Jungkook berteleportasi ke kamar Jimin untuk memastikan bahwa hyungnya yang satu itu belum bangun karena pengaruh obat tidur. Tapi ternyata Jimin tidak ada di ranjangnya.
Rasa panik langsung menyelimuti hati Jungkook. Ia mencari ke semua sudut mansion, bahkan bertanya pada keempat hyungnya yang ada disana. Tapi nihil.
Namja Jeon itu semakin panik dan memutuskan segera kembali berteleportasi ke rumah Sumin. Tepat saat ia muncul di kamar Sumin yang bernuansa biru muda itu, ia mendengar 2 pikiran. Milik Sumin dan Jimin.
Jungkook berdecak. "Sudah kuduga Jimin hyung akan langsung berteleportasi kesini" batinnya sambil menuruni tangga pelan-pelan, berusaha tidak menimbulkan suara sedikitpun.
Jungkook sampai di bagian toko bunga Sumin. Tapi tiba-tiba pikiran Sumin tidak terdengar lagi. Ia merasa aneh. Dahinya berkerut, mengerahkan kekuatan lebih untuk menggapai pikiran Sumin. Tapi tidak ada. Seolah pikiran Sumin terputus begitu saja.
Merasa semakin panik, Jungkook segera masuk ke toko bunga itu lewat pintu belakang yang terhubung dengan rumah Sumin.
Mata Jungkook hampir saja lepas saat melihat kekacauan disana. Sumin sudah tergeletak tak berdaya di bawah kaki Jimin. Sedangkan Jimin sedang asyik menjilati darah Sumin yang berada di tangannya.
Tidak menegur Jimin sama sekali, namja bergigi kelinci itu segera menghampiri Sumin. Tapi tanpa berjongkok dan mengeceknyapun Jungkook tahu bahwa Sumin telah mati. Karena darah gadis itu sudah tergenang di sekitar lehernya. Pantas saja pikiran gadis itu tidak terdengar lagi. "Sial! Harusnya aku tidak meninggalkan Sumin Noona! Harusnya dia pergi lebih cepat! Sial! Sial! Sial!"
Jeon Jungkook sangat kesal. Dia gagal mencegah Jimin dan Sumin bertemu. Hingga akhirnya salah satu dari mereka harus mati. Suminlah yang mati.
Jimin baru tersadar saat sebuah tinju mendarat di pipi kirinya. Ia tersungkur dan langsung menatap orang yang telah membuat sudut bibirnya sobek. Jungkook. "Kookie!" Hardiknya. "Kenapa kau memukulku?"
"Kenapa kau membunuh Sumin Noona?!" Jungkook balas berteriak dengan marah.
Jimin mendengus. "Kau membela wanita sialan ini?!" Teriaknya sambil menunjuk mayat Sumin. "Kau tidak tahu apa-apa, Kookie! Jadi berhentilah ikut campur!" Lanjutnya sambil bangkit.
"Kaulah yang tidak tahu apapun, Hyung!! Kau tidak tahu alasan kenapa Sumin Noona meracunimu! Kau tidak tahu bagaimana menyesalnya dia! Kau tidak tahu betapa menderitanya dia selama bulan purnama! Kau tidak tahu bahwa dialah yang berusaha sekuat tenaga untuk membangunkanmu! Karena saat itu kau masih koma!"
"Memangnya siapa yang membuatku koma?! Dia kan?! Bagaimanapun juga, dia tetap salah, Jungkook!"
"Apakah kesalahan harus diselesaikan dengan pembunuhan?! Kau tidak harus membunuhnya, Hyung! Harusnya kau memberinya kesempatan untuk menjelaskan semuanya!"
"Jika kuberi dia kesempatan, dia pasti akan kembali meracuniku lagi, Kookie! Dia adalah wanita licik! Kenapa pula kau harus membelanya?!"
"Karena ada alasan kenapa ia meracunimu, Hyung?!"
Jimin mendengus, tidak percaya dengan semua perkataan Jungkook. Hingga kemudian sebuah pemikiran konyol melintas dalam benaknya. Pemikiran itu ternyata sanggup membuat Jimin tertawa terbahak-bahak. "Kau membelanya karena pasti kau menyukai Sumin kan?!" Tebaknya disela tawa.
Mata lebar Jungkook semakin melebar. Apa-apaan itu? Bisa-bisanya Jimin berpikiran seperti itu?! "Apa?! Tidak, Hyung! Aku tidak mungkin menyukai Sumin Noona. Dia milikmu. Bagiku dia hanyalah seorang kakak"
"Kakak spesial" Jimin kembali mendengus. "Itu sama saja, Kookie"
"Hyung! Bagaimana bisa kau menuduhku seperti ini?! Kau tahu, kau telah membunuh satu-satunya orang yang bisa menghancurkan organisasi vampire hunter!"
"Kookie" lirih sebuah suara gadis.
Namja yang dipanggil terkejut. Begitu pula dengan Jimin. Karena keduanya hafal sekali dengan suara itu. Itu adalah Sumin.
Gadis separuh vampir itu telah duduk di lantai yang tergenangi darahnya sendiri. Ia menatap Jimin dan Jungkook dengan tangan yang memegangi lehernya.
"Noona!" Pekik Jungkook sambil berjongkok di samping Sumin. "Sebentar" katanya sambil menyingkirkan tangan Sumin. Ia ingin melihat luka di nadi leher Sumin.
Tapi leher Sumin terlihat baik-baik saja. Tidak ada bekas luka apapun. Hanya noda darah yang mengotori tubuh bagian kiri gadis itu.
Jungkook meraba leher Sumin, tepat diatas nadinya. "Kau hidup kembali, Noona" ucapnya takjub.
Sumin menatap Jungkook bingung. "Jadi aku sempat mati?"
Jungkook mengangguk sambil tersenyum. "Tadi aku sama sekali tidak mendengar pikiranmu, Noona. Tapi sekarang aku bisa mendengarnya lagi"
Yeoja Baek itu terdiam. Dia merasa takjub tapi juga takut pada dirinya sendiri. Dia benar-benar hidup kembali. Padahal itu sangat tidak mungkin jika melihat berapa banyak darah yang sudah menggenang di lantai.
"Jadi kau hidup kembali ya" ucap Jimin dengan tatapan tajam pada Sumin.
Sumin tersentak. "Jimin kumohon jangan bunuh aku lagi. Aku harus menyelamatkan pangeran Hoseok terlebih dahulu" pintanya memelas.
Namja Park itu berdecak tidak suka. "Alasan"
"Tidak, Hyung. Karena hanya dia yang bisa menyelamatkan Hoseok Hyung" bela Jungkook sambil membantu Sumin berdiri.
"Jeon Jungkook" geram Jimin dengan merah. "Bukankah sudah kukatakan, jangan ikut campur!"
Jungkook terkejut mendengarnya. Pasalnya Jimin tidak pernah marah sampai seperti ini padanya. Mungkinkah hyungnya ini merasa cemburu? Atau benar-benar marah pada Sumin? Sepertinya tidak mungkin Jimin merasa cemburu. Jungkook menyimpulkan bahwa pastilah Jimin marah sekali pada kekasihnya.
Dengan kesimpulan itu, Jungkook maju, membuat dirinya berada diantara Jimin dan Sumin untuk melindungi si gadis separuh vampir. "Aku akan tetap ikut campur jika kau tidak mau mendengarkan penjelasan Sumin noona terlebih dahulu" katanya dengan tenang.
Netra Jimin telah berubah kembali berwarna merah. Ia menggeram dalam. "Menyingkirlah, Kookie. Aku tidak mau menyakitimu"
"Sakiti aku sebelum kau menyakiti Sumin noona, hyung" tantang Jungkook.
Jimin semakin marah mendengarnya. "Kau sendiri yang meminta!" Teriaknya bersamaan dengan lecutan petir ungu yang keluar dari tangan kanannya.
Tapi sebelum pecut listrik ungu milik Jimin mengenai Jungkook, ada sebuah tameng listrik ungu lain yang melindungi namja Jeon itu. Tameng itu seperti jalinan listrik yang membentuk jaring rapat.
Kedua namja disana terkejut melihatnya. Jungkook bahkan sudah membalikkan badan menghadap Sumin. "Noona, apakah itu listrik milikmu?" Tanyanya dengan takjub.
Sumin mengangguk, kemudian matanya menelisik tubuh Jungkook. "Apa kau baik-baik saja, Kookie? Pecut listrik Jimin tidak mengenaimu, kan?" Tanyanya khawatir.
"Aku baik-baik saja, Noona. Gomawo"
"Bagaimana bisa kau memiliki kekuatan seperti itu?" Tanya Jimin dengan heran menatap Sumin.
"Maaf Jimin, sebenarnya ini kekuatan milikmu. Yoongi bilang, itu terbawa saat kau mentranfusikan darahmu" jawab Sumin.
Jimin terdiam, kehilangan kata-kata. Ia tidak menyangka jika tindakannya dulu bisa membuat Sumin seperti ini. Menjadikan gadis itu separuh vampir, bahkan memiliki kekuatan yang sama dengannya, elektrikon. Meskipun warna ungu listrik milik Sumin tidak setajam miliknya. Listrik Sumin seperti campuran warna ungu dan putih.
Menghentikan acara berfikirnya, Jimin kembali menyerang Sumin. Kali ini bukan pecut listrik yang ia keluarkan. Tapi listrik mini yang melompat-lompat di lantai. Listrik itu menyebar menghindari Jungkook tapi langsung memerangkap kaki Sumin.
Baek Sumin memekik kesakitan kala terkena listrik mini milik Jimin. Ia semakin menjerit saat listrik itu naik dari kakinya, terus keatas hingga menyelimuti seluruh tubuh Sumin.
Gadis itu merasa tubuhnya tersengat, lalu terbakar. Rasanya sangat sakit hingga yang dapat ia lakukan hanyalah menjerit. Sumin teringat pertanyaannya pada Park ssaem dulu. Gurunya itu bahkan tidak tahu apa yang akan terjadi jika Jimin dan Sumin saling menyerang.
Tapi sekarang Sumin sudah tahu jawabannya. Listrik milik Jimin berbeda dengan miliknya. Bahkan warnanya juga terlihat berbeda. Maka dari itu listrik Jimin bisa menyakitinya.
Mungkin listrik Sumin juga bisa menyakiti Jimin. Tapi ia tidak yakin. Bagaimanapun juga kekuatannya berasal dari Jimin. Lagipula kekuatan Sumin tidaklah sebesar milik namja itu. Ia bisa pingsan jika terlalu banyak mengeluarkan tenaga untuk mengeluarkan listrik.
"Jimin hyung! Hentikan!" Teriak Jungkook dengan panik. "Kau bisa membunuhnya lagi!"
Tapi Jimin malah semakin meningkatkan kekuatannya. Memerangkap tubuh Sumin dalam lompatan listrik ungu statis berjuta volt. "Itulah yang aku inginkan. Kematian Sumin" jawab lelaki itu dengan dingin.
Dengan satu teriakan melengking terakhir, tubuh Sumin melemas dan jatuh berdebum ke lantai. Matanya terpejam, rambutnya acak-acakan, pakaiannya hangus terbakar.
Merasa musuhnya telah tak berdaya, Jimin menurunkan kekuatannya perlahan. Listriknya di tubuh Sumin semakin berkurang hingga hilang sama sekali. Iapun tersenyum puas melihat Sumin yang kembali terkapar.
"Noona!" Teriak Jungkook khawatir. Ia segera memegang pergelangan tangan Sumin tapi langsung melepasnya seperti tersengat listrik juga. Tak kehilangan akal, iapun mengambangkan tangannya diatas hidung gadis malang itu. Tapi tidak ada deru nafas sama sekali.
Jungkook juga berusaha menggapai pikiran Sumin. Tapi tidak ada pikiran apapun. Sumin telah mati untuk yang kedua kalinya.
Namja Jeon itu mengepalkan tangannya dengan erat hingga kuku jarinya menancap. Ia sangat marah sekarang. Segera ia bangkit menghadap Jimin yang menatapinya dengan tatapan tajam. "Jimin hyung" geramnya. "Asal kau tahu, dia mempertaruhkan nyawanya untuk mencari blue roses demi dirimu!"
Jimin malah mendengus. "Apa peduliku?!"
Mendengar itu Jungkook semakin menggeram. "Kau pacarnya!"
"Itu dulu. Sebelum dia mengkhianatiku"
"Kalian hanya salah paham, Hyung! Dia meracunimu karena ibumulah yang telah membunuh ibu Sumin noona!"
Jimin tertawa hambar. "Jangan mengarang cerita, Kookie. Karena aku tidak akan percaya pada karangan anehmu itu"
"Aku tidak mengarang cerita, Hyung! Aku memiliki ingatan Sumin Noona di kepalaku!" Jawab Jungkook sambil mengetuk sisi kepalanya.
Tapi Jimin tidak lagi fokus pada Jungkook. Matanya terbelalak kaget melihat sesuatu di belakang si namja Jeon. "Bagaimana bisa"
Penasaran, Jungkookpun ikut melihat ke belakangnya. Dan iapun bereaksi sama seperti Jimin.
Karena Sumin sudah duduk di lantai sambil menatapi tubuhnya sendiri.
Gadis aneh itu masih acak-acakan. Tapi ia terlihat baik-baik saja. Tidak ada luka sama sekali.
"Astaga Noona kau hidup lagi?!" Seru Jungkook.
Suminpun menatap Jungkook dengan heran. "Apa aku baru saja mati lagi?"
Jungkook hanya bisa mengangguk karena masih merasa takjub.
"Bagaimana mungkin kau hidup kembali?!" Seru Jimin.
"Apa kau lupa Hyung? Sumin Noona adalah separuh vampir. Ia tidak bisa mati dengan cara manusia maupun vampir. Dia lebih abadi daripada kita, bangsa vampir" jelas Jungkook dengan tatapan tajam pada Jimin.
"Apa?!" Jimin seolah merasa salah dengar.
"Kau telah memutus nadinya, seperti membunuh manusia. Tapi dia hidup lagi. Kau juga telah memanggangnya dengan listrik berjuta volt. Tapi dia juga hidup lagi. Bahkan Sumin Noona pernah berusaha bunuh diri setelah meracunimu. Ia memakan mawar merah yang juga kau makan sebelumnya. Tapi ia tidak apa-apa. Tidak ada tanda-tanda bahwa ia keracunan sama sekali" si vampir pembisik menjelaskan dengan sabar.
Jiminpun memandang Sumin dengan tatapan tak terbaca. "Monster" lirihnya.
Deg!
Sumin dengan jelas mendengar ucapan Jimin itu. Hatinya seperti ditusuk dengan tombak. Sakit sekali. Tapi kemudian ia ingat bahwa iapun pernah mengatakan hal yang sama pada Jimin. Saat itu pasti Jimin juga merasakan sakit hati seperti ini juga.
"Mungkin ada satu hal yang bisa membunuhku" celetuk Sumin.
Sekejap mata kemudian, Jimin telah berdiri menjulang di depan Sumin. Dengan mudah ia mencengkram leher gadis itu dan mengangkatnya. Seolah tubuh Sumin terbuat dari kapas yang sangat ringan.
Sumin tercekik saat Jimin terus mencekik serta mengangkatnya hingga kakinya tak lagi menapak lantai.
"Katakan bagaimana caranya" perintah Jimin dengan datar.
Sumin menepuk-nepuk tangan Jimin yang mencengkram lehernya. Kakinya menendang-nendang percuma di udara. Bagaimana mungkin ia menjawab pertanyaan Jimin jika untuk bernafas saja sulit?
"Jimin hyung! Hentikan!" Teriak Jungkook.
Si namja elektrikon tidak menggubris. Ia terus saja mencekik leher Sumin.
Akhirnya Jungkook memutuskan untuk merasuki pikiran Jimin. Ia berkonsentrasi penuh. Saat ia telah menguasai pikiran hyungnya itu, ia segera mengendalikan otak Jimin.
"Turunkan Sumin Noona dengan hati-hati" perintah Jungkook dalam benak Jimin.
Ajaibnya, si namja Park langsung menuruti perintah itu. Ia bahkan bingung dengan tubuhnya yang bergerak sendiri. Ia seolah telah kehilangan kendali tubuhnya.
Sumin juga bingung saat kakinya kembali menginjak lantai dan cengkeraman Jimin di lehernya melonggar. Tapi saat sudut matanya menangkap ekspresi Jungkook yang sedang berkonsentrasi, ia tahu bahwa namja bergigi kelinci itulah yang mengendalikan Jimin.
"Jauhi Sumin noona" perintah Jungkook lagi.
Dengan bingung, Jimin berjalan mundur menjauhi Sumin hingga punggung namja itu menabrak dinding.
"Noona, cepat pergi dari sini! Aku akan menahan Jimin hyung" kaya Jungkook tanpa memandang Sumin. Ia berkonsentrasi penuh menahan Jimin tetap berada dalam pengaruhnya.
Yang bisa Jimin lakukan hanyalah balas menatap dongsaengnya itu dengan marah. Ia benar-benar tidak bisa menggerakkan satupun bagian tubuhnya.
"Terima kasih, Kookie. Kau harus menghubungiku nanti" kata Sumin yang menghampiri kopernya.
Gadis itu terlihat sangat berantakan. Tapi tidak ada waktu lagi untuk memperbaiki penampilannya. Ia harus segera pergi.
Sebelum Sumin berteleportasi, ia menatap Jimin dengan sedih. "Maafkan aku, Jimin" dan gadis itupun menghilang.
2 menit setelah Sumin berteleportasi, Jungkook baru melepaskan pengaruhnya pada Jimin. Keringat membasahi dahinya, membuat rambut namja itu lepek dan menempel pada dahi.
Tapi Jungkook tidak bisa bersantai barang sebentar saja. Karena Jimin telah mencengkram kerah kemejanya dengan erat. Bahkan hyungnya yang satu ini juga terlihat sangat marah. "Katakan kemana Sumin pergi!" Geramnya.
TBC
With love, Astralian ????