Read More >>"> Black Roses (45) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Black Roses
MENU
About Us  

Hingga kemudian kelopak mata Jimin bergetar. Perlahan, ia membuka matanya. Tapi iris matanya telah berwarna merah. Tatapannya nyalang pada semua orang. "Dimana Sumin?" Tanyanya dengan marah.

Semuanya terkejut mendengar kalimat pertama yang terlontar dari bibir Jimin. Untung saja Jungkook menangkap pikiran Yoongi saat itu. Langsung saja ia mengirimkan pesan kepada semua orang disana kecuali Jimin. "Yoongi hyung bilang, jangan beri tahu apapun tentang Sumin Noona untuk saat ini"

Tiba-tiba Taehyung menerjang memeluk Jimin. "Syukurlah kau bangun, Jimin!" Ucapnya dengan senang.

Jimin terkejut mendapat perlakuan seperti itu. Matanya mengerjap dan netra matanya berubah menjadi coklat. "Taehyung?" Katanya dengan heran.

Namja Kim itupun langsung melepas pelukan. "Ya, ini aku" ujarnya meyakinkan.

Dahi Jimin mengerut menatap Taehyung. Kemudian ia menatap satu persatu orang disana, seolah meminta penjelasan. Tapi tidak ada yang membuka mulut. Mereka hanya tersenyum pada Jimin. "Bagaimana bisa Taehyung ada disini? Bukankah ini di mansion?" Tanyanya bingung.

"Raja Vampir sudah mengubahnya" jawab Namjoon masih menampilkan senyuman hingga dimplesnya terlihat.

Namja yang baru saja bangun itu terlihat senang. "Benarkah?" Kemudian atensinya beralih pada Taehyung. "Jadi sekarang kau adalah vampir seperti kami?"

Teman seline Jimin itu mengangguk. "Kenapa kau tidak pernah memberitahuku?" Rajuknya.

"Mian. Begitulah aturannya, Tae" Jimin tersenyum lebar. Seolah lupa bahwa beberapa menit lalu amarahnya sedang meluap-luap.

"Sebaiknya kau minum dulu, Jim" ucap Yoongi yang menyodorkan segelas darah segar.

"Thanks" Jimin menerimanya, kemudian langsung meminumnya. Setelah meletakkan gelas piala itu di nakas, "Kenapa Eunhye Noona ada disini?"

Saat semua orang bingung mencari alasan, dengan cepat Namjoon menjawab, "Dia hanya berkunjung. Ada sesuatu yang harus kami bicarakan"

"Benar" kata Eunhye.

Tapi ternyata Jimin tidak mudah percaya begitu saja. "Tapi kenapa Jungkook dan Jin hyung memakai jubah sepertimu juga, Noona?" Tanyanya pada si gadis ilusi.

"Kami yang menjemputnya" jawab Jungkook dengan santai.

Alis Jimin kembali bertaut. Tapi matanya sudah sayu. Entah kenapa dia merasa sangat mengantuk. "Hmm.. aku mengantuk" ujarnya sambil menggosok mata. Dan terjatuhlah namja itu ke alam mimpi.

"Aku mencampurkan obat tidur dalam darah yang Jimin minum barusan" Yoongi memberi tahu, seolah tahu bahwa yang lain ingin bertanya tentang tingkah aneh Jimin.

"Dan jangan katakan apapun tentang Sumin dulu. Jimin pasti mencarinya dan ingin membunuh gadis malang itu" saran Namjoon.

"Ngomong-ngomong soal Sumin, bagaimana keadaan gadis itu saat ini?" Tanya Taehyung.

Teringat hal itu, Jungkook langsung menepuk dahinya. "Kita terlalu fokus pada Jimin hyung hingga melupakannya. Ayo, hyung. Dia pasti sudah sangat lemas saat ini" katanya sambil menggamit tangan Yoongi.

"Sebaiknya kita tidur dan membicarakan tentang Jimin-Sumin nanti sore sebelum Jimin bangun lagi" saran Seokjin.

Setelah mengangguk, keenam vampir itu berteleportasi pergi menuju urusan masing-masing.

???? Black Roses ????

Sumin keluar ke balkon kamarnya. Matahari sudah terbenam, menyisakan berkas-berkas cahaya orange-kuning di langit yang mulai gelap.

Gadis itu memainkan sebuah koin di tangannya. Menimbang, apakah sekarang adalah waktu yang tepat untuk menghubungi Jungkook? Atau mungkin namja bergigi kelinci itu masih tidur? Sumin sungguh tidak ingin mengganggu.

Mengurungkan niat, yeoja itu lebih baik menunggu Jungkook saja yang menghubunginya. Meskipun sebenarnya ia sangat penasaran, apakah blue roses bekerja dengan sempurna? Apakah Jimin telah sadar saat ini?

Lebih dari apapun, Sumin sangat merindukan Jimin! Bagaimanapun juga ia masih mencintai namja Park itu. Yah, meskipun rasa cintanya pernah tertutup oleh dendam dulu. Tapi tetap saja perasaan itu masih ada.

Tepat ketika Sumin menyelesaikan makan malamnya, kepala Jungkook melongok di ambang pintu dapur. "Sumin Noona?" Panggil namja itu.

"Kookie!" Pekik Sumin dengan senang. Ia telah menunggu-nunggu kedatangan namja itu.

Jungkook melangkah menghampiri Sumin sambil tersenyum. "Apakah kau merasa sehat?"

Suminpun mengangguk. "Sangat sehat. Yoongi pasti menyembuhkanku kan? Katakan aku sangat berterima kasih padanya"

Jungkook hanya mengangguk menanggapinya. Kemudian ia duduk di kursi makan dekat Sumin. "Aku tahu kau ingin menanyakan sesuatu" ucapnya dengan misterius.

Sumin berdecak. "Kau membaca pikiranku!"

Namja Jeon itu terkekeh. "Pikiranmu terdengar jelas, Noona"

"Kalau begitu jawablah. Tanpa kukatakanpun kau pasti tau pertanyaanku"

"Dia sudah sadar" ucap Jungkook sambil tersenyum.

Air mata Sumin langsung menetes. Ia merasa sangat bahagia. Meskipun sebagian dirinya merasa kesal karena bukan dia sendiri yang memetik blue roses. Tapi sekarang yang paling penting adalah Jimin telah sadar. "Syukurlah" ucapnya.

Jungkookpun menepuk-nepuk punggung gadis di sampingnya itu. Tapi sedetik kemudian ekspresinya berubah 180 derajat. Senyumnya hilang, digantikan rahang yang mengeras. "Tapi sebaiknya kau jangan menemuinya dulu, Noona. Karena saat membuka mata tadi pagi, hal pertama yang ia tanyakan adalah dirimu" katanya dengan sedih.

Sumin sudah menduga hal itu. Tapi tetap saja hatinya terasa sakit. Iapun langsung menurunkan pandangan.

"Dia terlihat sangat marah. Untung saja Yoongi hyung langsung memasukkan obat tidur pada darah yang diminum Jimin hyung. Jadi ia masih tidur sekarang" lanjut Jungkook dengan ceritanya.

Sumin hanya mengangguk-angguk mendengarnya.

Tiba-tiba Jungkook menggenggam kedua tangan Sumin. Membuat gadis itu mendongak menatap si namja Jeon.

"Tapi noona, aku takut jika Jimin hyung akan langsung berteleportasi kesini segera setelah ia bangun nanti" ujar Jungkook dengan khawatir.

Yeoja separuh vampir itu tersenyum sedih. "Aku rela jika harus mati ditangan Jimin. Aku memang pantas untuk itu"

Jungkook menggeleng kuat-kuat, pertanda tidak setuju. "Andwaeyo, Noona. Tidak segala hal harus diselesaikan dengan cara saling membunuh. Kita bisa menjelaskan semuanya pada Jimin hyung. Aku bisa menunjukkan visi ingatan milikmu"

"Kita tidak bisa menyangkal kematian, Kookie" ucap Sumin masih dengan senyuman sedihnya.

"Arra. Lalu kau akan menyerah pada kematianmu sebelum berusaha begitu? Lagipula kau adalah satu-satunya bangsa vampir yang bisa menyusup ke organisasi vampire hunter. Lewat dirimu, kita bisa menghancurkan mereka. Bahkan nyawa pangeran Jung Hoseok bergantung padamu, Noona"

Sumin tersentak. Ia seolah tersadar dengan kata-kata Jungkook itu. "Kau benar. Maafkan keegoisanku, Kookie. Masih ada yang harus aku lakukan sebelum mati" katanya. Dia memang masih harus menyelamatkan pangeran dan memberi pelajaran pada mantan sahabatnya tersayang.

Sumin belum boleh mati.

Si namja bergigi kelinci itu mengangguk antusias. "Sekarang berkemaslah. Kau harus pergi dari rumah ini, Noona!"

"Tapi kemana? Aku bahkan tidak ingat jalan kembali ke markas organisasi itu. Lagipula jika aku datang kesana dengan cara berteleportasi, mereka pasti akan curiga. Apalagi sekarang sudah malam!" Tiba-tiba saja Sumin merasa panik.

"Hotel! Menginaplah di hotel untuk malam ini saja, Noona. Lalu mintalah pada Inha Noona untuk menjemputmu besok pagi"

Setelah mengangguk, Sumin segera melesat ke kamarnya untuk berkemas. Ia membawa pakaiannya dan seluruh uang yang ia punya.

Kurang dari setengah jam kemudian, Sumin sudah menyeret kopernya menuju pintu depan. Tapi tiba-tiba pintu depannya terbuka dari luar.

Jimin berdiri di ambang pintu dengan iris mata merah, sesuai dengan ekspresi mengerikan yang terukir di wajah tampannya. "Baek Sumin" katanya sambil menyeringai, menampakkan gigi taringnya.

Gadis yang dipanggil langsung mematung. Sekujur tubuhnya seolah kaku. Sejujurnya Sumin sangat takut mendapat tatapan nyalang dari Jimin. Tapi rasa syukur dan senangnya ternyata lebih mendominasi. Air mata Sumin tak bisa lagi ditahan. Liquid bening itu terjun begitu saja membasahi pipinya. "Jimin" lirihnya.

Namja vampir itu mendengus. "Bibir kotormu masih sanggup menyebut namaku?" Ucapnya sarkas. "Baiklah aku akan dengan senang hati membuatmu tidak bisa menyebut namaku lagi. Atau mungkin hingga tidak bisa mengucapkan apapun lagi?" Lanjutnya masih dengan seringan mengerikan.

Mendengar itu, Sumin tersadar bahwa ia tengah berada dalam bahaya. "Tidak" katanya yang lebih terdengar seperti bisikan.

Tapi tentu saja telinga tajam Jimin masih bisa mendengarnya. Sudut bibir pria itu terangkat. "Kenapa? Kau takut?" Tanyanya, mengambil satu langkah mendekati Sumin.

Sumin otomatis juga mengambil satu langkah mundur. "Jangan bunuh aku dulu, oppa. Ada sesuatu yang harus kulakukan terlebih dahulu" ujarnya panik.

Jimin tertawa singkat. "Contohnya? Meracuniku lagi?" Sindirnya yang kemudian mendengus. "Aku tidak akan membiarkan kau melakukan hal itu lagi, wanita sialan!"

Secepat kilat Jimin telah berada di belakang tubuh Sumin dengan sebelah tangan melingkari lehernya. Dan sebelah tangannya yang lain mencengkram lengan Sumin dengan erat.

Tapi ini bukanlah posisi romantis dimana sang lelaki memeluk gadisnya dengan posesif. Melainkan posisi yang sangat genting karena ternyata kuku jari Jimin telah memanjang dan menajam. Membuat sebuah luka goresan di kulit leher Sumin yang menyembunyikan nadinya.

Gadis malang itu terkesiap saat merasakan perih di lehernya. Dalam hati ia memanggil-manggil Jungkook untuk meminta tolong. Kemana si vampir pembisik itu? Bukankah ia tadi masih berada di belakang Sumin?

"Jimin, kumohon beri aku waktu 3 hari. Setelah itu kau boleh membunuhku" pinta Sumin tercekat.

"Aku tidak akan memberimu celah lagi, Baek Sumin. Cukup sekali aku terjerat rencana licikmu" geram Jimin tepat di telinga Sumin.

Tanpa aba-aba lagi, Jimin menggoreskan kuku tajamnya untuk memutus nadi leher Sumin. Seketika itu bau anyir darah menusuk indra penciuman Jimin. Bahkan namja itu menyeringai melihat darah kekasihnya yang muncrat mengotori tangannya.

Tubuh Sumin melemas dalam pelukan lelakinya. Tapi Jimin tak mau lagi menopangnya. Ia membiarkan tubuh gadis itu merosot hingga tergeletak di lantai.

Jimin menatap mayat itu dengan tatapan meremehkan. Tapi nafsu langsung menguasainya saat ia melihat darah Sumin yang terus mengalir deras. Bahkan bau harum darah itu membuat Jimin pusing. Tanpa pikir panjang, namja Park itu menjilati darah Sumin yang menetes-netes di tangannya.

Park Jimin merasa sakit hati. Ia merasa dikhianati oleh pacarnya sendiri. Padahal ia sangat mencintai Sumin. Padahal ia rela menjadi manusia hanya agar bisa bersama dengan Sumin. Tapi apa? Gadis sialan itu malah membalasnya dengan dendam. Ia malah membunuh Jimin dengan cara licik. Berpura-pura baik dengan memberikan mawar hitam padahal entah bagaimana itu malah meracuninya.

Sekarang bagi Jimin, Sumin hanyalah wanita sialan. Wanita licik. Wanita tak tahu balas budi. Jimin benar-benar membencinya! Bahkan rasa cintanya dulu telah lenyap seperti asap.

Bagi Jimin, Sumin memang layak untuk mati.

TBC

Ff ini udah kayak roller coaster blm ya? ????

 

With love, Astralian ????

How do you feel about this chapter?

0 0 1 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
MANTRA KACA SENIN PAGI
3166      1173     1     
Romance
Waktu adalah waktu Lebih berharga dari permata Tak terlihat oleh mata Akan pergi dan tak pernah kembali Waktu adalah waktu Penyembuh luka bagi yang sakit Pengingat usia untuk berbuat baik Juga untuk mengisi kekosongan hati Waktu adalah waktu
Dear You
13910      2312     14     
Romance
Ini hanyalah sedikit kisah tentangku. Tentangku yang dipertemukan dengan dia. Pertemuan yang sebelumnya tak pernah terpikirkan olehku. Aku tahu, ini mungkin kisah yang begitu klise. Namun, berkat pertemuanku dengannya, aku belajar banyak hal yang belum pernah aku pelajari sebelumnya. Tentang bagaimana mensyukuri hidup. Tentang bagaimana mencintai dan menyayangi. Dan, tentang bagai...
Evolvera Life
6800      2825     27     
Fantasy
Setiap orang berhak bermimpi berharap pada keajaiban bukan Namun kadang kenyataan yang datang membawa kehancuran yang tak terduga Siapa yang akan menyangka bahwa mitos kuno tentang permintaan pada bintang jatuh akan menjadi kenyataan Dan sayangnya kenyataan pahit itu membawa bencana yang mengancam populasi global Aku Rika gadis SMA kelas 3 yang hidup dalam keluarga Cemara yang harmonis du...
Love and your lies
4650      1146     0     
Romance
You are the best liar.. Xaveri adalah seorang kakak terbaik bagi merryna. Sedangkan merryna hanya seorang gadis polos. Dia tidak memahami dirinya sendiri dan mencoba mengencani ardion, pemain basket yang mempunyai sisi gelap. Sampai pada suatu hari sebuah rahasia terbesar terbongkar
Premium
Sakura di Bulan Juni (Complete)
9459      1933     1     
Romance
Margareta Auristlela Lisham Aku mencintainya, tapi dia menutup mata dan hatinya untukku.Aku memilih untuk melepaskannya dan menemukan cinta yang baru pada seseorang yang tak pernah beranjak pergi dariku barang hanya sekalipun.Seseorang yang masih saja mau bertahan bersamaku meski kesakitan selalu ku berikan untuknya.Namun kemudian seseorang dimasa laluku datang kembali dan mencipta dilemma di h...
Ghea
423      272     1     
Action
Ini tentang Ghea, Ghea dengan segala kerapuhannya, Ghea dengan harapan hidupnya, dengan dendam yang masih berkobar di dalam dadanya. Ghea memantapkan niatnya untuk mencari tahu, siapa saja yang terlibat dalam pembunuhan ibunya. Penyamaran pun di lakukan, sikap dan nama palsu di gunakan, demi keamanan dia dan beserta rekan nya. Saat misi mereka hampir berhasil, siapa sangka musuh lamany...
3600 Detik
2490      924     2     
Romance
Namanya Tari, yang menghabiskan waktu satu jam untuk mengenang masa lalu bersama seseorang itu. Membuat janji untuk tak melupakan semua kenangan manis diantara mereka. Meskipun kini, jalan yang mereka ambil tlah berbeda.
Kamu, Histeria, & Logika
54639      5543     58     
Romance
Isabel adalah gadis paling sinis, unik, misterius sekaligus memesona yang pernah ditemui Abriel, remaja idealis yang bercita-cita jadi seorang komikus. Kadang, Isabel bisa berpenampilan layaknya seorang balerina, model nan modis hingga pelayat yang paling berduka. Adakalanya, ia tampak begitu sensitif, tapi di lain waktu ia bisa begitu kejam. Berkat perkenalannya dengan gadis itu, hidup Abriel...
Melawan Tuhan
2434      917     2     
Inspirational
Tenang tidak senang Senang tidak tenang Tenang senang Jadi tegang Tegang, jadi perang Namaku Raja, tapi nasibku tak seperti Raja dalam nyata. Hanya bisa bermimpi dalam keramaian kota. Hingga diriku mengerti arti cinta. Cinta yang mengajarkanku untuk tetap bisa bertahan dalam kerasnya hidup. Tanpa sedikit pun menolak cahaya yang mulai redup. Cinta datang tanpa apa apa Bukan datang...
A Story
242      194     2     
Romance
Ini hanyalah sebuah kisah klise. Kisah sahabat yang salah satunya cinta. Kisah Fania dan sahabatnya Delka. Fania suka Delka. Delka hanya menganggap Fania sahabat. Entah apa ending dari kisah mereka. Akankah berakhir bahagia? Atau bahkan lebih menyakitkan?