Balutan kain yang cukup hangat untuk melawan malam yang cukup dingin di hari pertama kencan. Dandanan tipis untuk mempermanis dunia yang menanti untuk menawarkan senyum bahagia. Gio menjemputku dari kos sore ini, dan kembali lagi kita terlihat seperti couple-an baju berwarna abu-abu.
“loh kan ... kembaran lagi, haha”. Sapa Gio yang baru saja datang di depan kos
“hehe, padahal kita kan nda janjian. Atau jangan-jangan...”, sedikit kata-kata nakal untuk mencairkan suasana pertama kali kencanku dengan pacar pertama dan semoga selamanya.
“udah ayok, naik sini”. Gerutu Gio seperti tidak sabar untuk segera mengajak aku kencan bersamanya.
Kota Malang, yang dikenal sebagai Kota Pendidikan. Banyak sekali kampus berjejer di kota ini, lautan mahasiswa tak pernah surut mulai dari pagi hingga malam hari memadati Kota Es ini.
“Nina, kamu sudah pernah jalan kemana saja selama di Kota ini?.” Tanya Gio ketika kami sedang berkendara menuju tempat wisata di Kota Apel.
“aku sih paling jauh cuman alun-alun aja, karena aku baru pindahan dari Jakarta waktu SMA kemarin, terus juga kesibukanku kemarin di SMA yah lingkup sekolah dan wilayah sini aja sih”. Jawabku pada Gio yang sedang nyetir juga mendengarkan jawabanku.
“amboi, oke kalau gitu ini kencan pertama kita berawal di alun-alun Batu yah”. Jawab Gio dengan sesekali melirikku ke belakang boncengannya.
“Siap,...” dengan semangat aku mengatakan jawaban singkat ini ke Gio.
Ini awal pertama aku menjalani sebuah hubungan yaitu pacaran, tapi yah gak norak-norak bangetlah, eh ditambah lagi si Gio ternyata juga baru pertama kalinya pacaran juga. Waw, ini keren. Jomblo ketemu jomblo deh ceritanya, baguslah. Entahlah dengan Gio meski baru pertama jalan sama dia, aku merasa nyaman di dekatnya. Aku juga seneng banget atau mungkin ini efek dari ngejomblo tahunan yah, gak tau juga sih. Tapi yang jelas aku kali ini merasa lebih baikan daripada sebelumnya ketika aku harus nelan mentah-mentah kejelasan bahwa si pangeran impianku yaitu Aftar sudah digebet orang.
“Sen, makasih yah udah ngajak aku kesini. Aku seneng banget”.
“iya, sama-sama nin. Justru aku yang terimakasih ke kamu karena aku diberi kesempatan untuk bahagiain kamu nin, anggap aja ini adalah kado pertamaku buat kamu yaitu buat kamu tersenyum”. Jawab Gio yang membuatku jadi baper.
“Eh iya, btw kenapa kamu milih aku sih buat jadi pacar?. Aku kan gak cantik, aku gak idola banget, juga gak nge-hits kayak cewek lainnya loh”. Aku bertanya pada Gio yang sedang melihat hiasan lampu di pohon depannya.
“hah? hey heyyy, kamu ngomong apa sih. Aku itu heran sama kamu, kamu itu cewek manja yang meluluhkan hati Lucifernya Menwa dengan sekali tatapan. Tau enggak, aku itu suka kamu sejak dari awal aku ketemu kamu di UKM nin. Waktu itu kamu dengan polosnya meminta formulir UKM Menwa ke temenku Dion, dan disitu ada aku yang terpaku dan ternganga melihat kamu seperti bidadari yang salah masuk kamar.
“Hahaha” Gio memberikan penjelasan padaku dengan tertawa lepas,dan aku hanya tertawa geli melihat Gio yang tertawa.
Akupun menjawab “owh iya? Dan sepertinya mungkin memang aku salah kamar deh kak... haha”.
Gio langsung menarik pundakku seolah diahendak berkata serius,
“nin, ini sudah takdir Tuhan untuk kamu dan aku dipertemukan melalui UKM ini”.
Dan aku hanya bisa mengedipkan mata dan mulutku terkunci bingung mau berkata apa bahwa ternyata Gio terlihat lebih tampan dilihat lebih dekat,
“mmmm, iya iya percaya syukurlah Tuhan baik banget ke kita”. Jawabku singkat sekali sambil berusaha untuk membenarkan posisi duduk kemudian menaruh tangan Gio di pangkuannya sendiri, eitss dan Gio malah menarik tanganku kemudian menggenggamnya dan mengajak berkeliling-keliling di taman alun-alun apel ini. Hingga wakktu yang cukup, kami pun kembali untuk segera pulang.
“Sen, thanks so much yah buat q-time nya, aku seneng banget hari ini”. Dia tersenyum kepadaku dan membalas ucapan terimakasihku dengan singkat
“iyaa nin, sama-sama”. Gio mengantarku hingga di depan kos kemudian ia berpamitan pulang.
“Have a nice dream Nina”, 5 menit Gio berlalu pesan di ponsel dari Gio aku dapatkan, ahhh seneng banget. Senyum lembut dan tulusnya terbayang terus sampai lelap tidurku malam itu.