Syukur sekali perjalanan kuliahku lancar, tapi entahlah untuk percintaanku perlahan begitu banyak cobaan dan sering membuatku menangis kesekian kalinya. Aftar, mengapa dia membuat aku jadi baper dan gak karuan bahkan aku tidak tau bagaimana cara untuk memberi nasehat pada diriku sendiri bahwa aku harus bisa menerima kenyataan adanya aku dengan Gio sekarang. 6 bulan berjalan hubunganku dengan Gio cukup lancar dan setelah itu apa yang terjadi. Aftar mulai membuka pembicaraan dan main mata denganku. Tentu aku tidak bisa menerimanya karena aku paham tidak mungkin menyakiti Gio.
“Nina, mau kemana ?” Tanya Aftar mengejar aku dari parkiran depan Gedung UKM.
“Ehh... ssi ssiapp selamat pagi, izin ini saya ada jam kuliah senior”. Jawabku terbata ke Aftar, bagaimana tidak terbata. Aku heran, akhir-akhir ini dia sering mandangin aku bahkan mulai ngepoin aktifitasku baik ketika di kampus ataupun di kos. Tentu aku harus jawab karena maklum aku masih mempunyai status maba, pemikiranku masih cupu banget dan ditambah aku belum pernah pengalaman soal dunia percintaan dan aku tidak tau bagaimana cara menghadapi orang seperti Aftar. “Oh Tuhan tolonglah aku, janganlah kau biarkan diriku jatuh cinta kepadanya. huhhh ...”.
Aku akui dipertengahan jalan hubunganku dengan Gio mulai renggang, aku kembali bertengkar dengan perasaanku ke Aftar. Hatiku ternyata masih belum bisa menerima sepenuhnya ke Gio dan artinya besar kesetiaan inginku bersama Aftar dan hanya Aftar. Dan setiap malam aku selalu memikirkan hal bodoh ini, dan aku benar-benar kacau. Hingga pada akhirnya aku berani mengambil keputusan untuk jujur ke Gio tentang perasaanku ke Aftar keesokan harinya. Setelah semuanya aku sampaikan entah mengapa terasa berat sekali dan aku merasa bodoh melepas Gio. Karena mungkin dia terlalu memberikan aku sesuatu yang sangat nyaman dan sangat bahagia bersamanya. Dan aku tidak tau hal ini, harus bagaimanakah aku ??.
“Maafin aku, ternyata hatiku masih sulit menerima kamu. Aku masih mengharapkan Aftar, dan sampai sekarang perasaanku ke kamu masih belum utuh. Maafin aku, maaf”. Sebagai ucapan sesal dan maafku kepada Gio tentang sebuah perasaan terbesarku untuk Aftar.
“iya, aku paham kamu kog nin. Aku selalu berdoa yang terbaik buat kamu, dan semoga kamu paham akan ketulusan cintaku selalu untukmu nin. Semoga keputusanmu yang terbaik, hm”. Gio pun berlalu setelah mendengar semua penjelasan tentang perasaanku untuk Aftar. Aku tau bahwaapa yang aku ucapkan nampaknya begitu sakit, dan aku bisa merasakannya jika diposisi Gio.
“maafin aku Gio, maafin aku ..”, tangisku pun riuh sembari melihat Gio berlalu meninggalkanku di taman cinta sendirian.