Loading...
Logo TinLit
Read Story - Phased
MENU
About Us  

Sera mengerjapkan matanya, berusaha menyesuaikan cahaya remang-remang yang masuk ke matanya. Ia menggeliat, Sera melotot ketika merasa seluruh badannya sakit dan pegal-pegal terlebih di bagian leher. Kekagetannya bertambah saat menyadari bahwa tempat ini begitu asing baginya, gelap, hanya ada cahaya matahari yang masuk lewat celah-celah kecil tembok, menyeramkan.

Ia menopang dagunya, berusaha mengingat-ingat apa saja yang baru terjadi kepadanya, hingga membawanya ke tempat asing ini. Wajahnya melongo dengan bibir yang terbuka setengah, ia sangat ingat betul, waktu itu ia hendak membawa Belva yang tergeletak ke rumah sakit, dan saat ia menuruni tangga ada seseorang yang memukulnya menggunakan benda tumpul dari belakang, setelah itu ia berguling-guling di tangga layaknya drama lebay nan alay. Pada akhirnya pandangannya memburam, kepalanya pening, ia pingsan dan tak ingat apapun lagi. 

Bagai tersambar petir ia ternganga kaku, cahaya matahari? Itu artinya ini udah pagi?!! 

“DAMN!!” Sera mengumpat, ia merubah posisi badannya jadi duduk, begitu badannya bergerak, rasanya tulangnya remuk dan otot-ototnya sakit semua. Ia berdecih dan menendang kayu-kayu yang tergeletak berantakan disekitarnya untuk menyalurkan amarahnya.

”Sialan kampret, lo yang nyulik gue, punya nyali juga lo ye!” Sera berteriak untuk memancing si pelaku, mulutnya berkomat-kamit memaki.
Sera tidak takut, ia sudah mengalami situasi ini beberapa kali, mungkin ini yang kelima kalinya.

Ya, itu sebuah resiko, ayahnya Sera adalah pengusaha yang sukses dari umur muda, amanah dan memiliki otak cemerlang, makanya banyak perusahaan yang kalah saing dan memiliki dendam kesumat. Mereka tak segan menyakiti anggota keluarganya. Jika sekiranya perusahaan mereka bangkrut, ujung-ujungnya mereka akan minta tebusan dengan nilai yang sangat fantastis. Terkadang mereka terkecoh, karena keluarga Sera tidak pernah memamerkan kekayaannya, mereka lebih memilih sederhana dan seadanya. Setengah dari penghasilan, biasanya digunakan untuk donasi dan penyuntikan dana untuk orang-orang yang membutuhkan.

Sera mengacak-acak rambutnya gemas, “Best mistakes! Kayaknya yang nyulik gue tidak peduli, gak kepepet banget atau gimana sih?” ia terkekeh, dan merogoh sakunya lalu mengeluarkan benda pipih berwarna abu-abu yang kondisinya aman, damai, dan tenteram tak tersentuh.

Ia tersenyum miring dan mengotak-atik ponselnya. Kontak-kontak semuanya lengkap tak ada yang kurang. Sekali tekan pasti akan banyak polisi yang datang untuk menyelamatkannya.

“Kinda stupid, okay calm down Sera..,” gumam Sera seraya mengatur nafasnya, ia mengurungkan niatnya untuk menghubungi ayahnya. Ia khawatir terhadap kondisi Belva, yang ia pikirkan adalah; di mana Belva sekarang? Apa benar penyebab ia diculik karena bisnis? Tapi gimana mereka tau itu Sera anak Pak Buana padahal ia lagi naik motor ninja pake Hoodie dan helm hitam full face pula. Bisa aja sih, kan pengintai ada dimana-mana, mereka bagaikan bayangan saja. Kali ini yang dipikirkan olehnya adalah keselamatan Belva.

Otak Sera berkelana, mencoba mencari-cari dan membuat spekulasi  mengenai sang pelaku. Ia menggeleng cepat, karena semakin lama pikirannya jadi jauh dari tujuan. Ia juga mengenyahkan pikiran-pikiran negatif, dan memilih berpikir positif.

BRAK, pintu di sudut ruangan terbuka lebar dan muncul sosok yang sangat ia khawatirkan. Sosok itu berdiri tegap di ambang pintu. Belva memandang Sera nyalang, wajahnya merah padam, rahangnya mengeras, dan alisnya berkerut. Urat-urat lehernya terlihat, tangannya mengepal kuat, dan nafasnya memburu.

Alis Sera bertaut, matanya melebar, sedetik kemudian senyumnya mengembang sampai matanya menyipit. “Bel, lo gak apa-apa, gue khawatir tau! Kok bisa—“ ucapan Sera terpotong, karena Belva berlari mendekatinya dan tiba-tiba rambutnya kasar. Senyuman Sera mendadak sirna, digantikan ekspresi kaget dan tak percaya. “HEY, WHAT'S WRONG WITH YOU, BEL?!!” sergah Sera setengah menghardik.

Tarikan pada rambutnya semakin keras, membuat Sera meringis menahan sakit. Kepala Sera bahkan mendongak ke atas akibat jambakan Belva. Matanya melirik Belva, tepatmya ke manik matanya. Sera mencari kemarahan asli di matanya Belva, namun yang ia temukan hanya pelampiasan, pilu, dan kerinduan. 

Sera benar-benar bingung dengan situasi yang ia hadapi. Sebenarnya ia ingin membalas perbuatan Belva, tapi ia mencoba mengontrol emosinya, takutnya ia kebablasan. Berkali-kali dalam hati ia berkomat-kamit dan meyakinkan hatinya bahwa yang dihadapannya itu adalah Belva, temannya sendiri.

“HUH, STOP IT, DONT TOUCH MY HAIR!” erang Sera yang rupanya membuat Belva naik darah. “I just wanna help you, tell me what's wrong with you?” Suara Sera melembut, perlahan ia mengusap pundak rambut Belva untuk menenangkannya tapi tangannya malah dihempaskan oleh Belva.

“SHUT UP! HARUSNYA AKU YANG TANYA KENAPA KAMU YANG DATENG?! HARUSNYA ZIDAN YANG DATENG!!” Suara Belva benar-benar tinggi, mengagetkan Sera, pasalnya baru kali ini ia mendengar Belva marah biasanya ia selau sopan dan lemah lembut.

“Zi-zi dan lo bilang? Lo suka sama dia?” beo Sera yang belum sepenuhnya memahami situasi. Ia tidak mengerti mengapa Belva dihadapannya benar-benar mengerikan.

“I DO!” balas Belva, ia mengerang dan menutupi wajahnya yang berantakan.

“Are you kidding me?! Bel, woyyyy! ARE YOU HEAR ME?!!” Sera menghela nafas lega, karena jambakan pada rambutnya lepas, ia tak perlu lagi repot-repot menahan rasa perih yang menggerayangi kepalanya. Untuk shampoo Sera bagus, rambutnya tak ada yang rontok, asik. Itu gak penting banget untuk sekarang Sera!

Belva mengangkat wajahnya, angkuh. Kemudian, ia mencengkeram bahu Sera kuat, dan mengguncangnya penuh emosi. “ZIDAN HARUSNYA JADI MILIK AKU, DENGER BAIK-BAIK! DIA PASTI BISA SAYANG DAN LINDUNGIN AKU, SEPERTI BANG ARGA!” 

Dia juga obsesi, dia selalu mencoba mencari sosok abangnya di setiap laki-laki. Dan laki-laki yang peduli, lindungin dia meski tanpa dasar perasaan, selalu ia ingin jadikan miliknya. Bahayanya lagi. Dia pikir hal itu benar, karena ia pikirlaki-laki laki itu emang milik dia. Cara baik atau buruk bakal dilakukan, dia khilaf. Karena dia merasa udah menemukan sosok abangnya.

Sekilas ucapan Aretta telah menjadi titik terang dari kebingungan Sera. Sera menghempaskan cengkeraman Belva dari bahunya dan mendorongnya agar ia terpojok. Sera bangkit berdiri, dan menyeringai ngeri.

“YOUR OBSESSION, PLEASE CONTROL IT!!” bentak Sera mengeluarkan unek-uneknya.
Belva tersentak kaget, ia semakin memasang wajah garangnya. Lalu ia mencondongkan tubuhnya dan kembali menarik rambut Sera.

“APA?! EMANG ZIDAN HARUSNYA JADI MILIK AKU!! HARUS!!” 

Bukannya marah ataupun melawan, Sera memilih menarik Belva ke pelukannya yang hangat. Belva terus melawan dan menggertak, namun akhirnya luluh dan seluruh pertahanannya runtuh total. Air matanya menumpuk di pelupuk, dan mulai mengalir membasahi pipinya. Berkali-kali ia mengucapkan kata maaf kepada Sera dengan suaranya yang lirih. Mendengarnya Sera hampir ikut menangis, ia menahannya susah payah dengan menggigit bibir bawahnya.

Tangan Sera mengusap-usap punggung Belva yang sedikit tertutupi oleh rambut panjangnya. “Semuanya akan baik-baik saja,” Sera mendengus geli melihat tingkah Belva yang meraung-raung, dan menangis sesenggukan bak anak kecil manja di pelukannya. Sera melepaskan pelukannya, dan mendorong Belva menjauh, tatapan matanya sinis. “Waktu berpelukan habis!” sahutnya.

Belva mengerucutkan bibirnya sok imut, “Pelukan kamu anget banget Ser, mau lagi...,” pintanya memelas.

Sera menggeleng tetap pada pendiriannya, “Boleh lu peluk gue, tapi jawab semua pertanyaan gue, ya? Deal?” tawarnya yang secepat kilat disetujui oleh Belva. Belva tanpa aba-aba memeluknya erat, mencari perlindungan dan kehangatan.

Sera mencibir, “Tadi gak mau dipeluk, marah-marah, gerubag-gerubug hewir sih,” Belva membalasnya dengan cengar-cengir malu-malu.

“Lu beneran suka sama Zidan?” mulailah Sera melakukan proses interogasinya.

“Iya, anu-....,pasti kamu tahu Sera, kalau aku itu..,” Belva menggaruk tengkuknya salah tingkah.

“I know, lo pura-pura pingsan dan berantakin kamar lo buat caper ke Zidan, gitu?” Alis Sera terangkat, sejujurnya Sera merasa gondok melontarkan pernyataan ini. Awas saja jika jawabannya sampai iya atau sebuah anggukan!

Belva menggeleng pelan, lugu sekali, “Aku memang ditampar beneran, dan pigura yang pecah itu dipecahin sama orang yang nampar aku. Dia maki-maki aku dan bilang aku gila,” air mata Belva mengalir deras, matanya sudah mirip mata panda, wajahnya berantakan.

“Who?”

“Shon, dia pamanku.” jawab Belva jujur.

“Kok dia lakuin itu ke elo? Punya dendam kesumat bukan?”

“Aku gak tahu, semenjak istrinya Paman Shon, Tante Stella ninggalin dia dan selingkuh, Paman berubah. Makanya Paman Shon yang dulunya ceria jadi suka marah-marah. Waktu tadi tuh aku kangen banget sama Bang Arga, jadi aku kayak meluk fotonya dan bermonolog gitu deh. Ceritain semua yang ku alami ke Bang Arga,”

Belva terkekeh. “Terus Paman Shon tiba-tiba dateng, maki-maki aku gila, dan ternyata dia liat nilai raport ku yang jelek. Habis itu dia mecahin foto Bang Arga, dan tampar aku.” lanjutnya miris, suaranya bergetar.

“Tapi lo harus jauhin Zidan! Asal lo tau, Zidan sukanya sama Aretta begitupun sebaliknya!” cetus Sera tegas. Jelas saja, itu menohok hati Belva dalam-dalam. Belva sebal, rasa obsesinya akan semakin besar.

Sera menepuk bahu Belva pelan, ia tersenyum tulus, “Lo pasti bisa move on, ayo semangat!”
Belva sedih, “Bagaimana caranya hilangin rasa obsesi yang egois ini sih?” ia menekan dadanya yang terasa sesak.

Sera menunjuk Belva, “Sebelum melupakan orang lain, lu harus berdamai dengan diri lu sendiri. Gimana lo bisa berdamai dengan orang lain kalau berdamai dengan diri sendiri aja belum bisa?” Sera berdecak. “Gara-gara lu, gue ketinggalan pertandingan world cup tadi malem! Yuk pulang! Gue laper nih!” ajak Sera yang  segera diangguki Belva linglung.

“Pulang?” Belva membeo.

Sera meliriknya anerh, “Iya pulang. Memang ini dimana?” Sera jadi ikut bingung.

“Ini kan dirumahku, di ruangan yang digunakan buat nonton layar tancep, tapi semenjak Bang Arga gak ada udah jarang kumpul kami sekeluarga,” ungkap Belva.

“HAH?” Sera awalnya kaget, namun sedetik setelahnya tenang kembali. “OHH, ASTAGHFIRULLAH INI KAN PAGI BERARTI GUE BELUM SHALAT SUBUH DONG?!!” Sera terpekik histeris.

“Pagi apanya? Ini belum juga adzan subuh, masih jam empat,” celetuk Belva.

“TERUS  KOK KAYAK ADA SINAR GITU?” Jujur Sera jadi merasa tengsin, dan norak. 

Belva terkikik, “Itu efek lampu, Sera.”

“INI INI KOK BANYAK KAYU BERSERAKAN?!!”

“Dulu disini banyak kursi, mungkin dimakan rayap..,” jawab Belva sekenanya.
“OH GITU HA-HA-HA,” Sera tertawa yang di

paksakan, sangat tidak ikhlas, gengsi. Sera benar-benar-benar merasa konyol.

“Ser, di rumah aku dulu ya, sepi banget loh rumah aku...,” Belva memohon.

Sera meledek Belva ketus, “Ya emang gue mau disini dulu. Alias di rumah lo, lo harus panggil tukang pijet badan gue rasanya remuk woy!! Dan lo harus masakin makanan buat gue!!” Sera merangkul Belva akrab dan menjitak kepalanya.

“Aduh sakit, Sera. Yey makasihhh! Iya apapun yang kamu mau, asal gak yang aneh-aneh dan yang aku mampu aja ya!” timpal Belva. 

Mereka berdua berjalan beriringan, dan tertawa terbahak-bahak bersama, entah apa yang lucu.
———

 

How do you feel about this chapter?

1 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Melting Point
5431      1120     3     
Romance
Archer Aldebaran, contoh pacar ideal di sekolahnya walaupun sebenarnya Archer tidak pernah memiliki hubungan spesial dengan siapapun. Sikapnya yang ramah membuat hampir seluruh siswi di sekolahnya pernah disapa atau mendapat godaan iseng Archer. Sementara Melody Queenie yang baru memasuki jenjang pendidikan SMA termasuk sebagian kecil yang tidak suka dengan Archer. Hal itu disebabkan oleh hal ...
Stuck On You
306      246     0     
Romance
Romance-Teen Fiction Kisah seorang Gadis remaja bernama Adhara atau Yang biasa di panggil Dhara yang harus menerima sakitnya patah hati saat sang kekasih Alvian Memutuskan hubungannya yang sudah berjalan hampir 2 tahun dengan alasan yang sangat Konyol. Namun seiring berjalannya waktu,Adhara perlahan-lahan mulai menghapus nama Alvian dari hatinya walaupun itu susah karena Alvian sudah memb...
Untuk Reina
24605      3708     30     
Romance
Reina Fillosa dicap sebagai pembawa sial atas kematian orang-orang terdekatnya. Kejadian tak sengaja di toilet sekolah mempertemukan Reina dengan Riga. Seseorang yang meyakinkan Reina bahwa gadis itu bukan pembawa sial. Bagaimana jika sesuatu yang buruk terjadi pada Riga?
Forbidden Love
9373      2003     3     
Romance
Ezra yang sudah menikah dengan Anita bertemu lagi dengan Okta, temannya semasa kuliah. Keadaan Okta saat mereka kembali bertemu membuat Ezra harus membawa Okta kerumahnya dan menyusun siasat agar Okta tinggal dirumahnya. Anita menerima Okta dengan senang hati, tak ada prangsaka buruk. Tapi Anita bisa apa? Cinta bukanlah hal yang bisa diprediksi atau dihalangi. Senyuman Okta yang lugu mampu men...
Berawal dari Hujan (the story of Arumi)
1066      577     1     
Inspirational
Kisah seorang gadis bernama Arumi Paradista, menurutnya hujan itu musibah bukan anugerah. Why? Karena berawal dari hujan dia kehilangan orang yang dia sayang. Namun siapa sangka, jika berawal dari hujan dia akan menemukan pendamping hidup serta kebahagiaan dalam proses memperbaiki diri. Semua ini adalah skenario Allah yang sudah tertulis. Semua sudah diatur, kita hanya perlu mengikuti alur. ...
When Magenta Write Their Destiny
5174      1435     0     
Romance
Magenta=Marina, Aini, Gabriella, Erika, dan Benita. 5 gadis cantik dengan kisah cintanya masing-masing. Mereka adalah lima sahabat yang memiliki kisah cinta tak biasa. Marina mencintai ayah angkatnya sendiri. Gabriella, anak sultan yang angkuh itu, nyatanya jatuh ke pelukan sopir bus yang juga kehilangan ketampanannya. Aini dengan sifat dingin dan tomboynya malah jatuh hati pada pria penyintas d...
Antara Depok dan Jatinangor
312      207     2     
Romance
"Kan waktu SMP aku pernah cerita kalau aku mau jadi PNS," katanya memulai. "Iya. Terus?" tanya Maria. Kevin menyodorkan iphone-nya ke arah Maria. "Nih baca," katanya. Kementrian Dalam Negeri Institut Pemerintahan Dalam Negeri Maria terperangah beberapa detik. Sejak kapan Kevin mendaftar ke IPDN? PrajaIPDN!Kevin × MahasiswiUI!Maria
Reason
411      288     3     
Romance
Febriani Alana Putri, Perempuan ceria yang penuh semangat. Banyak orang yang ingin dekat dengannya karena sikapnya itu, apalagi dengan wajah cantik yang dimilikinya menjadikannya salah satu Perempuan paling diincar seantero SMA Angkasa. Dia bukanlah perempuan polos yang belum pernah pacaran, tetapi sampai saat ini ia masih belum pernah menemukan seseorang yang berhasil membuatnya tertantang. Hing...
Dear Groom
476      339     5     
Short Story
\"Kadang aku berpikir ingin seperti dulu. Saat kecil, melambaikan tangan adalah hal yang aku sukai. Sambil tertawa aku melambaikan tangan pada pesawat yang lewat. Tapi sekarang, bukan seperti ini yang aku sukai. Melambaikan tangan dengan senyuman terpaksa padanya bersama orang lain.\"
Singlelillah
1306      623     2     
Romance
Kisah perjalanan cinta seorang gadis untuk dapat menemukan pasangan halalnya. Mulai dari jatuh cinta, patah hati, di tinggal tanpa kabar, sampai kehilangan selamanya semua itu menjadi salah satu proses perjalanan Naflah untuk menemukan pasangan halalnya dan bahagia selamanya.