Benar.
Cinta Sumin sangatlah palsu.
Yeoja itu berpura-pura mencintainya agar dapat membunuhnya.
Benar-benar gadis sialan!
Inilah alasan kenapa Jimin tidak mau berurusan dengan gadis dan cinta sejak dulu. Karena kedua hal itu sangatlah tidak berguna dan membuang-buang tenaga dan pikiran. Lihat saja dia sekarang. Sangat terpuruk hanya karena gadis yang memberinya cinta palsu. Sungguh menyedihkan!
"I'm so sick of this fake love. Love you so bad" sebuah racauan kembali meluncur dari bibir Jimin sebelum namja itu tertidur diatas meja bar.
Orang bilang, saat seseorang mabuk, mereka cenderung akan mengatakan hal-hal yang jujur. Lantas, apakah dibalik kebenciannya, Jimin masih mencintai Sumin?
???? Black Roses ????
Saat ini Jimin sedang duduk di ruang tengah bersama semua penghuni mansion lainnya. Yoongi yang duduk di sampingnya sedang menikmati jatah darahnya. Taehyung dan Namjoon sedang bergurau dengan Jin yang menceritakan hal lucu. Sedangkan Jungkook asyik bermain dengan koin di tangannya.
Tak lama kemudian, Jimin mencium aroma yang sangat di kenalnya. Itu berasal dari arah lorong. Dan saat namja Park itu memutar kepalanya, mata sipitnya membulat.
Sumin berdiri disana.
Gadis itu terlihat sehat dan baik-baik saja. Seolah perkelahian mereka kemarin tidak berdampak apapun pada tubuh gadis itu. "Apakah aku mengganggu?" Tanyanya dengan gugup.
"Tentu saja tidak" jawab Jin dengan senyum lebar.
"Kau terlihat sehat, Sumin ah" komentar Taehyung.
Suminpun mengangguk. "Terima kasih kepada Yoongi oppa yang telah menyembuhkanku setelah malam bulan purnama"
Yoongi hanya mengangguk dengan wajah datar yang tidak berubah sedikitpun.
"Duduklah, Sumin ah" perintah Namjoon. Gadis cantik itu menurut. Ia mengambil tempat diantara Namjoon dan Jungkook. "Apa yang membawamu kemari?"
Sumin tidak menjawab. Matanya bergerak-gerak gelisah. Bahkan ia berkali-kali meneguk ludah kasar. Entah kenapa tenggorokannya terasa kering.
"Tenang saja. Jimin tidak akan menyerangmu" kata Yoongi.
Mendengar itu, semua orang langsung menatap Jimin. Sepertinya semua lupa bahwa namja Park itu ingin sekali membunuh Sumin.
Tapi memang benar apa yang dikatakan Yoongi. Jimin tidak akan menyerang Sumin untuk saat ini. Karena dengan sigap, Jungkook telah mengendalikan tubuh Jimin. Itulah mengapa Jungkook hanya diam saat Sumin datang. Karena ia harus fokus pada Jimin agar pengaruhnya tidak terlepas.
Mengetahui hal itu, Namjoon menepuk pundak Sumin. "Tenang saja"
Sumin mengangguk. Dalam hati ia berdoa, semoga Jungkook sanggup menahan Jimin sampai ia selesai bercerita. "Ini tentang Pangeran Hoseok" katanya masih dengan gugup. Karena demi apapun! Tatapan tajam Jimin sangat membuatnya tidak nyaman.
Semua orang langsung terlihat tertarik mendengarnya. "Apa kau berhasil mendapatkan informasi tentangnya?" Tanya Namjoon dengan semangat.
Bagaimanapun juga, namja berdimple itu masih merasa bersalah karena Hoseok yang merupakan tanggung jawabnya berhasil diculik oleh para vampir hunter itu.
Sumin mengangguk. "Aku bahkan bertemu dengannya"
"Benarkah?" Tanya Jin dengan senang.
"Apakah dia baik-baik saja?" Tanya Taehyung.
Gadis separuh vampir itu kembali mengangguk. "Ya, dia baik-baik saja. Setidaknya para vampir hunter tidak memperlakukannya dengan buruk"
"Syukurlah" ucap Yoongi.
"Hanya saja, mereka sering mengambil sampel darah pangeran Hoseok untuk penelitian. Dia terlihat lebih pucat dari terakhir aku melihatnya" kata Sumin.
"Tapi kau tahu dimana dia ditahan kan?" Tanya Namjoon tidak sabar.
"Ya. Dia dipenjara di bawah tanah laboratorium. Aku sudah berusaha merekam situasi disana dalam otakku. Mungkin Jungkook bisa membagikan visiku pada kalian nanti"
Si maknae yang disebut hanya bisa mengangguk mendengar perkataan Sumin.
"Jika begini, mungkin kita bisa segera menyerang markas itu" kata Seokjin.
Namjoon mengiyakan. "Benar. Aku akan segera membicarakan hal ini dengan Raja Vampir. Dan Sumin ah, aku ingin kau merekam setiap sudut markas itu di dalam kepalaku agar kami bisa merencanakan penyerangan"
"Aku mengerti" jawab Sumin.
"Lepaskan aku, Kookie!" Desis Jimin tiba-tiba.
Wajah Sumin seketika horor. Tubuhnya menegang. Jantungnya berdegup kencang karena panik. Haruskah ia berteleportasi pergi sekarang juga?
"Tenangkan dirimu, Jim" kata Yoongi sambil memegangi lengan si namja elektrikon.
"Ini masalahku dengan Sumin. Jangan ikut campur" desis Jimin lagi, dengan mata yang terkunci pada mantan kekasihnya.
"Kau salah paham, Jim. Sumin tidak seperti apa yang kau pikirkan" kata Taehyung.
"Kubilang, jangan ikut campur!" Teriak Jimin dengan marah. Iris matanya telah berwarna merah, dan kedua gigi taringnya telah memanjang.
Pengaruh Jungkook seolah terputus. Karena Jimin tiba-tiba berteleportasi ke depan Sumin dan mencekik leher gadis malang itu.
Mata bulat Sumin terbelalak karena tercekik. Saluran pernapasannya terjepit hingga membuatnya sulit untuk bernafas.
"Jimin!" Pekik kelima namja vampir itu dengan terkejut.
Tapi namja yang dipanggil itu seolah tuli. Ia tidak memperdulikan teguran teman-temannya sama sekali.
Hingga tiba-tiba kaca jendela pecah berkeping-keping. Tapi bukannya jatuh ke lantai, pecahan kaca itu terbang menuju Jimin dengan kecepatan tinggi tapi berhenti beberapa centimeter dari tubuh lelaki itu.
"Lepaskan dia" geram Namjoon. Aura mengerikan seolah keluar dari sekitar namja itu.
"Jangan ikut campur, Hyung!" Bentak Jimin dengan posisi yang sama.
Taehyung tiba-tiba memeluk tubuh Jimin dari belakang. Berniat menjauhkan teman selinenya itu dari kekasihnya sendiri. Tapi pria kelewat tampan itu langsung berjengit kaget. Karena sekujur tubuh Jimin telah diselubungi oleh listrik statis yang membuat Taehyung tersetrum.
"Jimin!" Bentak Namjoon setelah melihat apa yang terjadi pada Taehyung. Bahkan Seokjin dan Yoongi terbelalak melihat hal itu.
Untungnya Yoongi segera membantu Taehyung dan berusaha untuk menyembuhkan namja Kim itu.
Tiba-tiba cekikan Jimin melonggar hingga terlepas. Dan pandangan mata namja itu terlihat kosong. Dia seolah telah kehilangan kendali atas dirinya sendiri.
Dan semua tahu bahwa pasti Jungkooklah yang melakukan hal itu.
Dengan masih terbatuk-batuk, Sumin melirik si namja bergigi kelinci. Jungkook terlihat sangat lelah. Peluh membanjiri dahinya hingga membuat rambutnya lepek. Sumin sungguh merasa berterima kasih pada pria itu.
"Cepat jauhkan Jimin hyung dari Sumin noona!" Ucap Jungkook dengan susah payah. Meskipun begitu matanya tetap terfokus pada Jimin.
Seokjin dan Taehyung segera menarik Jimin menjauhi kekasihnya sendiri. Tubuh Jimin bagai boneka yang menurut saja saat kedua temannya itu mendudukkannya di sofa terjauh. Tidak ingin kejadian barusan terulang kembali, kedua namja Kim itu terus memegangi lengan Jimin.
Bahkan Namjoon juga terus mengikuti Jimin. Pecahan kaca jendela yang berada dalam kendali namja berdimple itu tidak pernah jauh dari leher Jimin. Ketiga vampir yang memiliki kekuatan sama itu bekerja sama untuk mengurung Jimin.
Yoongi segera mendekati Sumin yang masih terbatuk sambil memegangi lehernya. "Aku akan menyembuhkanmu" ucapnya.
Sumin mengangguk, membiarkan namja Min itu memeriksa lehernya. Bekas tangan Jimin seolah melekat pada kulit leher Sumin. Dengan hati-hati, Yoongi meletakkan tangannya diatas bekas mengerikan itu.
Sementara Yoongi menyembuhkan Sumin, Jungkook berusaha memasuki pikiran Jimin lebih dalam. Mengabaikan rasa lelah yang menderanya. Bagaimanapun juga, ia harus membuat Jimin mengerti bahwa hyungnya itu hanyalah salah paham dengan Sumin.
Pria Jeon itu memutarkan visi ingatan Sumin dalam otak Jimin. Membuat namja Park itu melihat semua ingatan Sumin selama ini.
Bahkan Jungkook memperlihatkan ingatan masa kecil Sumin tentang ibunya yang mati di depan matanya. Tentang siapa yang telah membunuh ibu Sumin. Tentang dendam Sumin. Tentang Inha yang mengkhianati gadis itu. Tentang niatnya untuk membunuh sahabat sialannya. Tentang perasaan tulus Sumin yang akan selalu membela kaum vampir. Bahkan juga tentang betapa kesakitannya Sumin di setiap malam bulan purnama.
Jungkook berharap, dengan itu semua semoga kesalahapahaman diantara Jimin dan Sumin bisa terselesaikan. Karena ia sangat tidak ingin melihat kedua orang yang ia sayangi malah saling menyerang dan membunuh.
Yoongi tiba-tiba menggenggam tangan Jungkook. Ia tahu bahwa dongsaengnya itu sangat kelelahan. Terlihat dari betapa berantakannya si maknae itu.
Keringat sudah membanjiri tubuh Jungkook. Ada kantung mata besar dibawah matanya. Pipinya terlihat sangat tirus. Dan bibirnya pecah-pecah. Beginilah jika seorang pembisik terlalu mengerahkan tenaganya.
Beruntungnya Yoongi bisa menyalurkan energi pada orang lain sekaligus bisa menghilangkan rasa lelah. Jika tidak, mungkin Jungkook bisa mati kehabisan energi.
Dan itu semua ia lakukan demi Sumin.
Sayangnya gadis itu tidak bisa melakukan apapun. Ia tidak bisa membantu apapun. Yang ia bisa hanyalah berdoa agar Jimin bisa mengerti kesalahpahaman ini.
Hingga kemudian Jungkook jatuh tersungkur ke sofa. Namja itu benar-benar telah kehabisan energi. Pengaruhnya telah lenyap dari pikiran Jimin.
Membuat Jimin kembali mendapatkan kembali kendali dirinya.
"Jungkook!" Pekik Sumin dengan panik. Ia segera menghampiri pria itu. "Apa yang bisa kulakukan oppa?" Tanyanya pada Yoongi.
"Sebaiknya kau segera pergi karena mungkin Jimin akan kembali menyerangmu" jawab Yoongi yang masih fokus menyembuhkan Jungkook yang pingsan.
"Tidak" ucap Jimin.
Sumin tentu saja terkejut mendengarnya. Kepalanya memutar menghadap pria yang ia cintai itu.
Pandangan keduanya bertemu.
Tapi Sumin tidak bisa mengartikan tatapan Jimin kepadanya. Apakah itu tatapan sedih? Ataukah kesal?
Sumin tidak tahu.
Tapi bolehkah ia berharap sesuatu yang lebih?
TBC
Ada yg kangen Lian?
With love, Astralian ????