Aku melihat jam tangan, pukul dua siang. Aku segera keluar dari kamar. Berpamitan kepada ayah dan ibu, lantas naik motor, pergi.
Hari ini, aku akan menjalani seleksi pertama.
Hari itu, Sia tetap melanjutkan omelannya di telfon, sesaat aku selesai makan malam. Aku hanya bisa mendengarkan tanpa bisa sedikit pun menyela. Keesokan harinya aku baru memberi tahu ibu jadwal seleksi sekaligus penentuan. Ibu hanya tersenyum tipis, bilang akan memberitahuku saat ia sudah mengambil keputusan.
Hingga tadi malam, saat aku hendak tidur. Ibu datang ke kamarku, ia mengizinkanku untuk ikut pelatihan itu.
" Ibu mengizinkan kamu pergi pelatihan nak, ibu tahu kamu sebenernya juga ingin ikut kan?" Matnya berkaca - kaca saat mengatakan itu.
Aku menatapnya, " Ibu yakin? "
Ibu mengangguk, " Baik - baik disana ya nak, jangan lupa telfon ibu. Dan yang paling penting, jangan sampai sakit." Ibu mengusap kepalaku lembut. Aku memeluknya, mengucapkan terima kasih.
Aku segera berganti pakaian. Kali ini aku mendapat urutan ke tujuh. Hanya ada lima belas peserta yang ikut. Salah satu rekanku menyapa, " Hai Resh, dari tadi?" Ia mengambil tempat di sampingku.
Aku menggeleng, " nggak, barusan. Dapet nomor urut berapa?"
" Lima. Kamu?"
" Tujuh, good luck."
Setelah menunggu selama satu jam, namaku akhirnya dipanggil. Tanganku mengepal, merasa gugup.
Lima belas menit kemudian, aku sudah keluar dari ruang seleksi.Lantas menuju kamar mandi untuk cuci muka dan berganti pakaian.
Setelah semua selesai, aku sedang berjalan menuju tempat parkir saat kemudian telponku berdering. Aku langsung mengangkatnya setelah melihat nama yang tertera di layar. Dari Sia.
" Halo." Sapanya.
" Hai." Balasku. Lalu terdengar hembusan napas. Aku mengernyit, " Kenapa Ya'? "
" Nggak papa, aku dari tadi udah mau nelpon, tapi takut ganggu. Udah selesai seleksinya?"
" Sudah, ini mau pulang." Jawabku, kemudian menduduki bangku yang terletak di lorong, memilih untuk mengobrol dulu dengan Sia.
" Gimana? Lancar?" Ia kembali bertanya.
Tanpa sadar aku mengangguk, " Lancar. Sempet gugup sih waktu namaku dipanggil. Tapi semuanya berjalan lancar. "
" Kalau pulang mampir rumahku dulu ya? Aku pengen ketemu. "
" Iya. Habis ini aku ke rumahmu. " Aku beranjak bangkit.
" Yaudah, hati - hati di jalan. Bye Resh. "
" Bye.." Aku segera menuju parkiran. Entah mengapa, aku juga sangat ingin bertemu Sia hari ini. Juga dengan Arham, tak sabar ingin melihat wajah tembamnya.