Loading...
Logo TinLit
Read Story - Phased
MENU
About Us  

Keringat dingin mengucur deras dari pelipisnya, sudah lima menit kertas yang berisi nilai kenaikan kelas dipegang olehnya. Lagi-lagi Belva mendapatkan peringkat ke dua puluh lima di kelasnya, ya Belva gak idiot banget sih, tapi pasti ia akan dimarahi habis-habisan oleh ayahnya.

Belva sudah berusaha keras, belajar dan les privat setiap hari, kondisi kelas selalu menekannya, setiap hari ia dibuli, bahkan teman-temannya tak segan membuang buku tugasnya dan menulis kata-kata yang tak pantas. 

Apalagi posisinya yang menjadi teman-teman anak-anak famous sekolah, mereka menuduh Belva menggunakan guna-guna dan pelet. Belva bersyukur, setelah pembagian raport, kelas akan dirotasi lagi, ia berharap teman-temannya di kelas sebelas akan lebih baik. Selama tujuh hari classmeet, hari-hari Belva semakin baik, keenam temannya selalu setia menemaninya dan melindunginya. 

Waktu itu Renaya dan Sella sengaja mengadu domba dirinya dan Vano, Aretta tak tinggal diam, ia menyelidiki siapa dalang dari permusuhan dan pembulian Belva di kelasnya.

Akhirnya Renaya dan Sella tercyduk, lalu keenam orang itu langsung melabrak Renaya dan Sella saat itu juga. Renaya dan Sella menangis buaya, mereka membantah tuduhan Aretta yang sudah jelas-jelas kebenaran. Dibantu Zidan, Akbar, Azra, Nolan, Iyan, dan Adriel akhirnya Renaya dan Sella dibuat kicep dan mengaku. Rafael yang punya mulut lemes juga diberi pelajaran oleh Akbar yang sengaja melempar bangkai cicak ke mejanya. Rafael waktu itu sok santai karena ia sangka itu mainan untuk menakut-nakuti saja, ketika tercium bau bangkai baru ia teriak-teriak menye bak ibu-ibu yang menang arisan.

“Bel sini ayo ikuuut!” pekik Rachel, ia menarik lengan Belva tanpa merasa berdosa.

Belva mengerjap bingung, “Kenapa tarik-tarik tanganku, Chel?” 

Rachel tersenyum penuh arti,”Bengong aja sih! Jadi kita di kasih kesempatan buat liat gladi resik drama secara live!” katanya menggebu.
Belva tersenyum terpaksa, ia mengikuti saja kemana Rachel membawanya.

Mendengar Rachel bicara gladi resik, nanti putrinya kan Aretta dan pangerannya Zidan, memikirkannya saja sudah membuat Belva merasakan sesak mendadak, tentu jika bukan karena rasa tak enak terhadap Rachel ia pasti memilih ngibrit dan makan batagor enak di kantin.

“Aku percaya, kamu akan datang pangeran!” Suara lembut Aretta terdengar, itu artinya mereka hampir sampai.

Disinilah mereka sekarang, di Taman Bunga mini sekolah yang dipenuhi banyak orang yang menonton. Tempatnya yang tidak terlalu besar membuat taman mini ini menjadi sumpek dan sesak.

Rachel cemberut, “Yah ini sih udah mau akhirnya! Kita telat Belll! Aduh udah mah gak kelihatan lagi!” bisiknya pada Belva.

Rachel mengeluarkan seluruh kekuatannya hingga sampailah mereka di barisan terdepan.

Gak seluruh kekuatan sih, cukup bilang ‘misi' semua orang langsung memecah barisan dan membentuk celah untuk Rachel dan Belva berjalan. Jangan lupakan bahwa Rachel termasuk anak famous yang dilindungi most wanted sekolah, Akbar.

Belva bersyukur, itu artinya ia tidak akan melihat adegan-adegan yang menyakiti hatinya sendiri. Eh tapi kalau ini bagian akhirnya berarti...

“Eh tapi gak apa-apa berarti ini bagian pangerannya berlutut di depan Putri dan melamarnya!” mata Rachel berbinar.

BOOM! Ini petaka bagi Belva. Belva mengigit bibir bawahnya menahan gejolak rasa sakit di dada yang meledak-ledak, ia menghadap samping ingin meminta izin menggegam tangan Rachel supaya nantinya ia tak menangis.

Sialnya, Rachel sudah menghilang, Belva mengedarkan pandangan dan menemukan Rachel duduk di sebelah Akbar. Ia juga menangkap sosok Rachel yang meminta maaf melalui isyarat, ‘maaf, gue ditarik Akbar,’ begitu katanya.

“Yah, Rachel tinggalin aku..., Aku sendirian deh..,” gumam Belva. Mood-nya bertambah buruk, karena setelah kepergian Rachel barisan belakang mulai dorong-dorongan dan menyuruhnya bergeser.

Rasanya ingin menghilang dari muka bumi detik ini juga. Adegan itu hampir terjadi, Aretta sudah mengulurkan tangannya dan menunggu pangerannya berlutut.

Semua penonton heboh, tak sabaran melihat Zidan melamar Aretta. Zidan tidak berlutut, ia mengangkat satu tangannya, penonton bergemuruh bersorak-sorai kecewa. Zidan melemparkan tatapan elangnya, keadaan menjadi kondusif dan tenang lagi.

"Gue capek, break dulu!” pinta Zidan seenak jidat. 

Ditempatnya Samara menggeram, “Apaansih ini gladi resik, lagian di skrip udah mau end, memangnya bisa seenaknya lo, gitu?!” marahnya.

Zidan diam sudut bibirnya naik ke atas, “Gue cuma minta istirahat, hak gue kali, lo kali yang seenaknya, ini gladi resik udah yang beberapa kali, kan? Lo sih enak, berteduh dan duduk di bawah pohon cuma diem aja,” sembur Zidan nadanya dingin dan menusuk, Samara yang berniat marah pun ikut ketakutan.

Belva merasa tubuhnya panas dingin, matanya berkaca-kaca syok, ia menghembuskan nafas sebanyak-banyaknya. Baru saja merasakan kebebasannya, Zidan malah menghampiri dan membawa Belva ikut pergi bersamanya. 

“Ikut gue sebentar!” perintah Zidan telak, urat-urat lehernya terlihat, rahangnya mengeras, matanya memerah.

Tak ada yang berani menghalangi langkah kaki Zidan, semuanya otomatis minggir karena tak mau jadi sasaran amukannya. Kaum cewek yang tukang nyinyir pun ikut diam seribu bahasa.

Belva ketakutan, salah apa lagi dia kali ini? Yang bisa ia lakukan menahan rasa sakit yang ditimbulkan akibat cekalan Zidan yang begitu keras. Belva mati-matian melawan air matanya yang memaksa mengalir. Tubuh kecilnya gemetaran, Zidan merasakan ketakutan Belva, tiba-tiba menghentikan langkahnya. 

Zidan membalikkan badannya, dan berdiri dihadapan Belva yang tertunduk pias. Ia melunak, “Sori, gue kebawa emosi.”

Belva mengangguk pelan, ia tak berani menatap mata Zidan. Yang ada nanti air matanya mengalir.

“Tenang ya.., ayo temenin gue makan!” Suara Zidan melembut.

Di kantin, mereka berdua seketika menjadi pusat perhatian. Ya, karena Belva si gadis aneh yang tak punya harga diri sedang duduk berdampingan bersama Zidan  yang masih mengenakan kostum pangeran.

Zidan menyodorkan sepiring batagor kesukaan Belva. “Makan!” titahnya.

Belva menyengir kuda, sebelum makan ia sempat melontarkan pertanyaan yang sangat terdengar menyebalkan di telinga Zidan. “Makanan ini traktiran, kan? Kalau bukan traktiran aku gak mau, soalnya pasti bulan depan uang jajanku di potong karena peringkatku yang tetap jelek,"

Zidan melongo, ia hanya berdeham sebagai jawaban tapi Belva yang polos, mirisnya tidak mengerti. Pantes dapet peringkat 25! maki Zidan dalam hati.

“Hmm itu apa? Berarti ini nanti aku bayar sendiri gitu?” ulang Belva lugu.

“IYA, lu bayar sana sendiri nanti uangnya dari gue puas?!” Zidan naik darah dibuatnya.

“YEY, Asikk! Terima Kasih, Kak!” Belva kembali ceria dan melahap batagornya semangat.
Dengan mulut yang penuh batagor Belva mulai bertanya serius, “Kuakuak maou nuanya apuah?” 

Zidan memutar bola matanya malas, “Setelah batagor itu lu telen, jawab pertanyaan gue. Siapa nama orang tua lo, dan mereka dulu kuliah dimana.”paparnya to the point.

Belva menyahut setelah ia menelan batagornya, “Nama ayahku Andre, ibuku Zaneta, mereka dulu sama-sama kuliah di Oxford,” 

“Tolong sebutin nama lengkapnya,” Zidan memperjelas.

“Andre Prajadi, dan Zaneta Diana,”

Mata Zidan melebar kaget, “Tunggu, apa pernah orang tua lo bawa sahabatnya ke rumah?” tanyanya lagi.

Belva menopang dagu, berusaha mengingat-ingat kembali ke masa lalu. 

“Pernah!” cetusnya semangat.

“Lo inget namanya siapa?” 

“Ada dua pasang suami istri, mereka itu katanya sahabat Mama papa dari SMA. Kalau gak salah Tante Lisa sama Om Indra. Dan Tante Mira sama Om Farhan!”

Zidan semakin menajamkan pendengarannya, sebenarnya ia kaget setengah mati. Tapi untung ia pintar mengontrol emosi, sikap, dan ekspresi.

“Mereka goals banget ya..., oh iya! orang tuanya papaku dan orang tuanya Om Indra itu janjian kalau nanti mereka punya anak laki-laki namanya Andre-Indra jadi kayak kembaran gitu, loh!” kekeh Belva.

Jantung Zidan berdebar, kala memori-memori memuakkan masa lalu teringat olehnya. Perih Zidan rasakan menggerayangi dadanya, dan kebencian yang begitu besar kembali berkobar. Setelah bertahun-tahun lamanya tidak muncul, aura hitam mengerikan seorang Zidane Khairan terlahir kembali.

“Terus, apa sekarang ortu lo masih sering ketemuan sama dua pasutri sahabat mereka itu?”

“Aku gak tau, setelah bang Arga meninggal, Mama papa selalu menutup diri dari aku. Setahuku Tante Lisa pergi ke luar negeri dan cerai sama Om Indra. Dan mereka jadi jarang kumpul..,” ungkapnya sedih.

Satu sosok yang memenuhi pikiran Zidan kali ini, Aretta.

“Lo tau darimana kalau Tante Lisa itu ke luar negeri?”

“Kata Mama, waktu aku nanyain kabar Tante Lisa karena aku kangen sama dia. Kalau kamu kenalan sama Tante Lisa pasti kamu seneng banget deh, dia itu orangnya baik banget! Ngajarin aku masak sama ngerajut!” papar Belva, ia terlihat tulus dan bahagia ketika bercerita tentang Lisa. “Kamu kepo banget! Kok aku jadi berasa di interogasi ya?” heran Belva, tanpa disadari olehnya tubuh Zidan menegang. Sedetik kemudian, ia tertawa terbahak. 

Zidan mau gak mau ikut menyengir penuh rasa terpaksa, “Gak, siapa tau nanti gue mau lamar lo gitu? Takdir siapa yang tau?” candanya.
Belva diam seribu bahasa, ia dapat merasakan pipinya memanas. 

Zidan jadi menyesal melontarkan candaan kepada cewek baper yang satu ini, “Jan baper! Tuh pipi merona kondisikan!”

“Apaan sih! Tapi kalau Ka Zidan mau lamar nanti aku bilangin ke mama papa, mau?” ujar Belva.

Zidan benar-benar menyesal, ia memberikan Belva uang bernilai lima puluh ribu, dan bergegas pergi tanpa pamit.

Belva menatap kepergian Zidan sedih, rasa obsesinya kembali hadir. Artinya ia harus memiliki Zidan dengan cara apapun, baik ataupun buruk, Belva tak peduli. Yang penting,

Zidan akan menjadi miliknya, tidak ada yang bisa menjadi penghalangnya, bahkan Aretta sekalipun.

Zidan bersembunyi di balik sekat roooftop. Ia mengacak rambutnya frustasi, gurat wajah lelah tergambar jelas di wajahnya. Zidan butuh tuan putrinya, Zidan butuh dia sebagai tempatnya bercerita. 
———

 

 

 

How do you feel about this chapter?

0 1 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
TRIANGLE
12121      1917     3     
Romance
"Apa pun alasannya, yang namanya perselingkuhan itu tidak bisa dibenarkan!" TRIANGLE berkisah tentang seorang gadis SMA bernama Dentara dengan cerita kesehariannya yang jungkir balik seperti roller coaster. Berasa campur aduk seperti bertie botts bean. Berawal tentang perselingkuhan pacar tersayangnya. Muncul cowok baru yang berpotensi sebagai obat patah hati. Juga seorang dari ...
Jawaban
381      242     3     
Short Story
Andi yang digantung setelah pengakuan cintanya dihantui penasaran terhadap jawaban dari pengakuan itu, sampai akhirnya Chacha datang.
Batagor (Menu tawa hari ini)
386      249     4     
Short Story
Dodong mengajarkan pada kita semua untuk berterus terang dengan cara yang lucu.
Sweet Like Bubble Gum
1362      917     2     
Romance
Selama ini Sora tahu Rai bermain kucing-kucingan dengannya. Dengan Sora sebagai si pengejar dan Rai yang bersembunyi. Alasan Rai yang menjauh dan bersembunyi darinya adalah teka-teki yang harus segera dia pecahkan. Mendekati Rai adalah misinya agar Rai membuka mulut dan memberikan alasan mengapa bersembunyi dan menjauhinya. Rai begitu percaya diri bahwa dirinya tak akan pernah tertangkap oleh ...
Cerita Sampah
1486      860     3     
Short Story
Cerita tentang kehidupan sekolah yang tak terungkap. Sebuah cerita sampah dari yang tak dianggap.
Werewolf Game
579      432     2     
Mystery
Saling menuduh, mencurigai, dan membunuh. Semua itu bisa terjadi di Werewolf Game. Setiap orang punya peran yang harus disembunyikan. Memang seru, tapi, apa jadinya jika permainan ini menjadi nyata? Cassie, Callahan, dan 197 orang lainnya terjebak di dalam permainan itu dan tidak ada jalan keluar selain menemukan Werewolf dan Serial Killer yang asli. Bukan hanya itu, permainan ini juga menguak k...
THE HISTORY OF PIPERALES
2112      824     2     
Fantasy
Kinan, seorang gadis tujuh belas tahun, terkejut ketika ia melihat gambar aneh pada pergelangan tangan kirinya. Mirip sebuah tato namun lebih menakutkan daripada tato. Ia mencoba menyembunyikan tato itu dari penglihatan kakaknya selama ia mencari tahu asal usul tato itu lewat sahabatnya, Brandon. Penelusurannya itu membuat Kinan bertemu dengan manusia bermuka datar bernama Pradipta. Walaupun begi...
Samudra di Antara Kita
35184      5733     136     
Romance
Dayton mengajar di Foothill College, California, karena setelah dipecat dengan tidak hormat dari pekerjaannya, tidak ada lagi perusahaan di Wall Street yang mau menerimanya walaupun ia bergelar S3 bidang ekonomi dari universitas ternama. Anna kuliah di Foothill College karena tentu ia tidak bisa kuliah di universitas yang sama dengan Ivan, kekasihnya yang sudah bukan kekasihnya lagi karena pri...
Nina and The Rivanos
10347      2500     12     
Romance
"Apa yang lebih indah dari cinta? Jawabannya cuma satu: persaudaraan." Di tahun kedua SMA-nya, Nina harus mencari kerja untuk membayar biaya sekolah. Ia sempat kesulitan. Tapi kemudian Raka -cowok yang menyukainya sejak masuk SMA- menyarankannya bekerja di Starlit, start-up yang bergerak di bidang penulisan. Mengikuti saran Raka, Nina pun melamar posisi sebagai penulis part-time. ...
Alicia
1414      679     1     
Romance
Alicia Fernita, gadis yang memiliki tiga kakak laki-laki yang sangat protektif terhadapnya. Gadis yang selalu menjadi pusat perhatian sekolahnya karena memiliki banyak kelebihan. Tanpa mereka semua ketahui, gadis itu sedang mencoba mengubur luka pada masa lalunya sedalam mungkin. Gadis itu masih hidup terbayang-bayang dengan masa lalunya. Luka yang berhasil dia kubur kini terbuka sempurna beg...