#01
"Awal rasa itu ada saat kamu menganggapku berbeda"
Tringgg.......
Bunyi bel sepeda terdengar dari halaman luar sebuah rumah yang cukup megah. Seorang gadis tengah menyisir rambutnya dengan menghadap ke cermin.
Drrttt.....
Sekarang ponsel gadis itu yang berdering menandakan ada panggilan masuk. Ia menatap layar ponselnya lalu berdecak kesal. Tak lama ia mengeser tombol hijau untuk menerima panggilan.
"Halo." Ucap Gadis itu malas
"Lama banget !!" Omel seseorang diseberang sana
"Sabar !! Gue harus menjaga penampilan." Ketus Gadis itu
"Ya terserah lo. Cepat nih gue didepan rumah lo."
"Iya bentar." Ucap Gadis itu datar
Sambungan telpon terputus. Gadis itu segera mengambil tasnya yang tergeletak diatas meja belajarnya. Ia melangkah keluar dari kamar.
"Mah..aku berangkat !!" Teriak Gadis itu dari ruang tamu
"Iya hati-hati." Ucap Seseorang dari arah dapur
Ia segera berlari keluar rumah lalu membukakan pintu gerbang untuk seseorang yang sedari tadi sudah mengomel karena menunggunya terlalu lama.
"Udah kelar tuan putri dandannya ?" Sindir orang itu saat pintu gerbang terbuka
"Kalau gak niat nunggu gue, berangkat aja duluan." Ketus Gadis itu
"Gak enak sama mamah lo. Biasanya kan gue jemput lo." Jawab orang itu
"Kalau gak enak jangan dimakan." Omel Gadis itu
"Ya ampun Ge. malah bercanda lagi." Ucap orang itu sambil tertawa
"Nama gue Gea !! Yang benar dong nyebutinnya !!" Kesal Gadis itu yang ternyata bernama Gea
"Hahaha...Gue lebih senang panggil lo Ge." Jawab orang itu
"GIIII !!!" Teriak Gea
"Nama gue Gio. G..I..O." Ucap orang itu mengeja namanya sendiri
"Jadi berangkat gak ??" Tanya Gea dengan nada meninggi
"Tenang Ge. Lo lagi pms ? Bawaannya emosi terus." Tanya Gio
"Lama!! Gue jalan kaki aja!!" Kesal Gea
Gea mulai melangkah meninggalkan pria itu didepan rumahnya.
"Gea..Gea.." Lirih Gio sambil menggelengkan kepalanya melihat tingkah Gea
Ia pun mengejar Gea yang baru berjarak 5 meter darinya. Ia menyalip gadis itu dengan sepedanya lalu berhenti tepat didepannya.
"Kenapa ?" Ketus Gea
"Ayo berangkat." Ajak Gio
"Gak mau bareng sama lo. Gue jalan kaki aja." Jawab Gea kesal
"Emangnya lo sanggup jalan kaki ? Jaraknya lumayan loh." Sindir Gio
Gea berpikir ulang. Tetapi ia tetap menggelengkan kepala tanda ia menolak.
Gio menghela nafas berat. Ia memutar sepedanya hendak meninggalkan Gea.
Sekitar 3 meter dari Gea. Ia berhenti lalu turun dari sepedanya. Dan berjalan ke arah Gea yang sedang menunduk.
"Ayo!!" Ajak Gio menarik lengan Gea
Gea terkejut tapi tak lama ia tersenyum. Ketika Gio menoleh ke arahnya, ia kembali memasang wajah cemberut.
"Senyum." Suruh Gio menarik kedua sudut bibir Gea ke atas
Gea menepis tangan Gio sedikit kasar.
"Cepat nanti telat !" Suruh Gea
"Iya iya." Ucap Gio pasrah
Mereka pergi menuju sekolah. Disepanjang jalan mereka banyak berdebat. Gea selalu mencubit pinggang Gio jika ia mengemudikan sepedanya tidak dengan arah yang beraturan sedangkan Gio hanya bisa meringis kesakitan.
"Sampai." Ucap Gio saat mereka sudah berada diparkiran
"Gea!!" Panggil seseorang dibelakang mereka
Sontak mereka menoleh bersamaan.
"Jadi sekarang lo pacaran sama Gio." Ucap orang itu
"Ngaco lo !!" Ketus Gea
"Haha..setelah putus sama Gue. Lo jadi emosian ya." Ucap orang itu percaya diri
"Cih..!! Dengar ya Frandito Reffano. Gue gak nyesel putus sama lo !!" Ucap Gea penuh penekanan
"Oh ya ?" Ejek Fano
"Gio itu sahabat gue dari kecil !!" Kesal Gea
"Dan seenggaknya Gio itu gak pernah ninggalin gue." Lanjut Gea lagi
"Bukan kayak lo yang penipu." Ucap Gea sambil mendorong tubuh Fano
Mendengar ucapan yang baru saja dilontarkan oleh Gea, membuat Gio tidak bisa menahan kedua sudut bibirnya untuk terangkat.
"Kamu selalu menganggapku berbeda. jangan salahkan aku jika aku menyimpan rasa." Batin Gio
"Ayo Gi !" Ajak Gea
Mereka beranjak meninggalkan Fano yang sedang tersenyum tak ramah karena mendengar ucapan Gea.
#02
"Mengagumimu semakin lama semakin membuatku ingin lebih dari sekedar sahabat."
Hari ini kantin sekolah terlihat cukup ramai. Gea sedang menatap kosong ke arah makanan yang tadi ia pesan. Tiba-tiba seseorang datang meneriaki namanya. Gea hampir melompat dari kursi kantin.
"GEAA !!!" Teriak orang itu
"Lama-lama mulut lo gue sumpel pakai gorengan juga nih." Kesal Gea
Orang itu terkekeh pelan. "Gak apa-apa kenyang gue disumpel gorengan." Jawab orang itu langsung duduk dikursi yang berhadapan dengan Gea.
"Cih..." Decih Gea
"Gue tadi nyariin lo." Ucap orang itu jujur
"Ngapain nyariin Gue ?" Tanya Gea heran
"Mau ngajak ke kantinlah." Kesal orang itu
"Ohh..Gue belum bayar ongkos ya ?" Tanya Gea malas
Orang itu nyengir memperlihatkan sederetan gigi putihnya. Siapa lagi kalau bukan Gio.
"Udah sana! Nanti gue yang bayar." Ketus Gea
Gio langsung berdiri dan pergi memesan makanan. Tak lama ia kembali duduk dikursinya.
"Hai." Ucap seseorang tiba-tiba
Sontak mereka menoleh ke sumber suara secara bersamaan.
"Gue Ressa Floriany." Ucap orang itu memperkenalkan diri lalu menyodorkan tangannya ke arah Gea
Gea meraih tangan itu dan tersenyum manis. "Geavara Annaletta." Ucap Gea
Jabatan tangan itu terlepas dan sekarang beralih ke arah Gio.
"Nama lo ?" Tanya Ressa
Gio meraih tangan itu dengan wajah datar. "Revan Gionino." Jawab Gio dan langsung menarik tangannya.
Senyum diwajah Ressa perlahan memudar.
"Gue boleh gabung gak ?" Tanya Ressa lagi
"Boleh. Duduk aja." Jawab Gea santai
Tak lama pesanan Gio pun datang. Ia langsung melahap makanannya. Tidak seperti Gea dan Ressa yang sibuk berbincang.
"Gue ke toilet dulu ya." Ucap Gea tiba-tiba
"Ok." Jawab Ressa
Gea pergi meninggalkan mereka berdua dikantin.
"Lo banyak berubah ya ?" Ucap Ressa tiba-tiba
"Gue bukan power rangers." Jawab Gio malas
Ressa malah terkekeh mendengar ucapan Gio.
Tatapan Ressa berubah sendu "Lo gak mau pertimbangin ucapan Gue ?" Tanya Ressa
"Gak." Jawab Gio tegas
"Kenapa ?" Tanya Ressa lemah
"Kita itu sahabat dan gak mungkin gue suka sama lo." Jelas Gio dengan pandangan tetap mengarah ke depan
"Awalnya gue cuma kagum sama lo karena selalu bisa buat gue tersenyum. Tapi semakin lama gue semakin ingin kita lebih dari sekedar sahabat." Ucap Ressa dengan menatap Gio lekat
"Gue jauh-jauh datang dari surabaya dan pindah sekolah disini cuma ingin ketemu sama lo." Jelas Ressa
Gio hanya tersenyum sinis sambil mengaduk-ngaduk minumannya. Ia mengacuhkan ucapan Ressa.
"GIO LO DENGAR GUE GAK !!" Teriak Ressa kesal
"Arrghh.." Gio menutup telinganya yang berdengung karena teriakan Ressa
"Mau lo apa sih Ress ?" Tanya Gio dingin
"Kita dekat lagi seperti dulu." Jawab Ressa
"Yang salah siapa ?" Tanya Gio lagi
Ressa terdiam dan menundukkan kepalanya.
Tiba-tiba ada yang menepuk pundak mereka "Daarr...."
Sontak mereka menoleh secara bersamaan.
"Serius banget ngobrolnya." Canda orang itu yang tak lain adalah Gea
"Gue balik ke kelas ya." Pamit Gea
"Pesanan lo udah gue bayar." Lanjutnya
"Bye..." Gea baru saja membalikkan tubuh tapi Gio mencegahnya
"Bareng." Ucap Gio
Gea menoleh ke arah Ressa.
"Mau bareng juga ress ?" Tanya Gea
"Gak apa-apa duluan aja." Suruh Ressa
Ressa berjalan sangat jauh dibelakang mereka. Ia menatap sendu saat Gio merangkul pundak Gea padahal gadis itu menepisnya.
"Kelihatannya lo ada rasa sama Gea." Lirih Ressa
#03
"Aku seperti angin tak terlihat namun ada dan bisa dirasakan hanya saja tak pernah kau anggap."
Tok..tok..tok
"Selamat pagi tante." Gio menyapa seseorang yang membukakan pintu
"Pagi Gio." Ucap Famela, mamah Gea
"Gea sepertinya belum bangun." Lanjut Famela
"Gea kebiasaan banget sih !" Batin Gio lalu menghela nafas sejenak
"Tante bangunin Gea dulu ya."
"Kamu duduk aja dulu." Suruh Famela
"Ok Tan." Jawab Gio seraya duduk disofa ruang tamu
Sekitar 10 menit kemudian, datang seorang gadis dengan rambut sedikit berantakan menuruni anak tangga sambil mengucek-ngucek matanya.
"Eh ngapain lo ? Pagi-pagi udah nangkring dirumah gue." Ketus Gea
"Woii sekolah !! Lo gak ingat atau lupa ingatan." Sindir Gio
"Emang ini hari apa ?" Tanya Gea dengan wajah polosnya
"Hari selasa cantik.." Jawab Gio kesal
"Ohh..hari selasa." Jawab Gea santai
"Makanya punya kalender jangan diganti merah semua tanggalnya." Omel Gio
"Yee..siapa juga yang begitu !! Kurang kerjaan !!" Sangkal Gea
Gio mengernyitkan dahi melihat Gea senyum-senyum sendiri.
"Kenapa lo ? Obat lo habis ?" Tanya Gio asal
"Semalam tuh berasa kayak malam minggu. Pokoknya gue senang bangett..." Jelas Gea
Gio mengangkat sebelah alisnya. Menatap heran gadis dihadapannya.
"Lo tau gak ?.......
"Gak tau lah ! Lo belum ngasih tau." Jawab Gio
"Yee..katak !! Gue belum selesai ngomong !!" Kesal Gea
"Ohh.." Jawab Gio santai
"Semalam Aldo chat gue." Ucap Gea sambil melompat-lompat tidak jelas
"Terus ?" Tanya Gio malas
"Ya..gue senang aja. Dia....
"Apa ?" Tanya Gio penasaran
"Ngajak Gue jalan." Ucap Gea kembali melompat-lompat tidak jelas
"Yee..Biasa aja kali Ge." Ketus Gio
"Terserah gue lah !!" Kesal Gea
"Jalan kok ngajak-ngajak." Sindir Gio
"Cih..sirik aja lo. Makanya cari pacar dong." Suruh Gea
Gio hanya mendengus kesal mendengar ucapan Gea.
"Udah sana mandi !!" Suruh Gio
"Iya iya !!" Jawab Gea kesal
Gea kembali ke kamarnya dengan setengah berlari sedangkan Gio hanya bisa menatap punggung gadis itu dengan tatapan sendu.
"Kenapa jatuhkan hatimu padanya. Padahal selama ini aku yang selalu ada." Batin Gio
***
Sesampainya disekolah Gea tidak bisa berhenti tersenyum. Gio yang melihatnya hanya bisa menghela nafas beberapa kali.
"Gea !!" Panggil seseorang dibelakang Gea
Gea langsung menoleh ke sumber suara begitu pula dengan Gio.
"Aldo." Senyum Gea merekah saat melihat Aldo ada dihadapannya
"Jangan lupa ya." Ucap Aldo mengingatkan
"Iya." Gea menganggukkan kepalanya
Gio menatap tidak suka dengan pemandangan menyebalkan yang ada didepan matanya. Ia memilih pergi lebih dulu tanpa menunggu Gea.
Gea menoleh saat Gio berjalan disampingnya. Ia menatap heran ke arah pria itu. Ia menyudahi percakapannya dengan Aldo lalu mengejar Gio.
"GIO !!" Panggil Gea
Gio menghiraukannya saja dan terus berjalan tanpa menoleh ke belakang.
"GIO !!" Ulang Gea karena tidak mendapat respon dari Gio
Gea setengah berlari mengejar Gio hingga langkah mereka seiringan.
"Kenapa tadi lo ninggalin gue ?" Tanya Gea
"Kan lo lagi asik ngobrol sama Aldo." Ucap Gio datar
"Tapi seenggaknya lo tungguin gue bentar." Kesal Gea
"Gue gak mau jadi nyamuk disana." Jawab Gio masih dengan nada datar
"Lo kenapa sih ? Cemburu ?" Tanya Gea
"Jangan tanya Ge !! Gue emang cemburu !!" Batin Gio
"Cih...gak lah." Jawab Gio bohong
"Bagus deh." Ucap Gea lalu berjalan lebih dulu didepan Gio
Gio hanya menghela nafas berat kemudian memukul kepalanya sendiri.
"Kenapa lo bohong Gio ?" Tanya Gio pada diri sendiri
#04
"Jika dia pergi dengan menyakiti hatimu maka aku akan datang untuk menghapus airmata mu."
Rifaldo mahendra
Gue tunggu dihalte.
Terdapat pesan singkat diponsel Gea yang saat ini sedang berada dalam genggaman Gio.
Gio menatap layar ponsel dengan sedikit amarah yang tanpa sadar membuat tangan kirinya mengepal.
"Gi.." Gea tiba-tiba sudah kembali ke kelas setelah menaruh buku ke perpustakaan
Gio sedikit terkejut hingga hampir menjatuhkan ponsel Gea yang sedang digenggamnya.
"Bikin kaget aja lo !!" Omel Gio
"Lo kepoin ponsel gue ya ?" Ucap Gea curiga
"Gue cuma minjam buat main game." Ucap Gio setengah berbohong
"Sini." Gea mengambil ponsel itu dengan cepat
"Tadi ada pesan dari Aldo." Ucap Gio jujur
"Beneran ?" Tanya Gea berbinar
"Hm.." Jawab Gio singkat
Gio hendak meninggalkan kelas setelah merapikan buku-bukunya sedangkan Gea sibuk menggeledah ponselnya untuk melihat pesan dari Aldo.
"Mana Gi ?" Tanya Gea tanpa menoleh ke arah Gio dan tetap memandang lurus ke layar ponsel
"Kayaknya ke hapus sama gue. Maaf.." Jawab Gio santai
"Ihh..pesannya apa ?" Kesal Gea sambil menghentakkan kaki kanannya
"Dia nunggu dihalte." Jawab Gio dingin lalu pergi meninggalkan Gea tanpa ucapan pamit
Gea berjalan dengan semangat menuju halte dan benar saja Aldo sudah menunggunya disana.
"Aldo !!" Panggil Gea melambaikan tangannya
"Hai." Sapa Aldo lembut
"Udah lama nunggu ?" Tanya Gea
"Gak kok." Jawab Aldo
"Ayo." Ajak Aldo
"Iya." Jawab Gea tersenyum
Gea menaiki motor Aldo dengan senyum yang merekah. Motor pun meninggalkan halte.
Tanpa sadar ada sepasang mata yang sedari tadi memperhatikan mereka. Matanya memerah menahan amarah.
Ia tak lain adalah Gio. Ia langsung melajukan motornya dengan kecepatan diatas rata-rata. Biasanya Gio memang membawa sepeda tetapi kali ini ia membawa motor karena sebelumnya ia berniat mengajak Gea ke suatu tempat. Ternyata sudah ada yang mendahuluinya.
***
Seseorang tengah duduk dihamparan pasir putih. Pandangannya tetap mengarah pada ombak yang sedang berkejaran itu.
"Arghh.." Ia mengusap gusar wajahnya
Drttt...
Ponselnya berdering menandakan ada pesan masuk. Ia dengan malas meraih ponselnya yang ada disaku seragam celana putih abu-abunya.
Geavara Annaletta
Jemput gue dong Gi ????
Gio mendengus kesal. Suasana hatinya sedang buruk seperti ini masih saja dikerjai oleh Gea.
Revan Gionino
Lo dimana ?
Geavara Annaletta
Taman seberang toko buku
Revan Gionino
Toko buku mana ?
Geavara Annaletta
Toko buku yang biasa kita beli buku
Revan Gionino
Ohh..tunggu bentar
Gio langsung melesat menuju taman diseberang toko buku yang dimaksud Gea. Ia melihat gadis itu sedang duduk dibangku taman sambil memainkan ponselnya.
"Ge !!" Panggil Gio
"Kok lama sih !!" Omel Gea
"Ya sabar !! Jalanan macet. Kalau jalanan ini punya bokap gue sih gak masalah nerobos lampu merah juga !!" Kesal Gio
"Iya iya." Jawab Gea
"Si Aldo mana ?" Tanya Gio
"Pulanglah." Jawab Gea singkat
"Kenapa gak antar lo pulang ?" Tanya Gio lagi
"Tadi ada adiknya. Jadi dia pulang sama adiknya dan gak bisa antar gue." Jelas Gea
"Adiknya kelas berapa ?" Tanya Gio lagi dan lagi
"Kepo amat lo !!" Kesal Gea
"Jawab aja sih !!" Ucap Gio tak kalah kesal
"Beda 2 tahun sama kita." Jawab Gea
"SMA kelas 1 dong." Ucap Gio tak percaya
"Yupss.." Jawab Gea
"Lo yakin itu adiknya ?" Tanya Gio lagi
"Yakinlah." Jawab Gea santai
Gio menghela nafas sejenak. Entah kenapa dalam hatinya ada rasa khawatir.
"Ayo pulang." Ajak Gea yang sudah berjalan lebih dulu meninggalkan Gio
Gio menatap punggung gadis itu yang semakin menjauh darinya.
"Gue takut dia mempermainkan hati lo Ge." Batin Gio
Ia berjalan lemah menyusul Gea yang tadi sudah berjalan lebih dulu.
#05
"Patah hati terbaik adalah ketika kita mencoba mengikhlaskan seseorang meski tak sepenuh hati"
"Mah, Gea berangkat !!" Teriak Gea dari teras
"Iya hati-hati." Ucap Seseorang dari dalam rumah
Gea melangkah keluar rumah dengan senyum yang masih melekat dibibirnya. Ia masih saja mengingat momen saat ia pergi jalan-jalan dengan Aldo kemarin.
Saat ia membuka gerbang, ternyata Gio belum juga datang. Senyum dibibirnya memudar. Ia berdecak kesal.
"Pasti kesiangan tuh anak." Gerutu Gea
Brrmm..
Suara motor terdengar dari jarak sekitar 10 m. Gea bersiap-siap mengepalkan tangannya.
Saat ini motor itu berhenti tepat dihadapan Gea. Pengendara itu membuka kaca helmnya dan seketika Gea terperangah.
"Aldo." Lirih Gea
Aldo hanya tersenyum melihat tingkah Gea yang terkejut dengan kedatangannya.
"Berangkat sekarang ?" Tanya Aldo
Gea hanya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum malu.
5 meter dibelakang mereka. Ternyata sudah berdiri seseorang dengan senyum seolah dipaksakan. Ia memakai helmnya kembali lalu melajukan motornya melewati mereka dengan kecepatan diatas rata-rata.
***
"Gio !!" Gea menepuk pundak Gio yang tengah duduk dibangku kantin
Kali ini kantin terlihat cukup ramai. Gea mengambil posisi duduk disebelah kanan Gio.
Gio tidak menjawab. Pandangannya tetap mengarah ke layar ponsel yang sedang digenggamnya.
"Gio gue mau cerita, lo dengerin ya." Suruh Gea
"Hm..." Jawab Gio singkat
"Gue senang banget karena tadi diperpus, Aldo nembak gue." Cerita Gea dengan semangat
Gio memutar bola matanya malas dengan topik pembicaraan yang disuguhkan Gea.
"Lo kalau ditembak ya matilah Ge !!" Ketus Gio
"Ihh..maksud gue bukan itu !!" Kesal Gea
"Maksud gue tuh dia nyatain perasaannya ke gue." Jelas Gea
"Ohh.." Jawab Gio datar
"Kok ohh doang sih !!" Omel Gea
"Terus gue harus jawab apa ??" Tanya Gio dengan malas
"Tau ahh.." Kesal Gea lalu beranjak pergi
"Secepat itukah ? Sakit tapi gak berdarah." Batin Gio
***
Gio melangkahkan kaki menuju parkiran. Ia mengacuhkan apapun disekitarnya termasuk Gea.
"Gio !!" Panggil Gea yang masih berdiri dibelakang Gio
Gio dengan malas menghentikan langkahnya tetapi tidak membalikkan tubuhnya menghadap Gea.
"Lo kenapa sih ?"
"Akhir-akhir ini sikap lo berubah ?" Tanya Gea saat sudah berada disamping Gio
Gio tidak mengeluarkan suara sedikit pun.
"Sejak gue dekat sama aldo. Kenapa gue ngerasa lo jauhin gue." Ucap Gea mulai mengeluarkan apa yang dipikirannya
"Kenapa Gi.. Jawab !!" Kesal Gea
"Karena gue gak suka." Ucap Gio tiba-tiba
"Lho..kenapa ? Kenapa lo gak suka ?" Tanya Gea heran
"Ya..ya..gu..gue gak suka aja." Jawab Gio gugup
Gea mengerutkan dahinya.
"Egois..gue aja gak masalah lo dekat sama ressa." Omel Gea
Gea berlalu begitu saja dan Gio hanya bisa memandang punggung gadis itu yang semakin jauh.
"Iya gue emang egois Ge karena gue bukan pengikhlas yang baik." Batin Gio
Gio melangkah menyusul Gea yang sudah cukup jauh.
"Mau bareng ?" Tanya Gio ketika sudah sampai diparkiran
"Gak perlu. Kan kita lagi marahan." Jawab Gea sinis
Gio hanya tersenyum melihat tingkah Gea.
"Ok. Hati-hati ya." Ucap Gio
"Gue duluan." Pamit Gio
Baru saja motor Gio keluar dari gerbang sekolah, Gea sudah berteriak membuat Gio spontan menghentikan motornya.
"Gio !!" Teriak Gea
"Kenapa sih Ge ?" Tanya Gio bingung
"Lo kok tega sih." Omel Gea
"Loh..tega kenapa ?" Tanya Gio
"Lo tega ninggalin gue disini sendirian !! Lo gak liat sekolah tuh udah sepi !!" Omel Gea lagi
"Kan tadi lo yang gak mau pulang bareng." Jawab Gio
Gea terdiam sejenak.
"Ya..ya..tapi lo gak ada usaha buat minta maaf atau apa gitu ? Biar gak marahan lagi." Ucap Gea
Gio terkekeh mendengar penuturan Gea. Ia menurut saja daripada mereka berada disekolah sampai sore.
"Ok Ge. Gue minta maaf." Ucap Gio tulus
"Iya gue maafin." Ketus Gea
"Pulang bareng gak ?" Tanya Gio lagi
"Iya." Jawab Gea ketus
Gio hanya geleng-geleng kepala sambil tersenyum.
#06
"Aku hanyalah sebuah kalimat yang tersimpan disudut hatimu yang berharap agar kau lihat sebentar saja."
Kantin terlihat cukup ramai. Sorak-sorak para siswa memekakan telinga. Seseorang dengan tatapan kosong mengarah pada sebuah meja dengan dua orang yang sedang duduk dikursinya.
"Nanti pulangnya aku antar."
"Hah ? G..Gak usah."
"Kenapa ?"
"Takut ngerepotin."
"Masa sama pacar sendiri ngerepotin."
Brakkk...
Tiba-tiba saja orang yang sedari tadi memperhatikan mereka memukul meja hingga menimbulkan suara cukup keras. Suasana menjadi senyap seketika. Semua sorot mata menatap ke arahnya. Dengan nafas tersengal, ia pergi begitu saja dari kantin.
"Gio kenapa sih ?" Batin Gea
Gea yang tanpa sadar sedari tadi menjadi pusat perhatian Gio. Dan Aldo yang berada disampingnya hanya biasa saja menanggapinya.
"Al, aku ke kelas dulu ya." Pamit Gea
"Oh..iya." Jawab Aldo dengan senyum dipaksakan karena ia tahu Gea pasti akan pergi menyusul Gio
Gea pergi menuju kelas dengan setengah berlari. Ia mencari-cari Gio dikelas tetapi ia tidak menemukannya. Kemudian ia pergi ke taman belakang, biasanya mereka sering duduk disana saat jam istirahat.
"Kok gak ada." Ucap Gea pada dirinya sendiri
"Hm...Rooftop."
Gea pergi ke rooftop dan benar saja Gio berada disana sedang duduk disofa yang sudah tidak terpakai.
"Gio." Panggil Gea berhati-hati
Gio tetap diam dengan tatapan kosong.
"Gio." Panggil Gea lagi
"Apa ?" Sahutnya datar
"Lo marah ?" Tanya Gea
"Gak." Jawabnya singkat
"Terus kenapa tadi lo gebrak meja dikantin ?" Tanya Gea mengintrogasi
"Gak sengaja." Jawab Gio berbohong
"Kenapa ?" Tanya Gio tiba-tiba
"Hah ? Apanya ?" Tanya Gea tak mengerti
"Kenapa disini ?" Tanya Gio memperjelas
"Emang gak boleh ?" Gea balik bertanya
"Pacar lo gak marah ditinggal dikantin ?" Tanya Gio lagi
"Udah bilang kok." Jawab Gea
Gio mengangkat satu sudut bibirnya lalu beranjak dari duduknya.
"Ya udah sana ke kantin lagi." Suruh Gio
"Lo ngusir gue ?" Tanya Gea
"Mungkin." Jawab Gio berlalu dari hadapan Gea
Gea mematung ditempat. Ia dapat merasakan perubahan sikap dari sahabatnya. Bahkan ia tidak mengerti apa kesalahannya.
"Lo kenapa sih ?" Tanya Gea yang berlari mengejar Gio
Gio berhenti sejenak "Gue juga gak tau." Jawabnya lalu melanjutkan langkahnya
"Lo cemburu ?" Tanya Gea yang berhasil membuat Gio mematung ditempat
Gea berdiri dihadapan Gio. Ia menatap sahabatnya ragu-ragu.
"Semenjak Gue dekat sama Aldo, lo berubah Gi. Kenapa ?" Tanya Gea lirih
Gio menghela nafas berat lalu memejamkan matanya sejenak.
"Lo mau tau semuanya kan ?" Tanya Gio
Gea menganggukkan kepalanya.
"Pulang sekolah temuin gue dipantai tempat kita sering bersepeda." Suruh Gio
"Ok." Jawab Gea
Gio berlalu dari hadapan Gea. Ia benar-benar tidak bisa berpikir jernih saat ini.
***
Bel berbunyi tiga kali. Gea merapikan bukunya bersiap-siap untuk pulang. Saat baru saja akan melangkah dari tempat duduknya. Aldo datang menghampirinya. Karena kelas mereka hanya bersampingan.
"Ayo pulang." Ajak Aldo
Gea beralih menatap seseorang yang sedari tadi sibuk merapikan buku-bukunya.
"Gea." Panggil Aldo
"Hah ? Iya." Gea tersadar dan beralih menatap Aldo
"Ayo pulang." Ajak Aldo lagi
Gea lagi-lagi mengalihkan pandangannya dan Gio menoleh sejenak lalu pergi begitu saja.
"Gea, kenapa sih ?" Tanya Aldo heran
"Gak apa-apa." Jawab Gea
"Ya udah ayo."
"Iya."
Selama diperjalanan menuju parkiran Gea lebih banyak melamun sedangkan Aldo merasa diacuhkan.
"Gea, kalau kamu gak suka pulang bareng aku bilang aja." Kesal Aldo
"Bukan gitu Al." Jawab Gea
"Terus kenapa ?" Tanya Aldo malas
"Gak apa-apa." Jawab Gea
"Maaf." Lanjutnya
Aldo menghela nafas sejenak.
"Iya aku maafin." Ucap Aldo
#07
"Yang terbaik saat ini hanyalah melepaskan daripada memupuk rasa sakit itu sendirian"
"Nomor telepon yang anda tuju sedang sibuk, silahka..
Gea sudah 7 kali menelpon Gio tetapi yang terdengar hanya suara operator.
"Gio kenapa sih ?" Batin Gea bertanya-tanya
Drrttt...
Ponsel Gea tiba-tiba berdering. Dilayarnya terdapat tulisan Revanino. Lebih tepatnya Gio yang menelpon. Pria itu sendiri yang menulis namanya dikontak Gea. Revanino maksudnya Revan Gionino.
Gea mendekatkan ponsel itu ke telinganya. "Hallo." Sapanya pada orang diseberang sana
"Hallo kak." Yang terdengar malah suara anak kecil
"Ini siapa ?" Tanya Gea
"Della kak." Jawab anak kecil itu yang bernama Della.
"Ohh..Della. Kenapa Del ?" Tanya Gea
Gio mempunyai adik bernama Adella Fracillia. Gadis kecil cantik yang berusia 7 tahun.
"Besok kak Gio izin gak masuk sekolah kak."
"Lho..kenapa ?"
"Besok kak Gio mau diajak pergi sama papah."
"Ohh..kak Gio mana ?" Tanya Gea lagi
"Lagi nonton tv. Katanya malas ngomong. Lagi ba..bad...
"Apa kak namanya ?" Terdengar Della sedang bertanya pada Gio
"Badmood." Jawab Gio yang terdengar samar-samar
"Ohh ya, badmood kak."
Gea terkekeh pelan. "Iya Del." Jawabnya
Namun dalam hatinya ia merasa ada yang berubah dari Gio. Ia sangat kehilangan sahabatnya.
"Yaudah kak aku tutup teleponnya ya."
"Iya del."
Tut..tut...
Sambungan telepon terputus. Entah kenapa tiba-tiba Gea merasa sedih.
"Jika aku berubah, tegur aku. Jangan malah menjauh tanpa aku tahu kesalahanku." Batin Gea
***
Gea sedang berjalan menuju halte. Tanpa sengaja matanya menangkap dua orang yang sedang berbincang dikejauhan. Satu berseragam putih abu-abu dan satu lagi berseragam putih biru.
"Aldo. Gue gak mau ya pura-pura jadi adik lo lagi."
"Ya shin. Nanti juga gue putusin tuh si Gea."
"Emang apa faedahnya sih lo pacaran sama dia ?"
"Faedahnya gue akan mendapatkan juara pertama pararel."
"Maksudnya ?"
"Gue cuma manfaatin dia."
"Kasihan Grace cemburu terus ngeliat lo sama si Gea itu."
"Iya Grace mana ?"
"Dia gak mau ke sini. Gue disuruh tetap jadi mata-mata lo. Kalau lo macam-macam dan bikin Grace nangis, siap-siap aja gue timpuk pake sepatu wedges."
"Hahaha..iya tenang aja."
Gea tersenyum miris. Betapa bodohnya dia hingga tertipu dengan perlakuan manis seorang pria yang tak lain hanyalah seorang pembohong besar. Bahkan dirinya dimanfaatkan untuk meraih kemenangan dengan cara kecurangan.
"Terkadang mulut tidak selalu berkata benar tetapi terkadang pula mulut yang mengungkapkan kebenaran." Batin Gea
Ia tidak menangis tetapi justru tersenyum. Akhirnya, ia terselamatkan dari sebuah kebohongan.
Gea mendekati mereka. Aldo nampak terkejut dengan kedatangannya begitu juga dengan Shinta.
"Hai kak." Sapa Shinta
Gea mengangkat satu sudut bibirnya. "Hai." Balasnya
"Maaf Gea, aku gak bisa antar kamu pulang." Ucap Aldo tiba-tiba
"Gak apa-apa." Jawab Gea tersenyum. Tentu bukan senyuman ramah.
"Ohh ya..mulai besok jangan dekat-dekat aku ya." Suruh Gea
Aldo dan Shinta mengerutkan dahinya. Mereka bingung dengan perkataan Gea.
"Maksud kamu ?" Tanya Aldo
"Soalnya aku capek drama terus." Jawab Gea tersenyum sinis
"Maksud kamu apa ? Aku tambah gak ngerti ?" Tanya Aldo lagi. Gerak geriknya mulai tidak tenang.
"Iya. Aku capek jadi pengganti pemeran utama padahal sebenarnya aku public figur." Jawab Gea lagi yang semakin membuat Aldo kebingungan
"Pemeran utama ? Public figur ? Aku gak paham ?" Kesal Aldo
"Iya. Aku cuma public figur yang menggantikan Grace si pemeran utama dalam drama ini."
Aldo membelalakan kedua matanya. Ia terkejut saat Gea menyebutkan nama Grace.
"Benerkan ?" Sindir Gea
"Grace ? Siapa ? Aku gak kenal." Ucap Aldo berpura-pura
"Wow..benar-benar raja sandiwara ya." Sindir Gea lagi
"Pembohong besar !!"
"Bahkan lo..pantas disebut playboy." Sinis Gea lalu pergi begitu saja tanpa memperdulikan Aldo yang memaki-makinya dari kejauhan
"Arghhh...." Kesal Aldo frustasi
***
"Gio, kamu benar. Aku tidak bisa mengatakan sesuatu itu baik sebelum aku benar-benar mengenalnya."
- Geavara Annaletta
#08
"Jika aku melakukan kesalahan, tegur aku. Jangan diam seribu bahasa seperti itu."
Gea sedang termenung didalam kelas sendirian. Sunyi sepi menjadi temannya saat ini.
"Gea !!" Panggil seseorang yang tiba-tiba berlari kedalam kelas
"Kenapa La ?" Tanya Gea heran
"Lo gak mau ketemu sama Gio ?" Tanya Kyla
"Gio ? Dimana ?" Tanya Gea antusias
"Dikantin." Jawab Kyla
"Bukannya Gio pergi sama papahnya ? Lo jangan bohongin gue !!" Kesal Gea
"Iya dia setelah dari sini baru berangkat. Cepat nanti terlambat !! Keburu Gio nya pergi !!" Suruh Kyla emosi
"Iya iya." Gea setengah berlari menuju kantin dengan diikuti Kyla dibelakangnya
Gea mengedarkan pandangannya mencari sosok Gio tetapi tidak ditemukannya. "Mana Gio ?" Tanya Gea pada Kyla
"Tadi ada disini." Ucap Kyla sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal
"Gue ke kelas lagi !" Pamit Gea sedikit kesal
Baru saja Gea membalikkan tubuhnya. Kyla menepuk pundaknya.
"Gea !! Itu Gio diparkiran !!" Ucap Kyla menunjuk ke arah parkiran
Gea antusias mengedarkan pandangannya. Sampai ia menemukan seseorang yang dicarinya. Ia langsung berlari menuruni anak tangga menuju parkiran.
"Gio !!" Panggil Gea dengan suara cukup kencang
Gio yang baru saja akan naik ke mobil langsung berbalik menghadap sumber suara.
"Gea.." Lirih Gio
Gea menghampiri Gio yang masih saja diam ditempat.
"Om..saya pinjam Gio nya bentar ya." Izin Gea pada Hendra, papah Gio
"Ohh..iya." Jawab Hendra
"Ada-ada saja muda-mudi zaman sekarang." Batin Hendra
Gea mengajak Gio ke depan sebuah ruangan eskul musik. Disana cukup sepi dan tenang dengan pepohonan dipekarangan.
"Gio, gue mau ngomong." Ucap Gea memulai pembicaraan
"Yaudah. Cepat nanti gue telat !" Suruh Gio
"Gue udah putus sama Aldo."
Gio terdiam sejenak. "Terus ?" Tanya Gio berusaha untuk tidak tersenyum
"Ya..lo jangan jauhin gue terus !!" Kesal Gea
"Gue tau lo tuh ngejauh karena gak suka gue dekat sama Aldo kan ?" Tanya Gea
Gio menghela nafas pelan." Gue boleh jujur gak ?" Tanya Gio
Gea mengangguk. "Boleh." Jawabnya
"Gue senang lo udah putus sama si Aldo. Karena dari awal gue ngerasa ada yang aneh sama dia." Ucap Gio menjelaskan
"Aneh ?" Heran Gea
"Iya. Gue pernah liat dia ditaman sama cewek, kalau gak salah namanya----."
"Grace ?" Ucap Gea mendahului
"Hm..." Jawab Gio
"Ohh ya, btw lo mau pergi kemana ?" Tanya Gea mengalihkan pembicaraan
"Amerika." Jawab Gio
"Ngapain ?" Tanya Gea penasaran
"Ngurus berkas-berkas." Jawab Gio sedikit ragu
"Berkas apa ?" Tanya Gea lagi
"Berkas....Hm..." Gio tampak sedang berpikir
"Gio cepat !! Nanti kita ketinggalan pesawat !!" Suruh Hendra
"Iya pah." Jawab Gio
Ia beralih kembali menatap Gea yang sedang menunggu jawabannya.
"Gue harus pergi. Nanti gue bisa telat." Ucap Gio
"Iya." Jawab Gea sedikit kecewa
Gio menatap Gea yang kelihatan sedih. "Yaelah Ge. Gua pergi cuma sebentar." Ucap Gio
"Tapi kalau lo gak ada, gue gak ada teman." Rengek Gea
"Kan ada Kyla, Dude, Jenny." Jawab Gio sedikit tidak tega
"Yaudah hati-hati."
"Ok."
Gio menghampiri papahnya yang sudah menunggu dari tadi. Sebelum masuk ke dalam mobil ia melambaikan tangan ke arah Gea sambil tersenyum.
Gea balas tersenyum. "Udah Gea gak usah sedih. Yang penting sekarang lo sama Gio udah baikan." Ucap Kyla yang tiba-tiba merangkul pundak Gea
"Makasih ya Kyla."
"Sama-sama."
"Yuk balik ke kelas." Ajak Gea
Drrttt.....
Baru saja berjalan satu langkah ponsel Gea berdering. Ia dengan malas membukanya. Tertera nama "Revanino". Gea seketika langsung tersenyum.
"Jangan sedih. Gue pergi sebentar doang bukan pergi selamanya. Gue takutnya lo bakalan kangen."
"Siapa juga yang sedih. Cih.." Kesal Gea tetapi setelahnya tersenyum kembali
"Kenapa Gea ?" Tanya Kyla yang heran melihat Gea senyum-senyum sendiri
"Gak apa-apa." Jawab Gea
"Yuk ke kelas." Ajak Gea
#09
"Kamu seperti payung yang siap melindungiku dari hujan dan kemarau."
3 hari kemudian....
"GEA !!" Panggil Seseorang sambil memasuki kelas yang masih cukup sepi
"Sstt..berisik Gio ! Ganggu orang lagi baca buku aja !" Gerutu Gea
Gio terkekeh lalu menghampiri tempat duduk Gea. "Tumben rajin." Sindir Gio
Gea menatap tajam Gio dengan wajah cemberut. "DIAM GIO !!" Teriak Gea
"Arghh.." Gio menutup telinganya. Rasanya gendang telinganya ingin pecah karena suara teriakan Gea.
Gea bangkit dari duduk dan melangkah keluar dari kelas.
"Ge, mau kemana ?" Tanya Gio
"Ke toilet. Mau ikut ?" Ucap Gea sinis
"Gak. Nanti kalau gue ikut lo, orang mikirnya macam-macam lagi." Jawab Gio melantur
Gea mengernyitkan dahinya. "Sepertinya otak lo udah mulai gak berfungsi." Sindir Gea
"Hah ?" Tanya Gio bingung
"Maksud gue tuh lo tunggu dikoridor !! Siapa juga yang ngajak lo ke toilet !!" Jelas Gea sedikit emosi
"Kalau ngomong tuh yang spesifik. Langsung ke intinya gak usah bertele-tele." Protes Gio
"Terserah !!" Kesal Gea lalu keluar dari kelas
"Yah..marah." Ucap Gio
Hampir setengah jam Gio menunggu tetapi Gea belum juga kembali.
"Tuh anak ngapain ya ditoilet ? Lama banget !" Gerutu Gio
Terbesit rasa khawatir jika terjadi hal buruk pada Gea. Gio langsung keluar kelas untuk mencari Gea.
"Dimana ya tuh anak ?" Tanya Gio pada diri sendiri
"Lo mau apa lagi sih ?!!"
Terlihat dari jauh Gea sedang berbicara dengan seseorang. Gio memperhatikan saja karena tidak ingin mengganggu.
"Hubungan kita tuh udah berakhir !!"
"Emang udah berakhir !"
"Gue kesini cuma mau ngancam lo !! Kalau lo gak mau mengalah dan memberikan peringkat pertama itu, gue akan buat hidup lo menderita !!"
"Niat gue dari awal pacaran sama lo karena gue ingin manfaatin lo untuk rebut peringkat pertama itu."
"Lo ingin mendapatkan peringkat pertama tapi lo melakukannya dengan curang !! Dasar pengecut !!"
"Diam !! Gue gak suka ucapan lo !!"
Gio mulai menyadari kalau Gea sedang berbicara dengan Aldo. Ia mendekat perlahan-lahan dan langsung mendorong tubuh Aldo hingga tersungkur dilantai.
"GIO !!" Ucap Gea terkejut
"Berani lo nyakitin Gea, Gue yang akan buat hidup lo menderita !!" Ucap Gio dengan emosi yang mengebu-gebu
Aldo bangkit dan tersenyum sinis. "Cihh..Pahlawannya datang." Sindir Aldo
"Gue gak takut !!" Aldo mendekat lalu memukul Gio hingga hampir terjatuh
Gea hampir menangis karena ini pertama kalinya ia melihat orang berkelahi didepan matanya.
"ALDO !!" Gea mendorong tubuh Aldo agar menjauh
"Lo pergi atau gue teriak agar lo dipanggil ke ruang BK !!" Ancam Gea
Aldo mendengus kesal lalu pergi meninggalkan tempat itu. Sementara Gio mengusap pelipisnya yang terluka.
Gea berbalik menghadap Gio. Ia mendekati pria itu dengan ragu.
"Maaf Gio karena gue lo terlu----."
"Sstt..." Gio menyuruh Gea untuk diam
"Bukannya itu tugas seorang sahabat untuk melindungi sahabatnya." Ucap Gio lalu tersenyum
"Makasih." Gea tiba-tiba saja memeluk Gio membuat pria itu mematung ditempat
"Tetapi saat ini sepertinya aku tidak hanya menjalankan peranku sebagai sahabat tetapi juga sebagai seorang lelaki yang melindungi perempuan yang kucintai." Batin Gio
Gea menjauhkan tubuhnya. "Ayo ke UKS !" Ajak Gea
"Gak usah." Tolak Gio
"Nanti luka lo bisa infeksi. Udah ayo !!" Paksa Gea
***
"Gio besok kan libur, kita ke pantai yuk !!" Ajak Gea
"Hmm..." Jawab Gio menyetujui saja
Hari ini Gio tidak membawa kendaraan jadi mereka pulang naik angkutan umum. Selama perjalanan Gea tidak bisa berhenti bicara sedangkan Gio menjadi pendengar setia.
"Jawabnya jangan singkat !!" Kesal Gea dengan wajah cemberut
"Iya Gea. Besok gue jemput lo." Jawab Gio pasrah
"Yeay...lo bawa sepeda ya ?!" Suruh Gea
"Iya." Jawab Gio
"By the way itu luka lo masih sakit gak ?" Tanya Gea
"Gak. Keliatannya lo khawatir banget sama gue." Goda Gio
"Iyalah gue khawatir. Lo luka karena gue. Nanti rumah gue bisa di demo sama mamah lo." Ucap Gea sedikit kesal
Gio terkekeh sedangkan Gea mendengus kesal. Gio mengulurkan tangannya mengacak-ngacak rambut Gea.
"Ihh..Gio lo ngerusak rambut gue !!" Kesal Gea
"Aduh..kalian romantis banget sih." Ucap salah satu penumpang disamping Gea
"Long last ya." Lanjutnya
"Kita gak pacaran mbak !!" Sangkal Gea
"Aduh..gak usah malu mengakui. Kalian pasti pacaran." Balasnya lagi
Gio memengang tangan Gea lalu menggelengkan kepalanya sebagai kode agar tidak meladeni ucapan orang itu.
Gea mengangguk menuruti.
"Andai semua itu benar." Batin Gio
#10
"Aku akan selalu membuatmu bahagia meskipun harus memendam rasaku hingga seribu tahun lamanya."
"Mah Gea pergi dulu ya." Pamit Gea
"Iya hati-hati." Jawab mamahnya
Gea menuju teras karena Gio sudah menunggunya disana.
"Mana mamah lo ?" Tanya Gio
"Didapur. Tadi gue udah pamit." Ucap Gea
"Ok."
"Kita kesana naik apa ? Jaraknya lumayan jauh lho.." Tanya Gea
"Gue bawa mobil." Jawab Gio
"Emang lo bisa bawa mobil. Berat lho..." Ejek Gea menahan tawa
"Maksud gue bukan begitu !!" Kesal Gio
"Hahaha...bercanda Gio." Ucap Gea tertawa lepas
"Udah ayo berangkat !!" Ajak Gio dengan nada kesal
"Haha..marah." Ucap Gea
Mereka pergi kepantai. Perjalanannya ditempuh sekitar 30 menit. Dan pastinya mereka hanya berdua.
"Gio !!" Panggil Gea
"Hm.." Jawab Gio
"Lo gak ada niatan buat pacaran gitu. Lo udah kelas 12 sebentar lagi lulus masa belum punya pasangan." Sindir Gea
"Lo lagi ngasih kode ke gue ?" Tanya Gio
"Cihh..gue gak akan pernah suka sama sahabat sendiri. Gak akan !!" Jawab Gea
Jawaban Gea membuat Gio sedikit kecewa. Tetapi ia tetap menyembunyikannya dengan rapi.
"Lo sendiri ?" Gio balik bertanya
"Gue belum nemuin orang yang tepat." Jawab Gea serius
"Gue selalu yakin gue orang yang tepat untuk lo." Batin Gio
"Gio lo setelah lulus mau kuliah dimana ?" Tanya Gea
Gio seketika terdiam. Ia belum siap untuk memberitahu Gea bahwa tahun depan ia mungkin tidak akan bertemu dengan Gea selama beberapa tahun.
"Gio gue nanya !!" Kesal Gea
"Gak tau. Gue masih bingung." Jawab Gio berbohong
"Kalau lo ?" Gio balik bertanya lagi
"Gue sih ingin kuliah diuniversitas yang terkenal dijakarta." Jawab Gea berbinar
"Lo pasti bisa masuk universitas itu. Lo kan pintar." Ucap Gio menyemangati
"Semoga aja." Jawab Gea tersenyum
Akhirnya mereka sampai ditempat tujuan. Gea antusias dengan pemandangan disana. Ia tidak bisa berhenti tersenyum.
"Naik sepeda gak ?" Tanya Gio
"Ayo !!" Jawab Gea menyetujui
"Gue naik nih." Ucap Gea
"Iya udah cepat !!" Suruh Gio
"Aduh..Gea lo berat banget." Ejek Gio
Gea mendengus kesal lalu memukul pundak Gio. "Auhh.." Rintih Gio kesakitan
"Lo ngeselin sih !!" Kesal Gea
"Kan bercanda Ge." Ucap Gio
Sebelumnya Gio sudah menyewa jasa photografer dipantai itu untuk mengabadikan momen mereka. Tentunya tanpa sepengetahuan Gea. Gio ingin membuat kenangan sebanyak-banyaknya sebelum ia pergi.
Mereka bersepeda diatas pasir putih yang cantik. Gea terlihat sangat bahagia begitu pula dengan Gio.
"Gio ayo kita kesana !" Ajak Gea
"Ngapain ?" Tanya Gio
"Kita main air." Jawab Gea
"Kayak anak kecil aja." Ejek Gio
"Udah ayo !!" Kesal Gea
Mereka bermain air ditepian pantai. Tidak sedikit orang yang memuji mereka sebagai pasangan yang serasi. Padahal mereka tidak lebih dari sepasang sahabat.
Setelah puas bermain mereka duduk dihamparan pasir putih sambil memandang ke arah pantai.
"Gio gue haus." Gerutu Gea
"Tunggu bentar." Gio bangkit dan pergi untuk membeli minuman
Tak lama Gio kembali membawa dua botol minuman.
"Nih." Gio memberikan minuman itu pada Gea
"Makasih. Baik banget sih." Ucap Gea tersenyum manis
Gio selalu terpesona dengan senyum itu. Ia bahagia karena dirinya penyebab Gea selalu tersenyum. Tetapi ia juga sedih karena ia tidak bisa memiliki hatinya.
"Pulang yuk udah sore !!" Ajak Gio
"Yuk."
"Lo duluan aja ke mobil !" Suruh Gio
"Emangnya lo mau kemana ?" Tanya Gea
"Gue ada urusan bentar." Jawab Gio
"Ok."
Gea pergi duluan ke mobil sedangkan Gio pergi untuk mengambil foto-foto diphotografer yang tadi ia sewa.
"Itu apaan ?" Tanya Gea saat Gio sudah menaiki mobil
"Ini pesanan papah gue." Jawab Gio berbohong
"Ohh..."
Mereka sampai didepan rumah Gea. Langit sudah semakin gelap.
"Gio makasih ya." Ucap Gea
"Iya." Jawab Gio
"Besok jemput jangan ?" Tanya Gio
"Terserah." Jawab Gea
"Yaudah." Ucap Gio
"Yaudah apa ?" Tanya Gea tak mengerti
"Yaudah besok gue jemput." Jelas Gio
"Ok. Hati-hati dijalan." Ucap Gea sebelum masuk ke dalam rumah
"Iya." Jawab Gio tersenyum
Setelah Gea masuk ke dalam rumah, Gio tidak langsung pergi. Ia membuka amplop berisikan foto-fotonya bersama Gea. Ia melihatnya satu per satu. Senyuman terus melekat dibibirnya.
#11
"Tak pernah bisakah kau lihat aku walau hanya sedikit saja ?"
Gea sedang merias dirinya. Ia memilih menguraikan rambut panjangnya. Ia terlihat sangat cantik.
Suara klakson motor terdengar dari luar rumah Gea. Ia turun dari kamarnya lalu keluar rumah setelah berpamitan dengan orang tuanya.
"Gio !!" Panggil Gea
Gio mematung ditempat. Gea menjadi salah tingkah sendiri.
"Gio kenapa lo natap gue kayak gitu ?" Tanya Gea
"Gak apa-apa." Jawab Gio
"Lo cantik." Lanjutnya
Gea terdiam. "Ihh..gak usah gombal. Gue gak akan baper." Ketus Gea
"Ohh ya ?" Goda Gio
"Udah ayo berangkat !" Suruh Gea
***
Setelah bel istirahat berbunyi. Gea tidak pergi ke kantin bersama Gio karena pria itu dipanggil ke ruang kepala sekolah. Ia akan menyusul Gea setelah urusannya selesai.
Saat Gio menyusuri koridor menuju kantin. Ressa tiba-tiba menghalangi jalannya.
"Kenapa ?" Tanya Gio malas
Ressa tiba-tiba menangis. "Shindy...."
Shindy adalah kakak kandung Ressa. Gio mengenalnya saat dulu ia masih bersahabat dengan Ressa.
"Shindy kenapa ?" Tanya Gio
"Shindy meninggal.." Ressa menangis, air matanya semakin deras mengalir
"Meninggal ? Kenapa ?" Tanya Gio lagi
"Dia kecelakaan." Jawab Ressa semakin menundukkan kepalanya
Gio memang tidak menyukai Ressa tetapi bukan berarti dia manusia yang tidak punya hati. menghiraukan temannya yang sedang berduka adalah hal bodoh. Gio mendekatkan kepala Ressa ke pundaknya. Memberikan ia tempat untuk meluapkan semua kesedihannya.
"Gio...kenapa tuhan mengambil orang yang paling gue sayangi ?" Tanya Ressa ditengah isak tangisnya
"Karena tuhan lebih menyayanginya." Jawab Gio lirih
Tak lama Gea kembali dari kantin. Ia melihat kejadian itu tepat didepan matanya. Tetapi Gea menghiraukannya meski sebelumnya ia sedikit terkejut.
Gea mendekati mereka perlahan-lahan.
"Gio !!"
"Ressa !!" Panggil Gea
Gio terkejut dengan kedatangan Gea. Ressa menjauhkan kepalanya dari pundak Gio. Ia beralih memeluk Gea. Sontak Gea terkejut dengan yang dilakukan Ressa.
"Kenapa Ress ?" Tanya Gea bingung
Ressa tidak menjawab dan hanya terus menangis. Gea menatap Gio meminta penjelasan.
"Kakak kandungnya baru aja pergi untuk selamanya." Jelas Gio
"Hah ?" Ucap Gea terkejut
Gea mengusap pelan rambut Ressa. "Turut berduka cita Ress." Ucap Gea
Ressa melepas pelukannya. "Makasih ya kalian udah care sama gue." Ucap Ressa dengan suara serak
"Gue sedikit tenang sekarang." Lanjutnya
Gea mengangguk. "Iya Ress." Ucapnya
Tak lama bel masuk berbunyi. "Gue balik ke kelas ya." Pamit Ressa
"Sekali lagi makasih." Lanjutnya
"Iya Ress." Jawab Gea
Gea menatap sayu Ressa. Ia juga ikut merasakan kehilangan yang dirasakan Ressa.
"Kasihan Ressa." Ucap Gea lirih
"Udah yuk masuk kelas." Ajak Gio
"Lo tadi gak cemburu kan ?" Goda Gio
"Apaan sih !! Ngapain juga gue cemburu !!" Kesal Gea lebih dulu masuk kedalam kelas
"Ternyata benar langkahmu tidak pernah mengarah kepadaku. Aku seperti orang bodoh yang menunggumu dibalik pintu dan berharap kau membukanya."
Gio langsung duduk ditempatnya. Gea mulai merasa ada yang aneh dengan sikap Gio. Semua pertanyaan aneh itu dan kecemburuan yang berlebihan saat dulu ia dekat dengan Aldo. Gea menyadarinya tetapi ia berpikir itu hanya kecemburuan seorang sahabat saja.
***
Setelah mengemas barang-barangnya Gea terlihat tergesa-gesa keluar dari kelas tetapi Gio menahannya.
"Eh..mau kemana ?" Tanya Gio
"Ohh ya lupa." Ucap Gea menepuk pelan dahinya
"Lupa apa ?" Tanya Gio lagi
"Gue ikut kelas tambahan. Lo kalau mau pulang, duluan aja." Suruh Gea
"Ok." Jawab Gio
"Duluan ya Gio !!" Ucap Gea lalu keluar kelas dengan setengah berlari
#12
"Aku tidak akan pernah meninggalkanmu walau sedetik."
Setelah selesai mengikuti kelas tambahan, Gea keluar dari lingkungan sekolah. Langit cukup mendung dan sekolah semakin sepi. Gea merasa sedikit ketakutan.
"Udah selesai ?" Suara seseorang membuat Gea tersentak, ia menoleh ke sumber suara
"Gio !!"
"Jadi dari tadi lo nungguin gue ?" Tanya Gea tidak percaya
"Lo berangkat bareng gue, pulang juga harus bareng gue." Jawab Gio sambil menstater motornya
"Lo pasti nunggunya kela----."
"Cepat naik !" Suruh Gio
"Iya." Jawab Gea menuruti
Saat diperjalanan, hujan mengguyur dengan derasnya. Mereka memilih berteduh dihalte. Tubuh Gea bergetar akibat dinginnya angin yang menerpa. Ia lupa memakai jaketnya saat berangkat ke sekolah.
"Kenapa Ge ? Dingin ?" Tanya Gio
"Gak." Jawab Gea berbohong
"Bohong." Sindir Gio, ia melepaskan jaketnya dan memasangkannya pada Gea
"G..gak usah ! Nanti lo yang kedinginan." Tolak Gea melepaskan jaket itu tetapi Gio menahannya
"Pakai !" Suruh Gio dengan tatapan tajam
"Justru gue kepanasan. Makanya jaketnya gue kasih ke lo." Ucap Gio berbohong
"Yaudah makasih." Ucap Gea sambil tersenyum
"Sama-sama." Jawab Gio berusaha menahan hawa dingin yang menusuki tubuhnya.
Karena terlalu lama menunggu hujan reda. Mereka tertidur dihalte. Gea tertidur pulas sambil bersandar dipundak Gio sedang Gio bersandar dipuncak kepala Gea. Saat tidak terdengar lagi suara gemercik air hujan, Gio terbangun. Ia mengerjapkan matanya, lalu tidak sengaja menatap Gea yang masih tertidur. Tangan Gio terulur ingin menyentuh pipi Gea tetapi tinggal beberapa senti, Gea terbangun dari tidurnya. Sontak Gio langsung menarik tangannya kembali.
"Hujannya udah reda." Ucap Gea entah ia berbicara dengan siapa
"Ayo pulang !" Ajak Gio
Mereka sampai dirumah Gea saat jam menunjukkan pukul 7 malam. Karena kehujanan dijalan membuat mereka terlambat pulang.
"Gio hati-hati !"
"Jangan ngebut ! Ini udah malam !"
"Iya Ge. Kenapa sekarang lo bertingkah seperti seorang ibu yang menasehati anaknya." Ejek Gio
"Ishh...jangan ngejek !" Suruh Gea
"Ok..ok.." Jawab Gio berusaha menahan tawa
"Gue masuk dulu !" Ketus Gea
Gio hanya tertawa dengan ekspresi marah diwajah Gea. Tetapi baru saja Gio akan beranjak pergi. Gea melangkah kembali keluar rumah.
"Nih jaketnya !" Gea mengembalikan jaket Gio masih dengan raut wajah kesal lalu kembali masuk ke dalam rumah
Gio hanya geleng-geleng kepala sambil tersenyum mengingat sikap Gea tadi. Bukan sikap kesalnya tetapi sikap khawatirnya.
"Lo ternyata takut gue kenapa-napa." Ucap Gio dalam hati
Gio beranjak dari sana. Sepanjang jalan ia tidak bisa berhenti tersenyum.
Gio tersentak saat membuka pintu gerbang rumahnya.
"Jam berapa ini kak ?" Tanya Della yang sudah berdiri dibalik gerbang
"Ngapain disitu ?! Bikin kaget aja !" Kesal Gio
"Jam 19.30. Makanya punya jam tangan." Ejek Gio
"Kakak tadi pagi janji apa ?! Katanya mau ajak aku ke toko boneka ! Alahh..hoax !" Kesal Della
"Ehh..siapa yang ngajarin kamu bicara begitu ?!!" Tanya Gio tak kalah kesal
"Kakak !" Jawab Della
Gio terdiam. Memang benar seorang adik sering meniru perbuatan kakaknya.
"Udah besok." Ucap Gio
"Bener ya ?" Tanya Della
"Iya." Jawab Gio lalu masuk ke dalam rumah
"Gio !!" Panggil mamahnya
"Kamu sudah bicara dengan kepala sekolah ?"
"Udah mah." Jawab Gio
"Baguslah." Ucap Mamahnya
Gio menaiki anak tangga menuju kamarnya. Tergantung banyak fotonya bersama Gea. Ia harus menunggu waktu yang tepat untuk memberitahu semuanya kepada Gea.
#13
"Aku tidak ingin pergi tetapi keadaan yang menginginkanku pergi."
Hari ini Gea tidak berangkat sekolah bersama Gio. Karena tadi papahnya yang mengantarnya sebelum berangkat bekerja.
"Ehh..kemarin pas gue ke ruang kepala sekolah. Gue gak sengaja dengar pembicaraan Gio sama kepala sekolah."
"Emang mereka bicarain apa ?"
"Gio lulus tes masuk universitas di amerika. Dan setelah lulus sekolah, dia akan kuliah disana."
"Waahh..hebat banget si Gio bisa masuk universitas diluar negeri."
Gea terdiam mendengar percakapan mereka. Setelah Gio datang, Gea akan langsung menanyakan alasan Gio tidak memberitahunya.
Gea sedang sibuk dengan buku mata pelajaran IPA karena sebentar lagi ia menghadapi Ujian Nasional. Gea harus lulus dengan nilai terbaik agar ia dapat mewujudkan impiannya menjadi seorang dokter. Tak lama Gio datang dengan wajah lesu tidak bersemangat.
"Gio !!" Panggil Gea
"Apa ?" Tanya Gio dengan nada malas
"Lo kenapa ?" Tanya Gea penasaran
"Gak apa-apa." Jawab Gio duduk ditempat duduknya lalu menaruh tasnya diatas meja dengan sedikit membanting
"Kayaknya bukan waktu yang tepat deh nanya ke Gio. Dia lagi badmood." Batin Gea
***
Gea pergi sendirian ke kantin untuk istirahat karena setelah jam pelajaran terakhir, Gio tertidur dikelas. Gea tidak tega membangunkannya. Sepertinya pria itu begadang semalaman.
"Gea !!" Panggil seseorang dibelakangnya
Gea menoleh. "Ressa. Kenapa ?" Tanya Gea
"Mau ke kantin kan ? Bareng ya ?" Tanya Ressa
"Iya." Jawab Gea
Gea pergi ke kantin bersama Ressa. "Ohh ya, Gio mana ?" Tanya Ressa
"Dikelas lagi tidur." Jawab Gea jujur
Mereka akhirnya sampai dikantin. "Gea mau pesan apa ?" Tanya Ressa
"Somay aja sama jus jeruk." Jawab Gea sambil duduk dibangku kantin
"Yaudah gue pesan makanannya dulu ya. Tunggu disini !" Suruh Ressa
"Ok."
Selama menunggu Gea sibuk memainkan ponselnya. Hingga ia tidak menyadari kedatangan seseorang yang sudah duduk berhadapan dengannya.
"Serius banget." Sindir orang itu
Gea terkejut dan langsung beralih menatap seseorang dihadapannya.
"Kok disini ? Tadi bukannya lo tidur ?" Tanya Gea
"Udah bangun. Lo kenapa gak bangunin gue ?" Gio balik bertanya
"Takutnya lo masih ngantuk jadi gue gak tega banguninnya." Jawab Gea jujur
"Ohh ya, ada yang ingin gue tanyain ke lo." Ucap Gea serius
"Apa ?" Tanya Gio penasaran
"Emangnya benar setelah lulus sekolah, lo akan kuliah di Amerika ?" Tanya Gea menatap Gio lekat
Gio tersentak dan ekspresi wajahnya berubah. "Lo tau darimana ?" Tanya Gio dingin
"Tadi pagi gue gak sengaja dengar percakapan anak kelas sebelah." Jawab Gea jujur
Gio terdiam sejenak. "Iya Ge." Jawab Gio pasrah karena ia tidak bisa menutupi semuanya lagi.
"Wahh...bagus dong. Selamat ya !!" Ucap Gea senang
"Lo ingin gue pergi ?" Tanya Gio tiba-tiba
Gea mengernyitkan dahinya. "Lho..iyalah. Gue sebagai sahabat akan senang lo bisa mewujudkan impian lo. Orang tua lo udah susah payah biayain semuanya. Lo udah lulus tes, jangan lo sia-siain kesempatan ini." Ucap Gea panjang lebar
"Gue gak akan sia-siain kesempatan ini." Ucap Gio yakin
"Yaudah gue balik ke kelas dulu." Pamit Gio bangkit dari duduknya
"Lo gak mau makan dulu ?" Tanya Gea
"Gak. Udah kenyang." Jawab Gio berusaha tersenyum
"Ok. Nanti gue bawain minum." Ucap Gea
"Ok. Cepat ya !" Suruh Gio
"Iya."
Gio berjalan lunglai menuju kelas sambil memegangi kepalanya yang pusing. Perpisahan semakin hari semakin dekat. Minggu depan ia akan menghadapi Ujian Nasional. Setelah itu perpisahan. Dan selanjutnya keberangkatannya untuk menempuh pendidikannya di Amerika. Gio benar-benar belum siap. Apalagi ia akan pergi meninggalkan Gea dengan membawa perasaannya yang tidak bisa ia utarakan.
#14
"Jika memang harus tetap bungkam. Akan ku simpan perasaanku walau hatiku tertikam."
Gea sedang menyesapi cokelat panasnya sambil melihat pemandangan dari balkon kamarnya. Ia sebenarnya juga sedih saat mengetahui Gio akan kuliah di amerika.
"Kalau Gio pergi. Hidup gue pasti sunyi. Gak akan ada lagi orang yang bisa bikin gue tertawa lepas." Ucap Gea sedih
"GEA !!" Panggil Gio yang sudah berdiri didepan gerbang
Karena Gea dilantai atas, Gio dapat melihatnya. Dan Gea tersenyum dengan kedatangan Gio kerumahnya.
"Gio masuk aja !" Suruh Gea
Gio membuka pintu gerbang. Lalu beralih mengetuk pintu rumah Gea. Seorang wanita paruh baya membukakan pintu.
"Permisi tante." Ucap Gio sopan
"Ehh..Gio." Jawab Famela, mamah Gea
"Tante, Geanya ada ?" Tanya Gio
"Ada lagi dibalkon kamarnya. Kamu masuk aja !" Suruh Famela
"Boleh tante ?" Tanya Gio memastikan
"Boleh. Tapi jangan aneh-aneh ya." Ucap Famela memperingatkan
"Iya tante." Jawab Gio
Gio masuk ke dalam rumah lalu mengetuk pintu kamar Gea. Tak lama Gea membukakan pintu.
"Ayo masuk !" Suruh Gea
"Buka aja pintunya !" Suruh Gio
Gea membalikkan tubuhnya dan kembali ke balkon. Gio mengikuti Gea dari belakang.
"Tumben ke sini ?" Sindir Gea
"Ingin main aja." Jawab Gio
"Ohh..."
"Bentar lagi kan ujian, kita belajar bareng mau gak ?" Tanya Gio
"Belajarnya dimana dulu ?" Gea balik bertanya
"Dirumah lo." Jawab Gio
"Ok." Jawab Gea setuju
Gea sibuk memandang lurus ke depan sedangkan Gio terus memandangi Gea lekat.
"Gio gue ingin ke pantai lagi." Ucap Gea tiba-tiba menatap ke arah Gio membuat pria itu mengalihkan pandangannya
"Ayo. Kapan ?" Tanya Gio
"Hm..2 hari sebelum UN gimana ?" Tanya Gea
"Hari sabtu ya ? Hm..ok deh." Jawab Gio setuju
"Apasih yang bikin lo selalu ada buat gue ?" Tanya Gea tiba-tiba
Gio mengernyitkan dahinya merasa janggal dengan ucapan Gea. "Karena lo sahabat gue." Jawab Gio
"Kita sahabatan dari kelas 3 SD. Udah 10 tahun ya. Meskipun dulu lo pernah ninggalin gue saat kita masih SMP, lo pindah sekolah karena papah lo dipindah tugas." Ucap Gea
"Iya." Jawab Gio mulai merasa Gea menyudutkannya
"Lo gak nyimpan perasaan ke gue kan ?" Tanya Gea membuat Gio terkejut mendengarnya
"Gak." Jawab Gio terpaksa berbohong
"Bagus kalau gitu. Jangan rusak persahabatan kita ya." Pesan Gea
Gio terdiam sejenak. "Kenapa tiba tiba lo nanya itu ?" Tanya Gio
"Karena kadang gue ngerasa ada yang lo sembunyiin. Tapi sekarang gue lega itu cuma perasaan gue aja." Jawab Gea tersenyum
Gio membalas senyum Gea. Tetapi senyum terpaksa yang ia berikan. Gio merasa dadanya sedikit sakit mendengar ucapan Gea. Bagaimana nanti saat ia menyatakannya. Pasti Gea akan sangat membencinya.
"Lo benar Ge. Ada yang gue sembunyiin. Tapi gue gak akan bicara apapun. Gue ingin semua baik-baik aja." Batin Gio
"Gue pulang dulu ya. Udah sore." Pamit Gio
"Ok. Hati-hati." Jawab Gea tersenyum
Gio mengangguk lalu keluar dari kamar Gea setelah sebelumnya menutup kembali pintunya.
"Tante Gio pamit pulang ya." Ucap Gio pada Famela yang sedang berada diteras
"Ya hati-hati." Jawab Famela
Gio membuka pintu gerbang dengan tidak bertenaga lalu menutupnya kembali. Sebelum pergi Gio kembali menatap Gea yang ada dibalkon. Gea tersenyum manis ke arahnya sambil melambaikan tangan. Gio hanya membalas dengan senyuman getir. Karena rumah mereka berdekatan, Gio pulang berjalan kaki. Ia melangkah lunglai seperti tanpa arah.
#15
"Aku ingin membuat banyak kenangan meskipun nanti saat pergi aku akan merasakan kehilangan."
Gea masih menunggu Gio yang belum juga datang padahal jam sudah menunjukkan pukul 6.30.
"Gio mana sih ?" Gerutu Gea
Suara motor terdengar dari kejauhan semakin lama semakin jelas. Dan motor itu berhenti dihadapannya.
"Sorry Gea. Gue kesiangan." Ucap Gio membuka kaca helmnya
"Udah gak apa-apa. Ayo cepat jalan !" Suruh Gea sambil naik ke motor Gio
Gio memacu motornya dengan kecepatan diatas rata-rata. Gea ketakutan sambil memegang erat jaket Gio. Akhirnya mereka sampai diparkiran tepat waktu. Bel masuk baru saja berbunyi.
"Gio ayo cepat !" Suruh Gea
Gio melepas helmnya. "Iya bentar." Jawab Gio lalu berjalan menyusul Gea
Mereka berlari menuju kelas. Saat sudah berada didepan pintu kelas, mereka bernafas lega karena guru belum datang.
Mereka duduk dibangku masing-masing. Tak lama seorang guru memasuki kelas.
"Selamat pagi anak-anak."
"Pagi bu."
"Geavara dan Revan ambil buku bahasa indonesia diperpustakaan !" Suruh bu guru
"Iya bu."
Gea dan Gio pergi ke perpustakaan. Saat mereka membuka pintu perpustakaan. Ada seorang siswi perempuan sedang duduk sambil membaca buku. Ia terlihat sangat cantik dengan rambut terurai panjang berwarna coklat terang. Iris matanya berwarna biru. Sepertinya ia keturunan inggris.
"Hai." Sapa gadis itu
"Hai, what is your name ?" Tanya Gea
"Aku bisa bahasa indonesia kok." Jawab gadis itu
"Ohh..Ok." Jawab Gea
Gio tidak tertarik dengan percakapan itu. Ia memilih pergi mencari buku yang diminta oleh guru.
"Aku Teresa Victoria Twinzy." Ucap Teresa memperkenalkan diri
"Hai Teresa. Kamu orang inggris ?" Tanya Gea lagi
"Iya aku lahir diinggris. Papahku orang inggris sedangkan mamahku orang indonesia." Jawab Teresa
"Nama kamu ?" Tanya Teresa
"Geavara annaletta. Panggil aja Gea." Ucap Gea
"Hai Gea. Ohh ya teman kamu ?" Tanya Teresa
"Dia namanya Revan Gionino. Panggil aja Gio." Jawab Gea
"Nama kalian sama Gea dan Gio. Ihh..lucu." Ucap Teresa dengan suaranya yang lembut
"Gea ini bukunya bantu bawa !" Kesal Gio
"Bentar ya." Ucap Gea pada Teresa
"Ok." Jawab Teresa kembali fokus membaca buku
Gio berjalan lebih dulu tanpa pamit membawa tumpukan buku ditangannya. Sedangkan Gea kembali menatap Teresa.
"Teresa duluan ya." Pamit Gea
"Iya. Kamu dikelas mana ?" Tanya Teresa
"Kelas 12 Ipa 1." Jawab Gea sambil berjalan keluar perpustakaan
"Ok." Ucap Teresa lalu tiba-tiba ia tersenyum. "Gio...Tampan sih tapi cuek." Ucap Teresa
***
Bel pulang berbunyi. Gea dan Gio berjalan beriringan menuju parkiran. Sesampainya disana, mereka bertemu kembali dengan Teresa.
"GEA !!"
"GIO !!" Panggil Teresa
"Teresa." Sapa Gea tersenyum tapi tidak dengan Gio
"Duluan ya." Pamit Teresa lalu masuk ke dalam mobil. Gea hanya menganggukan kepalanya.
"Teresa cantik ya." Puji Gea
"Biasa aja." Jawab Gio datar
"Ke taman yuk !" Ajak Gea
"Hm.." Jawab Gio
Mereka pergi menuju taman. Gea berpergian kemana pun selalu bersama Gio. Sekitar 10 menit, akhirnya mereka sampai ditaman. Karena taman itu dekat dengan sekolah.
"Naik ayunan yuk !" Ajak Gea
"Lo aja. Gue yang dorong ayunannya." Suruh Gio
"Ok." Jawab Gea
Gea menaiki ayunan itu lalu Gio mendorongnya sampai ayunan itu berayun. Gea terlihat sangat bahagia.
"Bahagiaku ketika melihat senyum yang menjadi hiasan pada wajahmu. Dan akulah penyebab dari senyum itu."
-Revan Gionino
#16
"Yang aku inginkan kamu bukan orang yang kamu pilihkan untukku."
"Gio lo mau pesan apa ?" Tanya Gea
"Kayak biasa Ge." Jawab Gio
"Ok tunggu." Suruh Gea
Gea pergi memesan makanan. Kantin yang sangat ramai seperti pasar tiba-tiba senyap saat seseorang memasuki kantin. Ia berjalan ke arah meja yang Gio tempati.
"Hai Gio." Sapa gadis itu yang tak lain adalah Teresa
"Gilaa..cantik banget."
"Dia anak baru yang kemarin itu kan ? Wow..bidadari turun dari kayangan."
"Ehh..dia nyamperin Gio tuh."
"Waahh..beruntung banget si Gio didekatin sama bidadari."
Suara itu samar-samar terdengar ditelinga Gio. Ia merasa telinganya panas dan menurutnya gadis dihadapannya ini memang cantik tetapi tetap Gea yang paling cantik.
"Boleh duduk sini gak ? Soalnya bangku yang lain penuh." Ucap Teresa
"Duduk aja. Tempat ini milik sekolah bukan milik gue." Jawab Gio ketus
Teresa tetap bersabar. "Makasih." Ucap Teresa lalu duduk berhadapan dengan Gio
"Gio nih pesanan lo." Ucap Gea yang tiba-tiba datang
"Ehh..Teresa." Sapa Gea
Gio mengambil pesanannya dari tangan Gea. Ia lebih baik fokus makan daripada mendengar percakapan mereka yang pasti ujung-ujungnya tidak penting.
"Teresa lo siswi baru ya ?" Tanya Gea
"Iya. Kemarin gue baru masuk sekolah ini makanya gue duduk diperpustakaan. Kan belum dapat kelas." Jawab Teresa
"Terus sekarang dikelas mana ?" Tanya Gea lagi
"Sebelahan sama kelas lo. 12 Ipa 2." Jawab Teresa
"Ohh..gitu."
"Ohh ya lo jadi perhatian semua orang dikantin." Ucap Gea
Teresa memperhatikan sekelilingnya dan benar semua orang memperhatikannya apalagi siswa laki-laki.
"Gak semua." Ucap Teresa
"Maksudnya ?" Tanya Gea bingung
"Itu teman lo gak." Jawab Teresa. Gio hampir saja tersedak makanannya.
Uhukk..Uhukk..
Gio dengan cepat menghabiskan minumannya. Rasanya lehernya seperti tercekik karena tersedak tadi.
"Gio ?" Tanya Gea
"Iya." Jawab Teresa terang-terangan
"Ohh dia emang gitu. Sok pura-pura cuek padahal suka." Ucap Gea tiba-tiba membuat Gio menatapnya tajam
"Ohh gitu. Gue juga suka sama teman lo." Jawab Teresa dengan polosnya
"Wahh...pas banget. Udah kalian pacaran aja !" Suruh Gea
"Gea !! Lo apa-apaan sih !!" Kesal Gio dengan amarah yang memucak, ia bangkit dari kursi lalu pergi begitu saja
Gea hanya terdiam. Ia belum pernah melihat Gio semarah ini. Jujur ia juga takut melihat tatapan Gio yang seperti tadi.
"Kayaknya Gio gak suka sama gue." Ucap Teresa
"Gak gitu Teresa. Mungkin dia lagi capek aja." Ucap Gea meyakinkan
"Gue balik ke kelas dulu." Pamit Teresa dengan raut wajah sedih
"Kenapa jadi seperti ini sih !!" Kesal Gea
Gea menghabiskan makanannya sendirian dikantin. Ia merasa aneh dengan Gio. Apa dia sudah terlalu mencampuri urusan kehidupan Gio.
Gea kembali ke kelas dengan tergesa-gesa. Ia harus meminta maaf dengan Gio. Ia juga harus membujuk Gio untuk meminta maaf kepada Teresa karena pasti gadis itu merasa sedih.
"Gio gue minta maaf atas ucapan gue tadi dikantin." Ucap Gea mengulurkan tangannya
Gio menghela nafas berat. "Lo sahabat gue tapi lo gak berhak buat ngatur soal hati gue." Ucap Gio sinis
Gea terkejut dengan ucapan Gio. Ia sedikit merasa sedih. "Iya gue minta maaf." Ucap Gea mengulangi
"Gue maafin." Jawab Gio ketus
Gio menghela nafas beberapa kali. "Jangan diulangi lagi." Suruh Gio dengan suara lebih lembut
"Iya." Jawab Gea
"Tapi gue boleh minta satu hal sama lo ? Sekali aja !" Mohon Gea
"Apa ?" Tanya Gio
"Lo minta maaf sama Teresa. Dia pasti merasa sedih dengan kejadian dikantin." Suruh Gea
"Iya nanti pulang sekolah." Jawab Gio datar
#17
"Tetaplah denganku sampai dunia tak menyediakan waktu untuk kita bersama lagi."
Gea sedang menyiapkan makanan dan minuman diruang tamu. Sore ini ia akan belajar bersama Gio. Tetapi Gio belum juga datang, Gea meraih ponselnya dimeja.
"Hallo.."
"Gio lo jadi ke sini gak ?"
"Ini gue didepan pintu rumah lo. Baru mau ngetuk udah ditelepon."
"Ohh..tunggu."
Gea menutup teleponnya lalu berlari ke arah pintu. Saat ia membukanya benar saja Gio sudah berdiri didepannya.
"Lama banget !!" Kesal Gea
"Sabar. Jalanan macet." Ucap Gio
"Rumah lo kan dekat. Jalan kaki juga sampai." Ucap Gea heran
"Tadi ada bebek beserta anaknya 10 ekor lagi nyebrang. Sebagai pengguna jalan yang baik, gue berhenti dulu." Ucap Gio jujur dan membuat Gea tertawa terbahak-bahak.
Gio tersenyum sambil menatap Gea. Ia senang selalu bisa membuat Gea tertawa seperti ini. Karena tawa ini yang akan ia rindukan nantinya.
"Ayo masuk !" Ajak Gea
Gio masuk ke dalam rumah Gea. Ia melepas jaketnya lalu mengeluarkan buku-buku dari tasnya.
"Nih minum dulu." Suruh Gea
"Makasih." Jawab Gio mengambil jus jeruk yang diberikan Gea
"Kasihan kehausan. Habis nunggu induk bebek sama anaknya nyebrang jalan." Ejek Gea
Gio menatap sinis. "Gue jujur tau !" Kesal Gio
"Iya percaya." Jawab Gea menahan tawa
Mereka memulai kegiatan belajar pelajaran IPA, pelajaran kesukaan Gea. Disini Gea yang menguasai pelajaran sedangkan Gio sedikit kebingungan meskipun nilai mereka tidak jauh berbeda saat ujian.
"Nah, sekarang ganti pelajaran." Ucap Gio bersemangat karena sekarang mereka akan belajar matematika. Ini pelajaran kesukaan Gio.
"Gio, ini gimana ngitungnya ?" Tanya Gea kebingungan
"Sini gue ajarin." Ucap Gio menawarkan
Gea memperhatikan baik-baik saat Gio mengajarinya. Ia memang tidak terlalu suka pelajaran ini tetapi nilainya setiap ujian selalu bagus.
"Akhirnya selesai juga." Ucap mereka bersamaan
Setelah merapikan buku-bukunya. Mereka bermain truth or dare. Setiap yang kalah harus menyuapi snack yang tersedia dimeja. Pulpen diputar diatas meja. Putaran pertama berhenti dan mengarah kepada Gio.
"Gio, truth or dare ?" Tanya Gea
"Truth." Jawab Gio
"Siapa nama mantan lo ?" Tanya Gea membuat pertanyaan dan Gio harus menjawabnya dengan jujur.
"Gak ada !!" Jawab Gio
"Alah...bohong." Ucap Gea gemas
"Dibilang gak ada !!" Kesal Gio
"Bodo amat !! Gue anggap lo gak jawab jujur !!" Ucap Gea tidak kalah kesal.
"Ishh..kenapa semua cewek egois sih ?!" Ucap Gio frustasi
"Bukannya egois !! Fakta tentang cewek itu ada 2. Yang pertama mereka selalu benar. Yang kedua, jika mereka salah kembali lagi ke fakta pertama." Ucap Gea menjelaskan.
"Iya...cewek selalu benar." Ucap Gio pasrah
Gio kalah dan ia menyuapi Gea snack. Tetapi saat Gea membuka mulutnya. Justru Gio yang memakan snacknya.
"GIO !!" Teriak Gea memukul lengan Gio
"Hahaha...iya nih beneran." Ucap Gio menyuapi Gea sekali lagi dan kali ini benar ia melakukannya.
Pulpen kembali diputar. Kali ini mengarah kepada Gea.
"Truth or dare ?" Tanya Gio
"Dare." Jawab Gea yakin
"Tantangannya lo harus nyanyi satu lagu buat gue." Ucap Gio menggedipkan sebelah matanya
"Ihh..gak mau." Tolak Gea
"Yaudah besok nyanyi didepan kelas." Ubah Gio
"Gak mauuu !!" Kesal Gea
"Gak boleh curang. Pilih nyanyi didepan gue atau didepan kelas ?" Tantang Gio
"Yaudah disini aja." Ucap Gea pasrah
Gea menyanyikan lagu Rossa-jangan hilangkan dia
"Kau yang terbaik yang pernah aku dapatkan..
"Dan terbaik yang selalu kudengar aku tau kini takkan mudah tuk bisa terus bersamamu..
"Karena malam ini...
"Saat yang terindah bagi hidupku..
"Ohh..Tuhan jangan hilangkan dia..
"Dari hidupku selamanya...
"Sungguh ku tak ingin...
"Hatiku jadi milik yang lainnya..
"Ku bersumpah kau sosok yang tak mungkin kutemukan lagi...
Gea menyanyikan lagu itu tulus dari hati bukan karena ia menyukai Gio tetapi karena ia tidak ingin waktu semakin cepat berlalu dan kepergian Gio ke Amerika juga akan semakin dekat.
"Lo takut gue pergi ?" Tanya Gio
"Kan cuma lagu." Jawab Gea berbohong
Gio menganggukkan kepalanya dan berharap agar Gea mencegahnya untuk tidak pergi ke Amerika.
#18
"Meskipun dunia ini luas bagai tak berujung. Satu-satu orang yang ku cari selalu ada didepan mataku.
"Teresa !!" Panggil Gio saat berpapasan dengan Teresa dikoridor
"Kenapa ?" Tanya Teresa malas
"Gue minta maaf soal kejadian kemarin. Gue cuma lagi badmood." Ucap Gio tulus. kemarin sebelum pulang sekolah, Gio datang ke kelas Teresa tetapi gadis itu sudah pulang.
"Iya gak apa-apa." Jawab Teresa kembali tersenyum
"Yaudah gue ke kelas dulu ya." Pamit Gio
"Iya." Jawab Teresa
Gio berlalu dari hadapan Teresa tetapi mata gadis itu masih menatap punggung Gio sampai lenyap dari pandangan.
"Gio gue seriusan suka sama lo." Batin Teresa
Tak lama dari kejauhan terlihat Gea sedang mendekat ke arahnya. Gea tidak menyadari keberadaan Teresa karena terlalu fokus dengan ponselnya.
"Eh..Gea tunggu !" Cegah Teresa saat Gea berpapasan dengannya
"Teresa, sorry gue gak lihat ada lo." Ucap Gea
"Gea, gue boleh titip sesuatu gak ke lo ?" Tanya Teresa
Gea mengernyitkan dahinya. "Apa ?" Tanya Gea penasaran
Teresa mengeluarkan sebuah kotak dari dalam tasnya. Lalu ia memberikannya pada Gea.
"Titip untuk Gio." Ucap Teresa sambil tersenyum
Awalnya Gea terkejut tetapi setelah itu dia tersenyum. "Nanti gue kasih ke Gio." Ucap Gea
"Makasih ya Gea."
"Iya sama-sama Teresa."
"Yaudah yuk ke kelas. Kan kelas kita bersebelahan." Ajak Teresa
Gea memasuki kelas dengan senyum diwajahnya. Ia langsung duduk dikursi yang ada didepan tempat duduk Gio.
"Gi.." Panggil Gea
"Kenapa ? Senyum-senyum sendiri." Sinis Gio
"Nih ada titipan." Ucap Gea sambil menaruh kotak itu diatas meja Gio.
"Dari siapa ?" Tanya Gio penasaran
"Tebak dong ! " Suruh Gea
"Lo ? Mamah lo ? Atau....
"Teresa !!" Ucap Gea bersemangat
"Teresa ?" Ucap Gio terkejut
"Iya tadi gak sengaja ketemu dikoridor." Ucap Gea jujur
"Buka kotaknya Gio !" Suruh Gea
Gio menatap kotak itu dengan malas. "Lo aja yang buka !" Gio balik menyuruh
"Ini kan buat lo. Ya..lo yang buka." Ucap Gea kesal
"Cepat buka !" Suruh Gea lagi
Gio akhirnya menuruti. Ia membuka kotak itu dengan malas. Ternyata terdapat beberapa potongan kue brownies didalamnya.
"Wahh..kue brownies." Ucap Gea takjub
"Nih buat lo aja. Gue udah kenyang." Ucap Gio datar
"Gak boleh gitu ! Hargai pemberian orang !" Omel Gea
"Sini gue yang suapin." Ucap Gea mengambil sepotong kue lalu mendekatkannya ke mulut Gio
"Gak mau Ge !!" Kesal Gio
"Makan !!" Suruh Gea membuka matanya lebar dan memberikan tatapan tajam
Gio pasrah dan akhirnya membuka mulutnya. Ia mulai memakan kue itu. Ia akan menganggap kue ini pemberian Gea karena gadis itu yang menyuapinya.
"Nih pegang. Makan sendiri !" Suruh Gea, ia meraih pergelangan tangan Gio dan meletakkan kue itu ditelapak tangannya
"Gue taruh tas dulu." Ucap Gea akan bangkit dari duduknya tetapi Gio mencegahnya.
"Kenapa ?" Tanya Gea berbalik menatap Gio lagi
"Nih." Gio menyodorkan kue itu kepada Gea
"Sekarang gantian lo yang gue suapin." Ucap Gio mendekatkan kue itu ke mulut Gea
Gea menggeleng. "Gak mau." Tolak Gea
"Cepat buka mulut !!" Suruh Gio memberikan tatapan tajam
Gea mengangguk pasrah. Ia menggigit sedikit kue itu lalu dengan cepat berdiri dan berjalan ke tempat duduknya.
"Kenapa gue deg-degan ya ?" Tanya Gea dalam hati
"Ini sahabat beneran atau sahabat rasa pacar sih !!" Gerutu Gea dalam hati
Gio tersenyum melihat Gea salah tingkah seperti itu. Ia masih berharap lambat laun hati Gea bisa terbuka untuknya.
#19
"Biarlah langit menjadi pendengar setia dikala aku meridukanmu dimalam yang kelam."
Gio sedang menyendiri dibalkon kamarnya. Ia berniat ingin menelpon Gea tetapi ia urungkan karena Gea pernah berkata jangan menelponnya sebelum dirinya yang balik menelpon. Gea tidak ingin aktivitas membaca bukunya terganggu itu sebabnya ia berkata seperti itu.
Drrttt...
Ponsel Gio berdering dan tertera nama Geavara dilayarnya.
"Hallo."
"Hallo Gio."
"Kenapa ? Kangen sama gue."
"Cihh..percaya diri banget bang !"
"Terus kenapa ?"
"Gak apa-apa. Cuma mau kasih tau, besok lo jangan jemput gue."
"Kenapa ?"
"Kenapa kenapa terus ! Gak ada kata lain selain kenapa ?!"
"Apa alasannya ?"
"Gue diantar papah."
"Ok."
"Yaudah gue tutup teleponnya. Gue ngantuk ingin tidur."
"Ok. Good night."
"Hm..good night too."
Sambungan terputus. Gio berharap Gea menelponnya untuk berbincang sampai larut malam seperti dulu saat hari ulang tahun Gea.
"Dia dekat tapi bagiku masih terasa jauh. Bolehkah aku rindu ?"
Gio menatap langit yang dihiasi bintang-bintang. Seperti inilah dirinya dan Gea. Ia adalah bumi yang tidak akan pernah bisa menggapai langit. Dia mencintai Gea, tetapi tidak dengan Gea.
***
Gio mengendarai motornya dengan kecepatan sedang. Diperjalanan ia melihat Teresa berdiri disamping taxi bersama supir taxi.
"Pak, ini gimana ? Saya takut telat." Rengek Teresa
"Maaf mbak. Ban mobilnya bocor." Ucap supir taxi
"Kenapa ?" Tanya Gio yang tiba-tiba sudah berada disamping Teresa
"Ini mas ban mobilnya bocor." Ucap supir taxi
"Udah panggil montir ?" Tanya Gio
"Udah mas, lagi dijalan." Ucap supir taxi
"Tapi mbak mau tunggu atau cari taxi lain ?"
"Dia biar bareng saya aja." Ucap Gio
"Ini pak uangnya. Makasih." Ucap Teresa memberikan selembar uang kepada supir taxi
"Iya maaf ya mbak."
"Iya gak apa-apa."
Gio berangkat ke sekolah bersama Teresa. Sepanjang jalan gadis itu tidak bisa berhenti tersenyum. Saat Gio mempercepat laju motornya, Teresa melingkarkan tangannya dipinggang Gio dan berpegangan erat.
Sesampainya disekolah tidak sengaja mereka berpapasan dengan Gea yang baru saja memasuki gerbang sekolah. Awalnya Gea terdiam tetapi tak lama ia tersenyum lalu menghampiri mereka.
"Ciee..ada yang udah akrab." Goda Gea
Gio melepas helmnya, ekspresinya sangat datar. Berbeda dengan Teresa yang terlihat sangat bahagia.
"Ayo ke kelas ! Sebelum bel masuk." Ucap Gio dingin, ia berjalan lebih dulu tanpa menunggu Gea dan Teresa
Gea dan Teresa berjalan dibelakang Gio. Mereka terlihat sedang asik mengobrol.
"Duluan ya." Ucap Teresa sebelum memasuki kelasnya.
"Iya." Jawab Gea melambaikan tangan
Gea mengejar Gio yang sudah cukup jauh. Ketika sudah beriringan Gea menepuk pundak Gio.
"Kok lo bisa bareng Teresa ?" Tanya Gea penasaran
"Tadi gak sengaja ketemu dijalan." Jawab Gio jujur
"Gimana pendekatannya ?" Goda Gea mengedipkan sebelah matanya
"Pendekatan apaan sih ?!!" Kesal Gio
"Lo aja sana pendekatan sama kepala sekolah biar dijodohin sama anaknya !!" Ketus Gio berjalan lebih cepat meninggalkan Gea yang terdiam ditempat
"Lho..anaknya kepala sekolah kan perempuan." Ucap Gea baru menyadari
"GIO !!" Teriak Gea mengejar Gio
***
Saat jam istirahat Gea tertidur dikelas. Gio mendekatinya dan duduk dikursi depan tempat duduk Gea. Ia memandangi gadis itu lekat.
"Lo lagi tidur aja cantik. Kenapa lo harus muji-muji orang lain ?" Batin Gio
Ia memberanikan diri untuk menyentuh kepala Gea. Merapikan poni nya yang berantakan. Tiba-tiba Gea mengubah posisinya membuat Gio harus menarik tangannya dengan cepat.
"Huft.." Gio bernafas lega karena Gea tidak terbangun
Ia memilih pergi ke kantin untuk membeli roti dan air minum untuk Gea. Ia takut gadis itu akan kelaparan dan tidak sempat untuk istirahat. Setelah menaruh makanan itu dimeja Gea, ia kembali keluar kelas.
Gea meregangkan otot-ototnya. Ia mengucek matanya dan seketika terkejut ada makanan dan minuman dimejanya.
"Ini punya siapa ?" Tanya Gea pada diri sendiri
Gea mengedarkan pandangannya. Dikelas sangat sepi, tidak ada orang sama sekali hanya tersisa dirinya seorang diri.
Gea berpikir sejenak. "Gio.." Ucap Gea lalu tersenyum
#20
"Aku lebih baik mengatakan kejujuran walaupun itu menyakitkan."
"Gio nanti sore gue mau ke pantai. Mau lihat sunset." Ucap Gea bahagia
"Gue gak nanya Ge." Sinis Gio
"Ihh..gue lagi curhat tau !!" Kesal Gea
"Ohh..ok ok." Ucap Gio
"Mau ditemanin gak ?" Tawar Gio
"Hm..boleh." Jawab Gea lalu tersenyum sangat manis
Gio sedang mencari motornya diparkiran. Tiba-tiba Teresa datang dan menghampiri mereka.
"Gea, Gio.." Sapa Teresa
Gio menghiraukan saja dan tetap fokus pada aktivitasnya.
"Kenapa Teresa ?" Tanya Gea ramah
"Gak sih. Hm...kalau boleh gue ingin minta antar pulang soalnya gue gak dijemput." Ucap Teresa ragu-ragu
"Gue bukan tukang ojek !!" Ketus Gio
Teresa terdiam. Gea tidak tega melihat ekspresi wajah Teresa yang kelihatan sedih.
"Udah lo antar Teresa pulang aja. Gue nanti dijemput kok. Papah gue nunggu dihalte. Duluan ya." Ucap Gea berbohong, ia berlalu pergi begitu saja.
"Gea !!" Panggil Gio tetapi Gea menghiraukannya.
Gio menatap tajam ke arah Teresa. Ia mendekati gadis itu yang masih menundukkan kepalanya.
"Kenapa nunduk ? Katanya mau gue antar pulang." Ucap Gio tersenyum tak ramah
"Ayo angkat kepala lo !! Tatap gue !!" Suruh Gio
Teresa memberanikan diri mengangkat kepalanya menatap Gio dihadapannya.
"Lo sadar gak sih !! Gue itu suka sama lo." Ucap Teresa terang-terangan
"Tapi gue gak !!" Balas Gio
"Ternyata benar, dari awal gue udah ngerasa ada yang aneh sama sikap lo." Jelas Gio
"Lo bisa dapat laki-laki yang lebih baik dari gue. Lo cantik, pasti banyak yang suka sama lo." Ucap Gio
"Tapi gue cuma suka lo." Ucap Teresa jujur
Gio menghela nafas. "Maaf Teresa, tapi hati gue milik Gea." Ucap Gio lantang
Teresa terkejut. "Bukannya lo dan Gea sahabatan ?" Tanya Teresa memastikan ia tidak salah mendengar
"Iya. Mungkin disini gue yang salah. Karena gue jatuh cinta dengan Gea." Jawab Gio menyadari
"Tapi gue akan terima semua konsekuensinya." Lanjutnya
Teresa terdiam ditempat. Gio pergi meninggalkannya sendirian. Perlahan air matanya mengalir tetapi sebuah senyuman picik terhias diwajahnya. "Gue akan buat Gea sangat membenci lo !!" Ucap Teresa, amarah terlihat diiris mata birunya.
Sementara itu Gio sibuk mencari Gea dihalte tetapi ia tidak melihat keberadaannya disana. Seketika Gio teringat bahwa sore ini Gea akan pergi ke pantai. Ia langsung melesat ke pantai itu.
"GEA !!" Panggil Gio
Ia berhenti disamping pohon besar. Pandangannya mengarah ke depan, tepat pada seorang gadis yang sedang duduk tenang diatas pasir putih.
Gio mendekatinya perlahan-lahan. "Gea !" Panggil Gio lirih
Gea menoleh. "Teresa udah lo antar pulang ?" Tanya Gea
"Jangan bahas itu !" Larang Gio sambil duduk disamping Gea.
"Ok." Jawab Gea kembali mengarahkan pandangannya pada ombak yang berkejaran ditengah pantai.
"Kenapa ?" Tanya Gio tanpa menatap Gea
Gea menoleh ke samping. "Apanya ?" Tanya Gea tak mengerti
"Kenapa gak tunggu gue ?" Tanya Gio lagi memperjelas
"Takut ganggu." Jawab Gea lirih
"Lo tau ? Terkadang seseorang yang terlalu memikirkan perasaan orang lain, justru tanpa sadar dia telah menyakiti dirinya sendiri." Ucap Gio
Gea menatap ke arah Gio. Mencoba memahami makna dari ucapannya.
"Gue gak merasa tersakiti." Sanggah Gea
Gio tersenyum sinis. "Iyalah. Karena disini, gue yang terlalu menaruh harap." Pikir Gio
Gea mengernyitkan dahinya sama sekali tidak paham dengan ucapan Gio.
"Gue boleh jujur ?" Tanya Gio menatap Gea lekat. Mencoba menerobos hati Gea melalui mata cantiknya.
"Hm.." Jawab Gea
"G..gue..jatuh..cinta sama lo." Ucap Gio terbata-bata
Seketika Gea merasa waktu dan dunia berhenti tiba-tiba. Ia merasa ada batu besar yang menghantam dadanya sangat kencang.
#21
"Kejujuran mengantarkanku pada ruang kebencian yang sangat dalam."
"G..gue..jatuh..cinta sama lo." Ucap Gio terbata-bata
Seketika Gea merasa waktu dan dunia berhenti tiba-tiba. Ia merasa ada batu besar yang menghantam dadanya sangat kencang.
"Gak, lo pasti bercanda ?" Sangkal Gea tidak percaya dengan yang didengarnya.
Gio tetap diam. Ia sudah memikirkannya selama perjalanan tadi. Dan ia siap menerima segala konsekuensinya.
"Lo pasti bercanda kan ?!! Semua itu gak benar kan ?!!" Tanya Gea lagi dengan nada meninggi
"Jawab Gio !! Jawab !!"
Gio tetap diam. Ia membiarkan Gea meluapkan seluruh amarahnya terlebih dahulu.
"Lo tau kan akibat yang akan lo terima ?" Tanya Gea
"Iya." Jawab Gio
"Ditempat ini kita memulai persahabatan. Kalau salah satu dari kita ada yang jatuh cinta. Apa masih pantas hubungan ini disebut persahabatan ?" Tanya Gea lagi
"Gue minta maaf. Lo boleh benci gue.."
"Ya emang gue udah benci sama lo !!" Sinis Gea
"Tapi satu hal. Jangan pernah minta gue untuk hapus perasaan ini. Karena gue gak bisa." Ucap Gio jujur
"Dan lo juga jangan pernah minta gue untuk hapus rasa benci ini." Ucap Gea bangkit dari duduknya dan pergi dari hadapan Gio.
Tetapi baru beberapa langkah Gea berbalik kembali.
"Kau harus tau hatiku sama seperti batu karang. Tak peduli seberapa keras ombak menerjang batu karang, ia tetap berdiri kokoh. Aku tidak akan pernah mencintaimu. Aku akan tetap pada prinsipku." Ucap Gea lantang
Gio bangkit dan menghadap Gea. "Jika kau batu karang maka aku akan menjadi ombak. Tak peduli seberapa keras batu karang, ombak akan terus menerjang sampai batu karang terkikis. Aku yakin bisa meluluhkan hatimu meski membutuhkan banyak waktu." Ucap Gio yakin dengan hatinya.
Gea tersenyum sinis lalu pergi begitu saja. Gio hanya bisa memandang gadis itu dari kejauhan berharap ia berbalik kembali.
***
Gea masuk ke dalam kamarnya lalu menutup pintu dengan kencang hingga menimbulkan suara yang cukup keras.
"Gea ada apa ?" Tanya Famela dari balik pintu
"Gak apa-apa mah. Gea capek ingin tidur." Ucap Gea dengan suara parau
Gea membanting tubuhnya dikasur sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangan. Ia berharap bahwa hari ini ia tidak mendengar apapun. Tetapi realitanya berbeda.
"Kenapa Gio ?!! Kenapa ?!!" Kesal Gea dengan airmata yang terus mengalir dipipinya.
"Hebat Gio ! Dari semua perhatianmu padaku. Ternyata banyak rahasia yang tersimpan dibaliknya tanpa ku tau." Batin Gea tertawa miris
Betapa bodohnya ia tidak menyadari semuanya. Pantas saja Gio begitu cemburu saat dirinya dekat dengan Aldo. Ternyata itu lebih dari kecemburuan seorang sahabat.
"Kau sangat pandai Gio sampai aku tidak merasa telah kau kelabui." Ucap Gea merutuki dirinya dengan kebodohannya.
"Memang mencintai bukanlah kesalahan tetapi menyembunyikan kebenaran adalah sebuah kesalahan."
Drrttt....
Tiba-tiba ponsel Gea berdering. Ia membukanya dan tertera nama "Revanino". Gea menekan tombol merah lalu menonaktifkan ponselnya.
"Nomor telepon yang anda tuju sedang tidak aktif. Cobalah beberapa saat lagi. The num-----."
Gio berkali-kali menelpon Gea tetapi tidak tersambung. Ia benar-benar frustasi sekarang. Apa kebencian ini akan terus berlangsung sampai kepergiannya ke Amerika.
"Arrghh....." Gio memukuli pagar besi dibalkon kamarnya.
Sementara itu Gea sedang mengemas barang-barang yang pernah diberikan Gio dan mengumpulkan semua foto-fotonya bersama Gio. Ia akan mengeluarkan semua barang-barang itu dari kamarnya dan menaruhnya digudang.
"Selamat tinggal persahabatan yang penuh dengan kebohongan."
#22
"Tidak apa kau membenciku tetapi biarkan aku melihatmu meskipun hanya dari jauh."
Gea memasuki kelas yang masih cukup sepi. Matanya tak sengaja mengarah pada pria yang tengah memperhatikannya. Gea menanggapinya dengan tatapan sinis.
"Gea, ke kantin yuk." Ajak seorang pria, teman sekelas Gea.
"Emang udah buka Za ?" Tanya Gea sambil meletakkan tasnya dimeja.
"Udahlah ! Makanya kalau pagi main-main ke kantin !" Suruh Reza
Gea memasang wajah cemberut. "Cihh..kenapa rumah lo gak dikantin aja ?" Sindir Gea
"Nanti kalau gue tinggal dikantin, semua makanan akan habis gue makan." Ucap Reza jujur
"Haha..kerjaan lo makan terus." Sindir Gea
"Ayo mau ikut gak ?" Ajak Reza lagi
"Ayo deh.. Daripada badmood disini." Jawab Gea
Setelah mereka keluar kelas. Gio sedikit lega Gea masih bisa tersenyum meskipun bukan karena dirinya lagi.
***
Tringg...Tringg...
Bel istirahat berbunyi. Gea menutup buku matematikanya. Ia sedikit kesulitan mengerjakan
Soal itu karena biasanya Gio yang membantunya.
Gea bangkit dari duduk. "GI...
Gea menepuk dahinya. Merutuki apa yang barusan ia ucapkan. Hampir saja ia menyebut nama Gio.
"REZAA !!" Panggil Gea
"Apa Gea ?" Tanya Reza yang juga baru selesai mengerjakan soal matematika.
"Ayo ke kantin !" Ajak Gea
"Gak bareng Gio ?" Tanya Reza
"Biasa juga kalian nempel terus kayak perangko. Kemana-mana berdua." Lanjutnya
"Husttt...Diam !!" Suruh Gea kesal
Gio hanya menyimak percakapan mereka berdua. Ia memilih diam ditempat duduknya. Karena tanpa Gea, sekolah bukan lagi tempat yang menyenangkan untuknya.
"Ok..ok.." Ucap Reza pasrah
"Ayo cepat !!" Suruh Gea yang sudah berdiri diambang pintu.
"Iya sabar." Jawab Reza
Dan kini dikelas hanya tersisa Gio. Ia mengeluarkan sebuah amplop dari kolong mejanya. Terdapat lembaran kertas bergambar didalamnya. Ya..itu semua foto-fotonya bersama Gea.
"Sebenci itukah kamu padaku ? Sampai menyebut namaku saja kamu tak mau." Batin Gio
Sementara itu dikantin, Gea tengah sibuk berdebat dengan Reza dan Ressa yang selalu membujuknya agar berbaikan dengan Gio.
"GUE GAK MAUU.. !!" Kesal Gea
"Gea ayolah baikan sama Gio." Mohon Ressa
"GAK MAUU.."
"SEKALI GUE BILANG GAK !! YA GAK..!!!" Teriak Gea
"Kalau dia gak mau jangan dipaksa."
Tiba-tiba seseorang berdiri disamping mereka. Gea menengadahkan kepalanya untuk melihat siapa orang itu.
"Gio.." Ucap Ressa lirih
" Lo !! Ngapain sih disini ?!! Bikin gue gak nafsu makan aja !!" Kesal Gea mengalihkan pandangannya.
"Ini tempat umum kan ? Gue berhak dong disini." Ucap Gio
Suasana menjadi tegang. Ressa dan Reza hanya menyimak dan tidak berani ikut campur percakapan mereka.
Gea menghela nafas berkali-kali. Tak lama ia bangkit lalu kedua tangannya mengebrak meja hingga menimbulkan dentuman keras. Ia pergi tanpa berkata apapun lagi.
"Sabar Gio." Ucap Ressa
"Dia udah benci gue." Ucap Gio lirih
"Kita akan bantu bujuk Gea." Ucap Reza
"Gak perlu. Karena semua akan percuma." Tolak Gio
"Jangan buang-buang waktu kalian untuk hal yang hasilnya akan sia-sia !" Larang Gio
Gio berlalu dengan senyuman yang terpaksa ia ukir diwajahnya. Reza dan Ressa menatap miris karena tidak bisa berbuat apapun.
"Gue juga dulu pernah ngalamin situasi yang sama seperti Gio." Ucap Ressa tiba-tiba
"Lo juga pernah suka sama sahabat lo ?" Tanya Reza tertarik dengan topik pembicaraan.
"Hm.." Jawab Ressa
"Dan orang itu Gio. Sahabat yang dulu pernah gue suka." Lanjutnya
"OMG !!" Kaget Reza
"Tapi itu dulu. Sekarang gue dukung Gio dengan Gea."
"Makanya gue akan bantu bujuk Gea." Ucap Ressa yakin
"Karena yang terlihat sekarang Gio tidak memiliki warna dihidupnya tanpa Gea." Lanjutnya
"Gue juga akan bantu !" Ucap Reza
#23
"Ternyata hatimu telah berubah menjadi batu hingga sulit untuk mencari celah agar aku bisa memasuki hatimu."
Hari ini tim basket SMAN 113 Jakarta tempat Gea bersekolah akan bertanding dengan SMAN 1 Bandung. Dan salah satu pemain dari tim yang akan mewakili sekolah adalah Gio.
Awalnya Gea menolak untuk ikut menonton pertandingan tetapi karena Reza dan Ressa tiada henti memaksanya, akhirnya ia pasrah.
"SEMANGATT GIO !!" Teriak Ressa dan Reza dari bangku penonton.
Gea hanya mendengus kesal dan tidak mau menatap ke arah lapangan sama sekali.
Pertandingan dimulai. Tim Gio yang memulai permainan lebih dulu. Ia mengoper bola menghindari lawan lalu melemparnya ke rekan satu timnya.
Gio kehilangan fokusnya. Ia hanya terdiam sambil menatap Gea dari kejauhan. Gadis itu sama sekali tidak ingin menyaksikan pertandingan. Padahal dulu Gea yang paling semangat mendukungnya.
"GIO TANGKAP !!" Ucap Temannya yang melempar bola ke arah Gio cukup kencang.
Ia menoleh tetapi bola sudah menghantam kepalanya. Telinganya hanya mendengar suara berdengung. Pandangannya semakin lama semakin memburam. Suara keramaian itu terasa semakin menjauh.
Brukk....
Gio jatuh dan kepalanya membentur keras ke lantai. Ia kehilangan kesadarannya. Beberapa rekannya membawanya keluar lapangan.
"YA AMPUN GIO !!" Ucap Reza terkejut
"Ayo kita kesana !" Ajak Ressa
Gea tetap memilih diam ditempat. Meskipun ada sedikit perasaan khawatir tetapi egonya masih tinggi dan mengalahkan kata hatinya.
"GIO BANGUNN !!" Ressa memercikan air ke wajah Gio agar kesadaran pria itu kembali.
"Darah ?!" Kaget Reza saat melihat darah dipelipis Gio. Mungkin kepalanya terbentur lantai cukup keras.
"Siapa yang bisa membersihkan luka ini ?" Tanya pelatih tim basket
"Gea pak !!" Jawab Reza
"Dia dulu anggota PMR." Lanjutnya
"Panggil Gea kesini !" Suruh pelatih
"Tapi dia gak akan mau pak !!" Jawab Reza
"Kenapa ?"
"Gea sedang ada masalah dengan Gio."
"Katakan saya yang meminta bantuan dia !"
Reza kembali ke tempat tadi. Ia melihat Gea sedang terdiam dengan tatapan kosong.
"GEA !!" Panggil Reza
"Apa ?" Jawab Gea ketus
"Tolong bersihkan luka Gio !" Mohon Reza
"Kenapa gak lo aja atau Ressa !" Suruh Gea
"Kita gak terlalu paham. Lo anggota PMR pasti paham." Jelas Reza
"Gue gak mau !!" Tolak Gea
"Pak Hamdan yang minta bantuan lo." Lanjut Reza
Gea menghela nafas berat. Ia terpaksa ikut bersama Reza karena guru yang memintanya.
Sesampainya disana, ternyata Gio sudah sadar. Ia menyadari kedatangan Gea.
"Nih kotak P3K nya !" Ressa memberikan kotak P3K itu pada Gea.
Gea mengambilnya dengan malas. Lalu duduk berlutut disamping Gio.
"Alihkan pandangan lo !!" Suruh Gea
"Gimana gue mau bersihin luka lo." Lanjutnya
Gio mengalihkan pandangannya ke depan. Ressa dan Reza perlahan-lahan pergi meninggalkan mereka berdua.
Gea mulai membersihkan luka itu dengan air bersih yang sudah ia tuangkan dikassa untuk menghilangkan kotoran dilukanya lalu mengoleskan alkohol ditepian lukanya. Kemudian memasangkan kassa dan plester.
Setelah selesai ia terkejut karena Reza dan Ressa tidak ada ditempat dan sedari tadi mereka hanya berdua.
"Lho..kemana mereka berdua ?!" Gerutu Gea
Saat Gea sudah berdiri dan bersiap pergi. Ada yang menggenggam pergelangan tangannya.
Gea menoleh dengan malas. "Makasih." Ucap Gio
"Gue juga terpaksa karena pak Hamdan yang nyuruh gue !!" Ketus Gea
"Apa lo gak mau maafin gue ?" Tanya Gio penuh harap
"GAK !! DAN GAK AKAN PERNAH !!" Ucap Gea penuh penekanan.
Ia menghempas pergelangan tangannya agar genggaman tangan Gio terlepas. Ia pergi tanpa menoleh kembali dan itu adalah hal yang paling menyakitkan untuk Gio.
#24
"Jika dengan membenciku hatimu menjadi tenang. Lakukanlah sampai waktu membawaku menghilang."
Setelah selesai pertandingan semua tim dan supporter memilih untuk makan siang disebuah restoran.
"Gea makan !!" Suruh Ressa
"Gue gak lapar." Jawab Gea bangkit dari duduknya lalu pergi ke taman yang ada didepan restoran.
Disana ada seorang pria sedang duduk dibangku taman. Ia menutupi kepalanya dengan tudung jaket dan sibuk dengan ponselnya. Gea duduk disebelahnya karena hanya ada satu bangku ditaman itu.
"Apa kata maaf tidak bisa membawa kapal kita sampai ke daratan ?" Tanya pria itu tiba-tiba.
Gea menoleh. "Maksud kamu apa ya ?" Tanya Gea tak mengerti
"Kapal itu adalah persahabatan kita." Ucap orang itu lagi, ia membuka tudung jaketnya. Gea membulatkan matanya sempurna saat mengetahui siapa yang ada dihadapannya.
"Lo !!" Kesal Gea
"Kapal itu sudah karam ditengah lautan !! Jadi jangan pernah berharap ia bisa sampai di daratan !!" Ucap Gea penuh penekanan.
Gea bangkit dan bersiap untuk pergi. Tetapi ia berbalik kembali karena teringat sesuatu.
"Selamat ! Atas kemenangan tim mu." Ucap Gea
"Dan selamat ! karena berhasil menyembunyikan kebenaran selama bertahun-tahun." Ucap Gea tersenyum tak ramah
Gea berlalu dari hadapan Gio. Hatinya masih dipenuhi oleh amarah. Gio hanya bisa menunduk pasrah. Ia berharap sang waktu dapat membuat semua kembali seperti dulu.
Saat jarak mereka sudah jauh. Gea meluapkan kekesalannya. Ia menghentakkan kakinya beberapa kali. "Arrghh...." Kesalnya
"Auhh...perut gue sakit banget !!" Ringis Gea berjongkok ditempat itu
"Ngapain lo ?" Tanya Reza yang tiba-tiba ada dibelakangnya.
"Gak apa-apa." Jawab Gea berbohong, ia bangkit dan merapikan rambutnya.
Krucukk....
"Bunyi apaan tuh ?" Tanya Reza menahan tawa
"Lo lapar ya ?" Lanjutnya
Gea menutupi kedua wajahnya. Ia sangat malu sekarang. Tak lama Ressa datang membawa sebungkus roti dan air mineral.
"Nih Gea. Kita tau lo lapar." Ucap Ressa memberikannya roti dan air mineral pada Gea
Gea mengambilnya ragu-ragu. "Makasih." Ucap Gea
"Kita cari tempat duduk yuk !" Ajak Reza
"Gak ada tempat duduk lagi." Ucap Gea memberitahu
Reza mengedarkan pandangannya. "Nah disana !" Ucap Reza
"Ayo Gea !" Ajak Ressa
Mereka kembali ke bangku taman yang tadi di duduki Gio. Tetapi pria itu sudah tidak ada. Entah kemana ia pergi.
"Dia kemana ?" Tanya Gea dalam hati
"Gea, duduk !" Suruh Reza
"I..iya." Jawab Gea
Ternyata dibalik pohon besar belakang bangku itu, Gio berdiri bersembunyi dari Gea. Ia akan berusaha sebisa mungkin untuk tidak bertemu dengan Gea lagi. Ia dapat melihat sorot kebencian yang sangat dalam dimata Gea.
***
Selama perjalanan kembali ke sekolah. Hujan mengguyur dengan derasnya. AC didalam bus masih tetap menyala membuat Gea yang sedang terlelap memeluk tubuhnya sendiri dengan erat. Ressa yang duduk disampingnya tidak bisa berbuat apapun karena ia hanya membawa satu jaket dan dirinya pun kedinginan.
"Ressa !!" Panggil Gio pelan
"Apa ?" Tanya Ressa
"Tolong selimuti Gea pakai jaket ini." Pinta Gio dengan suara berbisik hingga terdengar seperti isyarat saja.
Ressa memasangkan jaket Gio menutupi tubuh Gea agar tidak kedinginan. Setelah itu, ia kembali merebahkan tubuhnya. Perlahan kelopak mata Gea terbuka memperlihatkan mata indahnya. Airmatanya menetes, Gea menangis tanpa suara.
"Mana yang harus ku dengarkan ? Egoku atau kata hatiku ?" Batin Gea
Akhirnya mereka sampai disekolah dan hujan pun sudah reda. Gio baru saja akan menuju parkiran untuk mengambil motornya. Tiba-tiba langkahnya terhenti saat melihat Gea dihadapannya.
Gea perlahan mendekat. "Ini jaket lo. Gak usah sok peduli !!" Ketus Gea melempar jaket itu tepat diwajah Gio.
Gio memejamkan mata sejenak. Berusaha untuk tetap bersabar. Ia mengambil jaketnya yang terjatuh ke tanah. "Sama-sama." Ucap Gio lalu pergi dari hadapan Gea.
Gea kembali menitikkan airmata. Ternyata hatinya selalu kalah dengan egonya.
#25
"Akan ku coba bersikap biasa meskipun hanya kepura-puraan semata."
"Gea, lo satu ruangan sama gue !!" Ucap Ressa senang
"Apanya ?" Tanya Gea bingung
"Ruangan untuk UN." Jawab Ressa memperjelas
"Gea !!" Panggil seseorang menghampiri mereka
"Teresa.." Ucap Gea lirih
"Gue satu ruangan sama Gio !!" Ucap Teresa senang
Ressa memandang Teresa dengan tatapan tidak suka. Ia tahu kalau Teresa penyebab dari permasalahan yang dialami Gea.
"Ohh ya ? Bagus dong." Respon
Gea
"Ayo Gea kita ke kantin !" Ajak Ressa berusaha menjauhkan Gea dari Teresa.
"Duluan ya." Pamit Gea pada Teresa
Teresa pun menatap Ressa tidak suka. Gadis itu menghentakkan kakinya untuk meluapkan kekesalannya.
Saat menuju ke kantin, Gea tidak sengaja berpapasan dengan Gio. Pria itu bersikap acuh padanya membuat Gea sedikit terkejut. Tetapi ia menepis pikiran itu karena jika Gio acuh adalah hal yang bagus untuknya. Tidak akan ada yang mengganggunya lagi.
***
"Belajar !! Biar lulus UN." Suruh Reza
"Emang lo pernah belajar ?" Ejek Gea bercanda
"Asal lo tau, gue titisan Julius Robert Oppenheim tau gak !! Lo ngomong kayak gitu lagi, gue rakit bom panci buat ledakin lo !!" Sengit Reza tak terima
"Julius Robert Oppenheim itu ilmuwan penemu bom atom bukan bom panci." Sindir Gea
"Haha..salah ya." Ucap Reza menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Haha..." Tawa Gea
"Za !! Antar gue pulang dong." Mohon Ressa yang tiba-tiba datang.
"Apaan lo ! Bensin gue habis." Tolak Reza
"Reza !!" Rengek Ressa
"Yaudah ayo !" Ucap Reza pasrah
"Duluan ya." Pamit Ressa
Kini hanya tersisa Gea seorang diri. Ia melihat Gio sedang berada diparkiran. Entah apa yang membawanya mendekati Gio.
"Gio !!" Panggil Teresa yang tiba-tiba datang dan berdiri disamping Gio.
"Antar gue pulang !" Pinta Teresa
"Gue----." Mata Gio tidak sengaja menangkap keberadaan Gea.
"Yaudah ayo." Lanjut Gio
"Tunggu !" Cegah Gea berjalan mendekati mereka
"Lo dan keluarga lo diundang mamah gue ke acara ulang tahun pernikahannya." Ucap Gea
"Iya nanti gue datang." Jawab Gio
"Ok." Gea berlalu begitu saja tanpa kata pamit.
Gea masuk ke kamarnya. Ia merebahkan dirinya dikasur lalu menutup wajahnya dengan bantal. "Arrghhh !!" Kesal Gea
Dengan cepat ia melempar bantalnya ke lantai. "Ihh..gue kenapa sih ?!"
"Terserah dia lah mau dekat sama siapa. Gue juga benci sama dia." Gerutu Gea
***
Sedari tadi Gea sibuk membantu mempersiapkan acara. Ia kesana kemari hingga lupa untuk istirahat sejenak.
"GEA !!" Panggil Famela
"Iya mah." Jawab Gea
"Istirahat dulu !" Suruh Famela
"Iya bentar lagi mah." Jawab Gea lagi
Gea menaiki kursi untuk mengambil kado yang sudah ia persiapkan untuk kedua orang tuanya. Ia menyembunyikannya diatas lemari hias diruang tamu. Saat tangannya sudah meraih kotak itu, tiba-tiba kursinya bergetar sehingga tubuh Gea tidak bisa berdiri seimbang.
"Aaaaaa....." Pekik Gea
Seseorang menangkap tubuhnya. Gea membelalakan matanya saat mengetahui siapa yang menolongnya.
"Hati-hati." Suruh orang itu yang tak lain adalah Gio
Gea dengan cepat menjauhkan tubuhnya. "Makasih." Ucapnya
"Kotaknya !!" Kaget Gea saat merasakan kotak itu tidak ada ditangannya.
"Nih." Gio memberikan kotak itu pada Gea.
"Lho..lo tangkap gue, lo juga tangkap kotaknya. Kok bisa ?" Tanya Gea melupakan sejenak permasalahannya dengan Gio.
"Skill." Jawab Gio lalu duduk disofa ruang tamu.
Gea baru saja ingin melangkah. Tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya.
Gea menoleh. "Teresa ?" Ucap Gea saat melihat Teresa datang ke pesta padahal ia tidak mengundangnya.
#26
"Aku membencinya tetapi aku tidak suka dia dengan yang lainnya."
"Teresa ?"
"Hai." Sapa Teresa hangat
"Gio ngajak gue untuk temani dia ke acara ini." Ucap Teresa sengaja memperburuk keadaan.
"Ohh..yaudah masuk." Suruh Gea
Teresa menghampiri Gio yang sedang duduk disofa. Ada rasa sakit dihati yang menjalar ketika melihat Gio dekat dengan Teresa. Tetapi Gea berusaha menepis semua itu. Ia masih mendengarkan ego yang akan membuatnya menyesal dikemudian hari.
"Ehh..Gio." Sapa Famela
"Mamah kamu mana ?" Tanya Famela
"Nanti nyusul tante. Mungkin masih dijalan." Jawab Gio
"Ohh.." Famela mengangguk mengerti
"Lho..ini siapa ?" Tanya Famela saat menyadari keberadaan Teresa.
"Ini teman Gio tante. Namanya Teresa. Gea juga kenal dengan Teresa." Ucap Gio memperkenalkan Teresa.
"Hallo Teresa. Cantik ya kamu." Puji Famela
"Halo tante." Sapa Teresa
Famela mengedarkan pandangannya. "GEA !!" Panggil Famela mencari keberadaan Gea.
"Iya mah." Gea masuk ke ruang tamu.
"Ini Gio datang, kenapa kamu diluar aja." Omel Famela
"Itu diluar ada Ressa sama Reza teman Gea disekolah." Ucap Gea mengarahkan telunjuknya ke pintu keluar.
"Udah biar mamah yang sapa mereka. Kamu duduk disini aja temani Gio dan Teresa." Suruh Famela
"Ahh..gak, biar Gea aja mah yang keluar." Tolak Gea gugup
Famela mendekati Gea. "Ini anak susah banget dibilanginnya !" Omel Famela menarik tangan Gea dan menyuruhnya duduk disamping Gio.
"Mah..." Rengek Gea
"Gio pegang tangan Gea, jangan kasih dia keluar rumah. Dari tadi disuruh istirahatnya susah." Suruh Famela
Gio diam saja tidak melakukan apa yang Famela suruh sedangkan Gea terlihat tidak tenang. Teresa menatap tajam ke arah Gea, ia tidak suka dengan ucapan Famela.
Famela menatap heran. "Lho..kalian kenapa seperti sedang bermusuhan ?" Tanya Famela
Famela menarik tangan Gio dan meletakkannya ditelapak tangan Gea. "Pegang yang erat ya !" Suruh Famela
"Jangan dilepas sampai tante datang !" Larang Famela
Famela melangkah keluar rumah. Gea terdiam saja sambil menundukkan kepalanya sedangkan Gio sedikit senang meskipun ia hanya menjalankan perintah Famela.
Teresa menatap tidak suka dengan pemandangan yang ada didepan matanya. Gio mempererat genggamannya membuat Gea sontak menoleh terkejut. Kedua mata mereka bertemu tetapi kali ini Gio tidak melihat sorot kebencian dimata Gea.
"Cieee...pemandangan macam apakah ini." Goda Reza yang tiba-tiba sudah berada diruang tamu
Mereka menoleh ke sumber suara. "Apaan sih !!" Kesal Gea
Gea akan menarik tangannya tetapi Ressa mencegahnya. "Ehh..kata tante Famela jangan dilepas sebelum dia masuk ke dalam rumah lagi." Ucap Ressa mengingatkan
Gea berdecak kesal. "Mamah gue mana ?!" Tanya Gea emosi
"Diluar lagi sapa tamu-tamunya." Jawab Reza
Reza dan Ressa duduk disamping Gea. Mereka tiada hentinya menggoda Gea membuat gadis itu marah-marah sendiri.
Gea menghentakkan kakinya beberapa kali. "DIAM LO BERDUA !!" Kesal Gea
Famela masuk ke dalam rumah bersama tamu-tamunya termasuk orang tua Gio. Dengan cepat Gea menarik tangannya dan pergi ke kamarnya dengan setengah berlari menaiki anak tangga.
"Gimana Gio lo udah senang ?" Goda Reza
"Maksud lo ?" Tanya Gio tak mengerti
"Itu rencana kita biar lo dekat lagi sama Gea. Kita minta bantuan tante Famela." Bisik Reza
"Jadi tante Famela tau masalah gue dan Gea ?" Tanya Gio
"Iya. Tante Famela bahkan bilang ke gue kalau dia setuju lo sama Gea. Kalau perlu lo jadi menantunya." Ucap Reza menggoda
"Bercanda aja lo !!" Sinis Gio
"Gue gak bercanda. Lo bisa tanya sendiri ke tante Famela."
Gio terdiam dan perlahan kedua sudut bibirnya terangkat. Setidaknya ia bisa dekat dengan Gea meskipun hanya beberapa menit saja.
#27
"Entah kenapa mendengarmu ingin pergi, ada rasa tidak rela yang menjalar dihati."
Gea sedang merias dirinya dikamar. Ia mengganti pakaiannya dengan gaun pesta yang sudah dipersiapkan oleh mamahnya.
"GEA !!" Panggil seseorang dari balik pintu.
"Siapa ?" Tanya Gea
"Ressa."
"Masuk Ressa !" Suruh Gea
Ressa membuka pintu kamar Gea. Ia takjub melihat Gea yang tampil berbeda dengan riasan dan make up. Gea terlihat lebih cantik dan anggun.
"Wow..tuan puteri dari mana ini ?" Goda Ressa
"Bisa aja lo." Ucap Gea lalu tertawa.
"Ehh tapi makasih. Lo juga cantik." Puji Gea
"Kalau itu gue setuju. Haha..." Ucap Ressa percaya diri
"Lo gak mau pertimbangin keputusan lo ?" Tanya Ressa tiba-tiba.
Gea membalikkan tubuhnya. "Maksud lo ?" Tanya Gea tak mengerti
"Gue lihat Gio sangat sayang sama lo. Apa lo masih benci dia ?" Tanya Ressa
Gea terdiam. "Sangat." Jawab Gea datar
"Ingat Gea. Sebentar lagi Gio akan pergi ke Amerika. Jangan sampai saat dia udah pergi jauh, lo menyesal nantinya." Ucap Ressa mengingatkan
"Gue gak peduli." Ucap Gea dingin
Gea bangkit dari kursi rias. "Ayo ! Acara sebentar lagi dimulai." Ajak Gea
Ressa menghela nafas pasrah. Ia turun ke lantai bawah mengikuti Gea dari belakang. Saat mereka menuruni anak tangga, banyak sorot mata menatap ke arah mereka. Entah siapa yang menjadi pusat perhatian.
"Nih jadwal UN udah dibagiin digrup." Ucap Reza
"Kirim ke----."
"Gio lihat ke sana ! Ya ampun..Gea cantik banget." Ucap Reza heboh
Gio mengalihkan pandangannya. Ia terperangah melihat Gea dengan gaun pesta berwarna merah muda yang dikenakannya.
"Sepertinya lo jadi pusat perhatian." Ucap Ressa tersenyum
Gea salah tingkah. "Ada yang salah ya sama penampilan gue ?" Tanya Gea mulai panik
"GEA, LO CANTIK BANGET !!" Teriak Reza dari sofa tamu
"INI UCAPAN GIO, GUE CUMA NYAMPE-----." Gio dengan cepat membungkam mulut Reza dengan tangannya.
Gea terdiam ditempat. "Ayo Gea !" Ajak Ressa menyadarkan Gea dari lamunannya.
Gea baru saja akan menghampiri teman-temannya tetapi Famela memanggilnya.
Gea menghampiri Famela. "Kenapa mah ?" Tanya Gea
"Kamu kenal mereka ini siapa ?" Tanya Famela
"Kenal mah. Ini mamah sama papahnya Gio." Jawab Gea
"Bagus kalau begitu." Ucap Famela senang
"Ayo sapa mereka !" Suruh Famela
"Selamat malam tante, om." Sapa Gea hangat
"Selamat malam Gea. Kenapa kamu semakin hari semakin cantik ?" Puji Marisa, mamah Gio
"Iya, sepertinya cocok menjadi menantu kita ya mah ?" Ucap Hendra, papah Gio
Gea sedikit terkejut dengan ucapan kedua orang tua Gio. Tetapi ia sebisa mungkin mencoba bersikap biasa.
"Gea sama Gio cuma sahabatan kok om." Ucap Gea menjelaskan
"Tapi ada kemungkinan kan untuk mengubah status ?" Goda Reno, papah Gea
"Papah !!" Kesal Gea
"Gio !!" Panggil Marisa
"Iya mah." Jawab Gio
"Kesini sebentar !" Suruh Marisa
Gio berjalan mendekat menghampiri mamahnya. "Ada apa mah ?" Tanya Gio bingung
"Mamah mau tanya boleh ?" Tanya Marisa
"Boleh." Jawab Gio
"Kamu ada perasaan lebih ke Gea ? Lebih dari seorang sahabat." Tanya Marisa lagi
Gio terdiam sejenak. "Ada." Jawab Gio jujur
Gea membelalakan matanya. Ia tidak menyangka Gio akan menjawab pertanyaan itu dengan jujur.
"Kami sudah tau permasalahan kalian." Ucap Famela
"Darimana mamah tau ?" Tanya Gea
"Dari teman kamu." Jawab Famela jujur
"Apa alasan kamu menolak Gio ?" Tanya Famela serius
"Gea masih ingin fokus sekolah." Jawab Gea
"Mamah yakin kamu bohong !"
Gea merasa sekarang dirinya sedang diintrogasi. "Gea cuma gak mau pacaran sama sahabat sendiri." Ucap Gea jujur
"Kenapa ? Kami mendukung." Ucap Famela
"Kalau Gea pacaran sama Gio terus tiba-tiba kita putus maka persahabatan kita juga akan putus." Pikir Gea
"Pemikiran kamu gak selamanya benar. Yang mamah lihat Gio serius." Ucap Famela
"Sekarang mamah tanya, apa pernah Gio nyakitin kamu ? Pernah dia ninggalin kamu ? Dia bahkan selalu ada buat kamu." Ucap Famela membuat Gea sangat kesal
"Semua orang egois !! Gea berhak atas pilihan Gea sendiri !!" Gea meluapkan seluruh amarahnya.
"Ingat Gea sebentar lagi Gio akan pergi ke Amerika. Mamah cuma gak mau kamu menyesal." Ucap Famela mengingatkan
"Pergi aja sana !! Gea gak peduli !!" Ucap Gea kasar
Gea pergi begitu saja. Ia berlari menaiki anak tangga. Semua orang menatap heran dan bertanya-tanya apa yang terjadi.
#28
"Baru saja aku bahagia dekat denganmu lagi tetapi kau membuatku jatuh hingga aku ragu untuk bangkit kembali."
"Pergi aja sana !! Gea gak peduli !!"
Ucapan itu terus mengiang ditelinga Gio. Ia merasa sudah tidak ada harapan lagi untuk dirinya. Ia merasa mulai sekarang ia harus mengubur perasaan itu dalam-dalam.
Cklekkk
Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka. Ternyata, Hendra yang datang sambil membawa sebuah kotak. Ia menghampiri Gio yang sedang duduk disofa sambil menatap keluar jendela.
"Kenapa kamu buang foto-foto ini ?" Tanya Haris
"Gak ada gunanya." Ucap Gio datar
"Kamu marah karena Gea berkata seperti itu ?" Tanya Haris sambil duduk berhadapan dengan Gio.
Gio tidak menjawab, ia tetap diam.
"Benci dibalas benci maka kamu tidak akan mendapatkan yang kamu mau." Ucap Haris menasehati
"Aku coba bersabar pah, tapi dia gak menghargai sama sekali !!" Kesal Gio
"Seharusnya kamu berjuang lebih keras untuk meluluhkan hatinya. Gea bukan benci tapi mungkin dia masih ragu." Saran Haris
"Nih." Haris meletakkan kotak itu ditelapak tangan Gio
"Pikirkan kata-kata papah." Suruh Haris lalu keluar dari kamar Gio.
Gio membuka kotak itu, ia berpikir kembali. Ucapan papahnya tidak salah, mungkin Gio hanya terpancing oleh amarah.
"Aku gak nyerah Ge." Ucap Gio sambil menatap selembar foto saat mereka pertama kali memulai persahabatan.
Sementara itu Gea sedang duduk termenung dimeja belajarnya. Ia juga merasa bersalah karena ucapannya tadi.
Tringg...
Ponsel Gea berdering. Ada notifikasi dari nomor yang tidak ia kenali. Nomor itu mengirimkan pesan voice note. Gea menekan tombol play lalu mendekatkan ke telinganya.
"Meskipun kamu menjatuhkan ku berkali-kali, aku tidak akan pernah menyerah dan akan bangkit kembali."
Gea menitikkan airmatanya. Ia sangat mengenali suara itu.
"Gio." Ucap Gea lirih
Gea menjauhkan ponselnya lalu meletakkannya dimeja. "Jangan paksa aku untuk mematahkan hatimu menjadi semakin parah." Lirih Gea
***
Hari pertama Ujian Nasional berjalan dengan lancar. Sebelum pulang sekolah, Gea pergi ke perpustakaan untuk meminjam buku. Sekolah sudah cukup sepi sehingga suasananya sedikit mencekam.
Gea membuka pintu perpustakaan perlahan-lahan. Ia memasuki ruangan dan mencari tombol saklar untuk menyalakan lampunya, tetapi lampu tidak menyala. Dan tiba-tiba pintu perpustakaan tertutup dengan sendirinya membuat Gea terkejut dan langsung berlari ke arah pintu. Ia berusaha untuk membukanya tetapi tidak bisa. Gea merasa sangat ketakutan sekarang.
Tiba-tiba terdengar suara dua pisau bergesekkan membuat Gea menjerit ketakutan. "TOLONGG !!" Teriak Gea.
Perpustakaan sangat gelap sehingga Gea tidak bisa melihat apapun. Ia tidak menyerah dan terus menggedor-gedor pintu berharap ada seseorang yang melewati perpustakaan.
"TOLONGG !! SIAPAPUN TOLONGG !!" Teriak Gea sambil menggedor pintu perpustakaan.
Gio melewati perpustakaan untuk pergi ke ruang olahraga, ia diminta pak Hamdan untuk menaruh kertas formulir turnamen basket untuk minggu depan.
"TOLONGG !!"
Gio mendengar suara teriakan dari ruang perpustakaan, ia mendekatkan telinganya untuk mendengar lebih jelas.
"TOLONGG AKUU. JANGAN BUNUH AKU." Gio sangat mengenali suara itu.
"GEAA !!" Panggi Gio khawatir terjadi apa-apa dengan Gea didalam sana.
Gea meringkuk menangis. Ia mendengar suara Gio memanggilnya dari balik pintu. Ia langsung berdiri lalu menggedor pintu itu kembali. "GIO TOLONGG !!" Teriak Gea
"MUNDUR GEA !!" Suruh Gio
Gio mencoba mendobrak pintu itu. Beberapa kali, akhirnya pintu perpustakaan terbuka. "GEA !!" Panggil Gio
Gea sedang meringkuk dibelakang meja, ia menutup wajahnya dengan kedua tangan.
Gio berjongkok didepan Gea. "Gea !!" Panggil Gio lirih
Gea langsung memeluk Gio. Gadis itu sangat ketakutan. "Gio ada yang ingin bunuh gue." Ucap Gea dengan suara parau
"Siapa ?" Tanya Gio terkejut
"Gak tau. Tadi gue dengar suara pisau. Gue gak bisa lihat apa-apa karena gelap." Ucap Gea bergetar ketakutan
"Tunggu disini !" Suruh Gio
Gio bangkit untuk melihat setiap penjuru didalam perpustakaan. Ia berjalan perlahan-lahan dengan membawa lampu senter diponselnya, Gio dapat mendengar suara pisau bergesekkan seperti yang dikatakan Gea. Ia setengah berlari mendekati sumber suara. Tetapi yang ia temukan hanya radio yang sedang memutar sebuah kaset. Dan suara itu berasal dari radio itu.
"Siapa yang teror Gea ?" Tanya Gio dalam hati, ia membawa radio itu dan menghampiri Gea kembali.
"Suaranya dari radio ini." Ucap Gio menunjukkan radio yang ia temukan
"Berarti ada yang teror gue ? Tapi siapa ?" Tanya Gea
"Gak tau. Ayo gue antar pulang." Ucap Gio
Gea terdiam dan menatap ragu.
"Lupain dulu permasalahan kita Gea. Lo sekarang lagi ketakutan." Suruh Gio
Gea mengangguk menuruti tetapi untuk kali ini saja. "Makasih Gio karena lo udah tolong gue." Ucap Gea tulus.
"Sama-sama." Jawab Gio
#29
"Kau bisa menghindari aku tetapi kau tak akan bisa menghindari kata hatimu."
Gio mengantar Gea pulang kerumahnya. Sepanjang perjalanan mereka saling diam, tidak ada percakapan apapun. Gea masih belum mengubah pemikirannya.
"Makasih udah antar gue pulang." Ucap Gea tersenyum tipis berusaha menghargai.
Gio mengangguk. "Lo jangan takut." Ucap Gio tiba-tiba
"Gue gak akan takut. Justru gue akan cari pelaku itu sampai dapat." Jawab Gea yakin
"Boleh gue bantu lo ?" Tanya Gio hati-hati
"Gak ! Gue gak perlu bantuan siapapun !" Tolak Gea, ia masih saja mendengarkan ego yang akan menghancurkannya.
Gio terdiam. "Gue masuk dulu." Pamit Gea dengan nada datar.
Gio menghela nafas berat. Ia tetap mencoba untuk bersabar. Ia tidak ingin menyerah begitu saja.
Gea menghempaskan tubuhnya disofa ruang tamu. Ia masih memikirkan kejadian tadi. Siapa yang menerornya sampai seperti ini bahkan ia tidak merasa mempunyai masalah dengan siapapun.
"Gea, kamu sudah pulang." Famela datang membawa secangkir teh.
"Nih minum dulu !" Suruh Famela
"Iya mah." Gea mengambil cangkir itu.
Famela duduk disamping Gea. "Gimana ujiannya ?" Tanya Famela.
"Lancar mah." Jawab Gea
"Mata kamu kenapa sembab ?" Tanya Famela tiba-tiba membuat Gea terlonjak kaget.
"Gak apa-apa mah." Jawab Gea berbohong
"Jangan bohong !"
Gea menghela nafas pelan. "Tadi diperpustakaan ada yang ngunciin Gea. Ada orang yang teror Gea mah." Ucap Gea jujur
"Siapa dia ?! Berani-beraninya dia gangguin anak kesayangan mamah !!" Kesal Famela
"Kamu jangan takut sayang. Nanti mamah bantu cari siapa pelakunya." Lanjut Famela
"Iya mah."
Sementara itu dikamar Gio. Pria itu sedang menatap tajam radio yang tadi ia temukan diperpustakaan. Ia yakin pelakunya adalah orang terdekat.
"Apa mungkin Reza dan Ressa ?" Tanya Gio pada diri sendiri
"Gak mungkin. Mereka gak mungkin bercanda melampaui batas." Pikir Gio
"Atau..Teresa."
***
"Teresa !!" Panggil Gio saat tidak sengaja Gio berpapasan dengan Teresa saat akan ke kelas.
"Kenapa Gio ?" Tanya Teresa lembut
"Gue mau nanya sama lo, boleh ?" Tanya Gio
"Boleh." Jawab Teresa heran
"Ini punya lo ?" Tanya Gio dengan tatapan tajam.
Teresa meneguk ludahnya. "Bukan." Jawab Teresa berbohong
"Jawab yang jujur !!" Ucap Gio dengan nada meninggi
"Jadi lo nuduh gue ?" Tanya Teresa tidak kalah kesal
"Nuduh lo ? Padahal gue cuma tanya ini punya lo bukan ?" Ucap Gio mulai curiga
"Ng...gue harus ke kelas." Ucap Teresa gugup
Teresa berlalu dari hadapan Gio dengan tergesa-gesa. Gio sangat yakin kalau Teresa yang telah meneror Gea.
"Haha..ada-ada aja lo." Terlihat Gea sedang bersenda gurau dengan Reza dan Ressa.
"Tapi benarkan ?" Tanya Reza
"Haha..iya." Jawab Gea terlihat sangat bahagia
Gio menatap Gea dari ambang pintu. Ia senang melihat Gea kembali tertawa. Gio ingin memberitahu tentang Teresa tetapi menurutnya saat ini bukan waktu yang tepat.
"Gio !!" Panggil Reza menyadarkan Gio dari lamunannya.
"Iya." Jawab Gio mulai melangkah menuju tempat duduknya.
"Sini gabung !" Suruh Reza
Gea menatap sinis kedua teman dihadapannya. "Gue ke toilet dulu." Pamit Gea pergi dari kelas.
"Jangan panggil gue kalau didepan Gea ! Dia masih benci gue." Larang Gio dengan nada datar.
"Aaaaaaa !!" Suara teriakan terdengar cukup keras karena sekolah masih sepi penghuni.
"Itu Gea." Ucap Gio khawatir
Mereka berlari ke sumber suara. Disana Gio yang paling terlihat khawatir. Ia takut sesuatu yang ia takutkan terjadi.
"GEAAA !!!" Mereka bertiga terkejut seketika saat melihat Gea terkapar dilantai.
#30
"Jangan dengarkan ego mu saja tetapi sesekali dengarkan kata hatimu."
"GEAA !!"
Gea terkapar dilantai. Gio membopongnya ke UKS. Ia sedikit lega karena Gea hanya pingsan.
"Kalian jaga Gea. Ada yang harus gue selidiki." Ucap Gio keluar dari ruang UKS
"Gea bangun !!" Ucap Ressa khawatir
"Sebenarnya ini ada apa !!" Kesal Reza
Gea mengerjapkan matanya. Ia membuka matanya perlahan-lahan. Kepalanya masih terasa sakit.
"Gue dimana ?" Tanya Gea
"Lo di UKS Gea. Tadi lo pingsan." Jawab Ressa
"Sebenarnya apa yang lo lihat tadi ditoilet ?" Tanya Reza penasaran
"Yang gue ingat, saat gue buka pintu toilet ada orang memakai topi hitam dan juba hitam. Wajahnya ditutup masker berwarna hitam lalu ditangannya ada sebuah pisau. Setelah itu, gue gak ingat lagi." Ucap Gea mencoba mengingat kejadian tadi.
"Lo ngenalin dia gak ? Ada ciri-ciri yang bikin lo curiga gak ?" Tanya Reza
"Gak." Jawab Gea
"Ok." Jawab Reza merasa kasihan dengan Gea.
"Siapa yang bawa gue kesini ? Lo Za ?" Tanya Gea
"Gue mana kuat bopong lo. Gue belum sarapan jadi gak ada tenaga." Alibi Reza
"Terus siapa ?" Tanya Gea lagi
"Gio yang bopong lo kesini." Jawab Ressa
"Ohh.." Ucap Gea dengan ekspresi wajah berubah menjadi dingin.
"Asal lo tau, Gio yang pertama kali lari saat dengar lo teriak !!" Jelas Reza kehabisan kesabaran
"Mau sampai kapan hati lo jadi batu !! Sedikit aja coba buat menghargai perhatian yang orang lain berikan !! Kalau dia udah pergi, gue yakin lo akan menyesal !!" Ucap Reza panjang lebar
Gea terdiam mendengar ucapan Reza. Ia juga merasa dirinya sangat keterlaluan membenci Gio padahal pria itu hanya menyampaikan perasaannya.
"Lo masih pusing gak ?" Tanya Ressa
"Sedikit." Jawab Gea jujur
"Gue mau masuk kelas, sebentar lagi ujian dimulai. Lo disini aja ya ? Nanti gue izinin ke pengawas ruangan." Ucap Ressa
"Gak ! Gue mau ikut ujian." Ucap Gea bangkit dan mengambil posisi duduk.
"Yaudah ayo gue bantu." Ressa memapah Gea untuk kembali ke kelas.
***
"TERESAA !!" Panggil Gio dengan emosi yang meluap.
"Ke..kenapa Gio ?" Tanya Teresa mulai ketakutan.
"Lo jangan menghindar lagi. Gue udah tau lo orang yang teror Gea !!" Kesal Gio
"Lo jangan asal nuduh." Teresa berusaha membela dirinya sendiri.
"Gue gak asal nuduh !! Lo gak tau kalau diatap sebelum pintu masuk toilet ada cctv ?!" Tanya Gio sinis
"C..cctv ?" Tanya Teresa mulai tidak tenang.
"Iya. Gue udah lihat semuanya." Ucap Gio
"Jadi lo yang teror gue !!" Kesal Gea yang tiba-tiba muncul dibelakang Gio bersama dengan Reza dan Ressa.
"Apa alasan lo ngelakuin ini semua ?!!" Tanya Gea tak ramah
"Kurang baik apa gue sama lo ?! Kenapa lo jahat banget sama gue ?!" Tanya Gea semakin menyudutkan Teresa.
"KARENA LO ITU MUNAFIK GEAA !!" Kesal Teresa dengan tatapan tajam.
"Gue dari awal ketemu Gio. Gue udah suka sama dia. Tapi apa ?! Dia justru mengharapkan orang yang gak pernah bisa menghargainya !!"
"Gue awalnya ingin mengalah. Tapi saat lihat perlakuan lo ke Gio, gue jadi ingin merebut dia kembali !!" Lanjutnya
Gea terkejut dengan ucapan Teresa. "Kenapa lo gak bilang ?" Tanya Gea
"Gue udah pernah bilang tapi mungkin lo menganggap itu cuma candaan." Ucap Teresa
Teresa pergi begitu saja. Ia berlari sambil menutupi wajahnya.
"Lo lihat Gio ! Itu perempuan yang sayang sama lo !" Ucap Gea sambil menunjuk ke arah Teresa pergi.
"Gue udah nyakitin lo berkali-kali tapi kenapa lo masih tetap peduli ?!" Ucap Gea mulai menitikkan airmata.
"Gue gak bisa seperti Teresa. Gue gak mau nyakitin hati lo lebih parah dari ini." Ucap Gea lirih
Gio terdiam. Ia menghela nafas sejenak. "Lo ingin gue pergi ?" Tanya Gio serius
Gea mengangguk. "Iya." Jawabnya
Gio menundukkan kepalanya sejenak. "Ok. Gue nyerah Gea." Ucap Gio tiba-tiba dan pergi dari hadapan Gea.
#31
"Keegoisan telah membutakan mata hatiku sehingga aku tidak bisa melihat ketulusan seseorang."
"BODOH !!" Ucap Ressa geram, ia berdiri dihadapan Gea.
"Kenapa hati lo seperti batu sehingga air pun sulit untuk menembusnya ?!!" Tanya Ressa kesal
Gea tetap diam dengan tatapan kosong.
"Asal lo tau gue juga pernah mencintai sahabat sendiri dan orang itu adalah Gio !!" Ucap Ressa membuat Gea membelalakan matanya.
"Kenapa lo gak pernah cerita soal ini ?" Tanya Gea
"Buat apa !! Gue hanya gak mau ngerusak kebahagiaan kalian berdua !!"
"Karena selama ini..Gio hanya melihat gue sebagai sahabatnya bukan seperti lo yang beruntung karena dia melihat lo sebagai seorang perempuan yang berarti dihidupnya." Ucap Ressa lirih, terlihat gumpalan air disudut matanya.
"Gue dan Gio bersahabat dari kelas 7 sampai saat kelulusan gue mengatakan perasaan gue dengan penuh keyakinan. Tapi nyatanya semua hanya khayalan semata." Lirih Ressa
"Bukan cuma Teresa !! Gue juga akan rebut Gio kembali !!" Ancam Ressa lalu pergi setelah meluapkan semua kekesalannya.
Reza bertepuk tangan dihadapan Gea. Ia menatap Gadis itu lalu tersenyum sinis.
"Hebat Gea !!" Sindir Reza
"Selamat ! Karena karma sedang bergerak mendekati." Ucap Reza tersenyum sinis berlalu dari hadapan Gea.
Gea memejamkan matanya. Ia merasa menyesal atas semua perkataannya yang mungkin sangat menyakiti Gio. Ia tidak pernah tahu tentang permasalahan antara Ressa dan Gio.
***
Seorang gadis sedang duduk termenung diatas pasir putih. Pandangannya terlihat kosong, perlahan airmata mengalir dipipinya. Tak lama ia terisak sambil menutupi wajahnya.
"Waktu akan berjalan menjauh bersamaan dengan kisah yang terlampau jenuh. Menunggu keegoisan ini runtuh." Batin Gea
Sementara itu Gio masih berada disekolah. Ia menyediri di rooftop. Tiba-tiba pintu terbuka tetapi Gio tidak menyadarinya karena pikiran melayang entah kemana.
"Gio !!" Panggil Reza menepuk pelan pundak Gio.
Gio tersadar dari lamunannya. "Belum pulang ?" Tanya Gio
"Lo sendiri, kenapa masih disekolah ?" Reza balik bertanya
"Gak apa-apa." Jawab Gio datar
Reza tersenyum miris. "Lo harus yakin kalau dia ditakdirkan untuk lo. Dia pasti akan kembali." Ucap Reza
Gio menoleh. "Udahlah Za, mending lo lombain tuh kata-kata biar berfaedah." Canda Gio
"Nanti jadi Reza teguh dong !" Ucap Reza percaya diri.
"Haha..mau ?" Gio tetap terlihat tanpa beban.
"Gak cocok ! Reza advaro udah keren." Ucap Reza tertawa memperlihatkan sederetan gigi putihnya.
"Udah yuk pulang !" Ajak Gio
"Ayolah." Ucap Reza setuju
***
Gea menatap langit sambil menikmati semilir angin yang menerpa. Setelah belajar, ia memilih untuk bersantai ditaman belakang rumahnya sambil duduk diayunan.
"Biarkan saja waktu yang menjawabnya. Aku masih belum yakin sepenuhnya." Ucap Gea pada diri sendiri
"GEAA !!" Panggil Famela
"Iya mah." Ucap Gea berlari masuk ke dalam rumah.
Gea berlari ke ruang tamu. Saat sudah sampai, ia terperangah melihat seseorang tengah duduk disofa sambil tersenyum ke arahnya.
"Kak Rico !!" Panggil Gea tersenyum senang.
Rico Renaldo seorang dokter muda yang saat ini bekerja dilondon. Ia adalah kakak sepupu Gea yang sudah seperti kakak kandung.
"Halo Gea. Kangen gak ?" Tanya Rico berdiri dari sofa.
"Kangen banget kak." Jawab Gea berlari memeluk Rico.
"Kakak kapan pulang ?" Tanya Gea melepas pelukannya.
"Kemarin." Jawab Rico kembali duduk disofa, diikuti Gea disebelahnya.
"Masih ingin jadi dokter ?" Tanya Rico
"Masih dong kak." Jawab Gea yakin
"Bagus. Kuliah dilondon aja, nanti kakak bantu masuk universitas tempat kakak dulu kuliah." Bujuk Rico
Gea terdiam sejenak. Ia tidak ingin meninggalkan semua kenangannya yang sudah banyak terlukis dikota ini.
"Gea ingin kuliah dikota ini aja kak." Tolak Gea
"Lho..kenapa Gea ? Ada Rico yang menemani kamu disana." Tanya Famela
"Gak apa-apa mah. Tapi Gea tetap ingin disini." Ucap Gea
"Yaudah nanti kakak bantu kamu mencari universitas yang bagus." Ucap Rico pasrah
#32
"Kau berubah. Entah karena terlalu mencintai atau justru berbalik membenci."
Gea memasuki ruangan. Ini hari terakhir Ujian Nasional. Ia sudah berusaha belajar semampunya, besok pengumuman kelulusan akan ditempel dimading sekolah. Gea hanya bisa berharap ia mendapatkan hasil yang tidak akan mengecewakan.
"Duluan Za." Ucap Ressa yang juga baru memasuki kelas.
Mereka saling diam. Ressa masih kesal dengan kejadian kemarin. Ia sebenarnya tidak benar-benar serius dengan ucapannya.
"Ressa !" Panggil Gea
"Hm.." Jawab Ressa
"Ini dari kakak gue. Dia suruh gue untuk bagiin ini ke teman-teman." Ucap Gea, ia memberikan tas souvenir itu kepada Ressa.
"Makasih." Ucap Ressa tersenyum singkat lalu mengambilnya.
***
Tringg...tringg...
Bel pulang berbunyi. Akhir dari perjuangan telah tiba. Semua siswa dan siswi bersorak gembira hingga terdengar ke setiap penjuru sekolah. Kini tinggal hasil akhir yang menentukan kelulusan mereka.
Gea berjalan seorang diri menyusuri koridor yang cukup sunyi karena hanya tinggal beberapa siswa yang masih betah berada disekolah.
"Gue main ke rumah lo ya ?" Tanya Reza
"Boleh." Jawab Gio
Mereka berada dihadapan Gea berjalan lebih dulu. Gea bingung harus memberikan titipan kakaknya atau tidak. Ia ragu untuk menyapa mereka.
Gea menghela nafas dalam-dalam.
"REZA !!"
"GIO !!" panggil Gea
Mereka berhenti tetapi tidak menoleh. Gea ragu-ragu mendekati mereka.
"Ini ada titipan dari kak Rico." Ucap Gea memberikan dua tas souvenir pada Reza dan Gio.
"Kak Rico balik ke indonesia ?" Tanya Gio datar
"Iya." Jawab Gea terbata-bata
"Ok. Makasih." Jawab Gio masih dengan ekspresi yang sama.
Reza dan Gio berlalu begitu saja. Ia sangat merasakan perubahan sikap teman-temannya akibat sifat keras kepalanya.
***
Gea sedari tadi belum keluar kamar bahkan ia mengunci dirinya. Famela berkali-kali membujuk Gea untuk keluar tetapi tidak ada respon.
"GEA !! Buka pintunya." Bujuk Famela
"Kita dobrak aja pintunya." Ucap Reno
Baru saja Reno bersiap untuk mendobrak pintu kamar Gea tetapi terdengar suara kunci pintu terbuka. Gea keluar dari kamarnya.
Brukkk....
Tiba-tiba tubuh Gea lemas dan terjatuh ke lantai. Ia tidak sadarkan diri. Wajahnya pucat pasi, Famela terlihat sangat panik sedangkan Reno sibuk menelpon supir agar segera menyiapkan mobil untuk membawa Gea ke rumah sakit.
Selang infus terpasang ditangan kiri Gea. Ia masih belum sadarkan diri. Selang oksigen membantu pernafasannya agar kesadarannya kembali.
"Gea, sadar sayang." Ucap Famela khawatir
Jemari tangan Gea bergerak perlahan. Matanya terbuka sedikit demi sedikit. Ia mengedarkan pandangannya. Yang terlihat hanya atap berwarna putih.
"Gea !" Panggil Famela lirih
Gea menoleh. "Mah, Gea kenapa ada disini ?" Tanya Gea dengan suara parau
"Kamu pingsan tadi." Ucap Famela mengusap pelan rambut Gea.
Tak lama dokter memasuki ruangan, tempat Gea dirawat. Ia memeriksa kembali keadaan umum Gea.
"Istirahat dan jangan banyak gerak ya." Suruh dokter pada Gea
"Kondisinya mulai membaik, ibu dan bapak tidak perlu khawatir." Ucap dokter pada Famela dan Reno.
"Saya permisi dulu." Pamit dokter
"Terima kasih dok." Ucap Reno
"Sama-sama."
"Besok kamu jangan masuk sekolah dulu." Larang Reno
"Tapi pah, pengumuman kelulusannya ?" Tanya Gea lirih
"Biar papah minta tolong Gio." Ucap Reno
"Iya pah." Jawab Gea pasrah
"Yaudah sekarang kamu istirahat." Suruh Famela
"Iya mah." Jawab Gea
Gea kembali memejamkan mata. Tubuhnya masih terasa lemas sekali padahal saat disekolah ia baik-baik saja.
#33
"Jika kau melihatku bersikap acuh padamu, percayalah itu sandiwara terbesarku."
Sinar matahari menerobos dari balik kaca jendela kamar Gio. Ia mulai terusik dan terbangun dari tidurnya. Ia mengerjapkan matanya.
Tringg...Tringg....
Ponsel Gio berdering menandakan ada panggilan masuk.
Gio berdecak kesal. "Siapa sih pagi-pagi udah nelpon !!" Kesal Gio
Ia menatap layar ponselnya. Tertera tulisan "Om Reno". Gio langsung bangkit dan cepat-cepat menggeser tombol hijau.
"Halo om."
"Baru bangun tidur ya Gio ?"
"Iya om."
"Om boleh minta tolong gak ?"
"Boleh om."
"Gea gak bisa masuk sekolah hari ini. Jadi om minta tolong kamu untuk menginfo-kan pengumuman kelulusan jika sudah diumumkan."
"Ohh..iya om. Emangnya Gea kenapa gak masuk sekolah ?"
"Gea sedang sakit dan sekarang masih dirawat dirumah sakit."
"Sakit apa om ?"
"Gea hanya kecapekan dan dehidrasi ringan."
"Ohh..gitu."
"Kamu gak mau jenguk Gea ?"
"Hm..nanti setelah pulang sekolah."
"Yasudah nanti om kirim alamatnya."
"Iya om."
Gio menutup teleponnya. Meskipun ia bersikap acuh pada Gea tetapi dalam hatinya ada rasa khawatir saat terjadi sesuatu pada gadis itu.
***
Gio melangkahkan kakinya menyusuri koridor sekolah. Ia menuju mading pengumuman untuk melihat hasil kelulusan. Disana sudah sangat ramai sekali sehingga Gio sedikit kesulitan untuk melihat pengumuman di mading.
"GIO !!" Panggil Reza menepuk pundak Gio.
Gio sedikit terkejut. "Lo udah lihat pengumumannya ?" Tanya Gio penasaran
"Udah dong !" Jawab Reza bangga
"Apa hasilnya ?" Tanya Gio penuh harap.
"Kita semua...LULUS !!" Ucap Reza bersorak gembira.
Gio tersenyum lega. "Pengumuman peringkat kelas ?" Tanya Gio lagi.
"Ahh..iya lupa." Ucap Reza saat ia baru teringat hal itu.
"Peringkat pertama Geavara Annaletta. Kedua..siapa ya tadi ?" Ucap Reza pura-pura berpikir.
"Siapa ?" Tanya Gio penasaran.
"REVAN GIONINO !!" Ucap Reza heboh
Gio mematung ditempat. Ia senang meskipun ia bukan juara pertama. Tetapi setidaknya perjuangannya belajar tidak sia-sia.
"SELAMAT BRO !!" Ucap Reza menjabat tangan Gio.
"Juara umum dari kelas kita ?" Tanya Gio lagi
"Siapa lagi kalau bukan Gea. Dia kan yang paling jenius." Ucap Reza
"Gio, selamat ya !" Ucap Teresa yang tiba-tiba sudah berada disamping Gio.
"Makasih." Jawab Gio tersenyum
"Selamat !!" Ucap Ressa yang tiba-tiba berlari ke arah mereka.
"Lo ngucapin itu buat siapa ?" Tanya Reza sinis
"Buat Gio masa buat lo !!" Ketus Ressa
Gio teringat pesan Reno. Ia harus pergi ke rumah sakit untuk menjenguk sekaligus memberitahu kabar gembira ini kepada Gea.
"Gue harus pergi sekarang !" Pamit Gio bersiap untuk pergi tetapi Reza mencegahnya.
"Eits..tunggu !" Cegah Reza
"Lo mau kemana ?" Lanjutnya
"Ke rumah sakit." Jawab Gio
"Lo sakit ?" Tanya Teresa
"Bukan gue tapi Gea."
"Gea sakit apa ?" Tanya Ressa khawatir
"Kecapekan sama dehidrasi ringan."
"Gue ikut !" Ucap Ressa
"Gue juga !" Ucap Reza
"Gue boleh ikut jenguk Gea ?" Tanya Teresa ragu-ragu
"Boleh." Jawab Gio
***
Gio membuka pintu ruangan Gea dirawat. Kedatangan mereka disambut baik oleh Famela. Gio memandang wajah Gea yang sedang tertidur. Wajah gadis itu masih terlihat pucat.
"Mah." Panggil Gea perlahan membuka matanya. Ia terlihat terkejut dengan kedatangan teman-temannya.
"Gea, lo kenapa ?" Tanya Ressa
"Gue gak apa-apa." Jawab Gea lirih
"Lo pasti senang dengar berita ini !" Ucap Reza tersenyum
"Berita apa ?" Tanya Gea penasaran
"Lo mendapatkan juara umum pertama dengan nilai terbaik tahun ini !"
"Beneran ?" Tanya Gea masih tidak percaya.
"Benar." Jawab Gio
Gea beralih menatap Gio. Dibelakangnya berdiri Teresa. Gea kembali teringat kata-kata gadis itu yang memintanya untuk berhenti menyakiti Gio. Gea juga merasa bersalah dan ia berpikir Teresa orang yang tepat untuk Gio bukan dirinya.
"Makasih kalian udah care sama gue." Ucap Gea tersenyum
"Promnight diadakan dua hari lagi." Ucap Gio
"Bertepatan dengan hari ulang tahunku." Batin Gea
#34
"Kau benar, aku hanya tidak menyadari bahwa aku pun mencintai."
"Diberitahukan kepada siswi bernama Geavara annaletta untuk segera datang ke ruang kepala sekolah..sekian dan terimakasih."
Pemberitahuan dari ruang guru menggema disetiap penjuru sekolah. Gea melangkahkan kakinya dengan percaya diri menuju ruang kepala sekolah. Meskipun ia sedikit gugup saat ini.
Tok..tok..
Gea mengetuk pintu ruangan. "Selamat pagi pak." Sapa Gea saat membuka pintu.
"Masuk Gea. Silahkan duduk." Suruh Kepala sekolah
Gea duduk dikursi yang bersebelahan dengan seorang siswa. Ia tidak dapat melihat jelas wajahnya karena orang itu menunduk saja sejak Gea datang.
"Gea, ini ada undangan dari salah satu universitas terbaik dijakarta." Ucap Kepala sekolah memberikan sebuah kertas kepada Gea.
"Pilihan ada ditangan kamu. Ingin menerima atau menolak jalur undangan ini." Lanjutnya
"Iya pak." Jawab Gea
"Dan kamu Gio !!" Ucap Kepala sekolah membuat Gea sontak terkejut dan spontan menoleh kepada siswa disebelahnya.
Gio mengangkat kepalanya. "Iya pak." Jawab Gio
"Keberangkatanmu akan dipercepat ?" Tanya Kepala sekolah
"Iya pak. Saya mohon agar berkas kelulusan saya diselesaikan dengan cepat." Mohon Gio
"Baiklah akan kami usahakan." Ucap Kepala sekolah
"Terimakasih pak." Ucap Gio
Mereka berdua keluar dari ruang kepala sekolah. Gea merasa hatinya sedikit tidak tenang. Ia menatap punggung Gio yang berjalan lebih dulu didepannya.
"Semoga sukses disana !!" Ucap Gea memecah keheningan.
Gio menghentikan langkahnya. Ia memejamkan matanya sejenak lalu membalikkan tubuhnya menghadap Gea.
"Makasih." Jawab Gio
Gea menghela nafas sejenak. "Maaf atas semua perlakuanku. Maaf karena pernah membuatmu terluka." Ucap Gea tulus, terlihat bendungan air disudut matanya.
Gio tetap diam memberikan ruang untuk Gea berbicara lebih banyak.
"Aku tau, balon yang sudah terlepas dari genggam ku, takkan pernah bisa ku raih kembali talinya." Lanjutnya
"Hm.." Jawab Gio
"Berjanjilah satu hal. Temukan orang yang bisa membuatmu tersenyum seperti yang kau lakukan dulu untukku." Ucap Gea dengan menyertakan seluruh rasa bersalahnya.
"Terimakasih pernah menjagaku dengan baik, pernah membuatku ceria menjalani hari, pernah selalu ada saat aku butuh bahkan kau tidak pernah meninggalkanku sendirian. Saat ini kita tetap melangkah bersama hanya saja jalan kita berbeda." Lanjutnya, bendungan airmata itu semakin bertumpuk. Gea mengepalkan tangannya kuat-kuat menahan rasa sakit saat ia mengucapkan kata itu.
"Simpan baik-baik kisah ini. Kisah lampau namun berarti. Ingatlah pernah ada orang yang memberimu luka. Dan orang cukup aku saja." Ucap Gea lalu berbalik membelakangi Gio.
Isak tangisnya pecah. Ia tidak bisa menahan airmatanya lagi. "Jika kau ingin dengar kejujuran, aku ingin hadir sekali lagi untuk membawa kembali senyummu yang telah hilang." Batin Gea
"Kita tidak saling membenci, kita hanya sedang mencoba menjadi dua orang asing sekali lagi." Ucap Gea lalu pergi dari hadapan Gio.
Gio menatap punggung Gea yang semakin lama semakin menjauh dari pandangannya. "Aku tahu sekarang, selama ini kau tidak pernah benar-benar menginginkanku pergi." Lirih Gio
Gea berlari menuju toilet. Ia mengunci pintunya lalu meringkuk menangis.
Ressa mendengar samar-samar suara isakan tangis saat ia memasuki toilet. Ada satu pintu yang tertutup.
Tok..tok..tok..
"Ada orang didalam ?" Tanya Ressa
Gea menghentikan tangisannya. Ia menghapus airmatanya lalu membasuh wajahnya dengan air. Ia merogoh saku roknya. Ada satu masker penutup wajah, Gea memakainya untuk menutupi wajahnya.
Cklekk...
Gea keluar dari toilet dengan menundukkan kepalanya.
"Eh..Gea ya ?" Tanya Ressa
"Kenapa wajah lo ditutupi ?" Lanjutnya
"Gue lagi flu." Ucap Gea dengan suara yang terdengar serak.
"Suara lo serak. Lo habis nangis ?" Tanya Ressa heran
Gea tidak menjawab. Ia berjalan dengan cepat keluar dari toilet. Ressa hanya menatap bingung dan mulai berpikir.
#35
"Jembatan itu tidak lagi utuh. Kini ia sudah runtuh. Sebab tanpa penghuni, ia menjadi rapuh."
2 hari berlalu......
"Gea !!"
"Cepat ! Ressa sudah datang." Ucap Famela dari balik pintu.
Gea mengenakan gaun dengan atasan berwarna hitam dan rok berwarna putih. Ia membiarkan rambutnya terurai ditambah make up tipis membuat Gea tampil cantik malam ini.
Gea melangkah keluar dari kamar. Ressa juga tampil cantik dengan gaun berwarna ungu dihiasi kalung dan Rambutnya digulung hingga sebatas leher.
"Berangkat sekarang ?" Tanya Ressa
"Ayo." Jawab Gea setuju
Sesampainya diacara promnight yang diadakan disekolah untuk merayakan kelulusan mereka. Gea dan Ressa disambut oleh Reza yang sudah menunggu didepan gerbang yang terbuat dari rangkaian bunga.
"Mari tuan puteri !" Ajak Reza menggadeng Ressa dan Gea.
Ressa dan Gea hanya tertawa melihat tingkah Reza.
Tak lama Gio datang bersama Teresa. Banyak yang memuji mereka cocok menjadi pasangan serasi. Teresa mengenakan gaun berwarna merah muda dengan rambut terurai panjang sedangkan Gio mengenakan jas berwarna hitam.
"Halo semuanya !" Sapa Teresa
"Hai." Jawab Reza dan Ressa
"Hai juga." Ucap Gea tersenyum miris
"Ng..gue kesana dulu ya." Pamit Gea menjauhkan diri dari mereka.
Ressa menatap Gea miris. Gadis itu pasti akan menangis saat ini. Tetapi nyatanya tidak, Gea hanya tidak ingin mengganggu suasana disana. Mungkin Gea memang cemburu tetapi ia sulit untuk mengakui.
"Gimana kalau juara umum pertama, kita kasih tantangan untuk menyanyikan satu lagu ?" Tanya Reza sengaja memberikan kesempatan Gea mengeluarkan keluh kesahnya.
"SETUJU !!" Sorak semua orang
"REZAA !!" Kesal Gea
"Ayo Gea !" Suruh Reza
Gea ragu-ragu mengambil mic yang diberikan oleh MC. Ia sebenarnya tidak suka menyanyi didepan umum. Alunan musik mulai terdengar disetiap penjuru sekolah.
"Tak ku mengerti mengapa begini ?"
"Waktu dulu ku tak pernah merindu.."
"Tapi saat semuanya berubah..."
"Kau jauh dariku..pergi tinggalkan ku..."
"Mungkin memang ku cinta..."
"Mungkin memang ku sesali..pernah tak hiraukan rasamu dulu.."
"Aku hanya ingkari...kata hatiku saja..."
"Tapi mengapa cinta datang terlambat..."
Gea langsung menaruh mic itu dimeja lalu berlari keluar dari sekolah. Ia tidak bisa lagi menahan airmatanya. Gadis itu menangis dihalte dekat dengan sekolahnya.
"Kenapa tiba-tiba pergi ?" Tanya Seseorang yang berdiri dihadapan Gea.
Gea mengangkat kepalanya. "Lo ngapain disini ?!" Tanya Gea tak ramah meski suaranya terdengar serak.
"Lagu itu buat gue ?" Tanya orang itu lagi yang tak lain adalah Gio.
"Bukan !!" Ketus Gea bersiap pergi dari tempat itu tetapi Gio mengenggam pergelangan tangannya membuat Gea menghentikan langkahnya.
"LEPAS !!" Gea berusaha untuk melepaskan tangannya dari genggaman Gio.
"Gea dengar dulu !!" Suruh Gio
Gea menghentakan tangannya dan akhirnya terlepas. "Dengar apa lagi ?! Bukannya lo udah benci sama gue ?! Semua udah jelas Gio !!" Sinis Gea
"Sana balik !! Teresa pasti nungguin lo !!" Suruh Gea membalikkan tubuhnya membelakangi Gio.
"Lo cemburu ?" Tanya Gio
"GAK !!" Jawab Gea tegas, ia tidak mudah untuk mengakuinya.
"Gue pulang dulu !" Pamit Gea
"Besok gue berangkat ke Amerika." Ucap Gio membuat Gea menghentikan langkahnya.
Gea menoleh. "Lalu ?" Tanya Gea masih terbawa emosi.
"Lo gak mau ngucapin kata perpisahan ?" Tanya Gio menatap Gea sendu.
Gea menghela nafas. "Selamat tinggal Gio. Gue berharap lo bisa mewujudkan impian lo disana." Ucap Gea tulus
"Sampai jumpa lagi dilain hari." Gea melambaikan tangan lalu melangkah pergi.
Gio memejamkan matanya. Menghela nafas beberapa kali berusaha menahan gemuruh yang menikam hatinya. Setidaknya ia senang Gea mau berbicara dengannya meski hari ini akan menjadi pertemuan terakhir.
#36
"Selamat tinggal. Aku tidak akan menyesal pernah mengenalmu. Aku berharap kau akan hadir kembali dimasa depanku."
Ting..tong...
Suara bel rumah berbunyi. Gea baru saja mengganti pakaiannya setelah ia pergi begitu saja dari acara promnight. Suasana hatinya sangat kacau saat ini. Sedari tadi gadis itu lebih banyak melamun.
"GEA !!" Panggil Famela
"Iya mah." Gea keluar dari kamar menghampiri mamahnya diruang tamu.
"Ada Gio." Ucap Famela senang
Gea terdiam. "Ada perlu apa dia kesini ?" Tanya Gea
"Dia cuma bilang ingin ketemu kamu." Jawab Famela
"Udah sana temui Gio. Dia nunggu diteras." Suruh Famela
Gea mengangguk menuruti. Ia melihat Gio sedang duduk dikursi sambil menundukkan kepalanya. Gea menghela nafas beberapa kali untuk mengontrol emosinya.
"Ada apa ?" Tanya Gea berdiri diambang pintu.
Gio bangkit. "Gue mau balikin ini." Ucap Gio memberikan gelang berwarna putih dengan hiasan lonceng dikedua sisinya.
"Kenapa bisa ada di lo ? Gue cari-cari ini dari kemarin." Tanya Gea bingung
"Gelangnya jatuh didepan ruang kepala sekolah." Jawab Gio jujur
"Makasih." Gea mengambil gelangnya dari tangan Gio.
"Udah kan ?" Tanya Gea sinis
"Belum." Jawab Gio
"Apa lagi ?"
"Gue...boleh..peluk lo sekali aja sebelum gue pergi ?" Tanya Gio ragu-ragu
Kedua mata Gea membulat sempurna. Ia berpikir sejenak kemudian setelah itu menganggukkan kepalanya.
Gio mendekati Gea. Kemudian meraih gadis itu kedalam pelukannya. Ia sangat merindukan Gea yang dulu tetapi keadaannya sudah berbeda.
Gea ragu-ragu membalas pelukan Gio. Tetapi kemudian ia meletakkan tangannya dibelakang punggung Gio. Ia juga sebenarnya tidak rela Gio pergi. Ia menahan tangisnya agar tidak pecah.
Gio menjauhkan tubuhnya dari Gea. "Makasih." Ucapnya
Gea dapat melihat mata Gio memerah. "Iya." Jawab Gea
"Mungkin kita gak akan ketemu selama lima tahun ke depan." Gio menghela nafas. "Makasih sepuluh tahun persahabatannya. Sangat indah..meski gue yang menghancurkannya sendiri." Ucap Gio menundukkan kepalanya.
Gea terdiam. Ia mengepalkan tangannya kuat-kuat berusaha untuk tidak menangis.
"Gue juga gak tau, setelah kepulangan gue dari Amerika..kita akan bertemu lagi atau gak ?" Ucap Gio berusaha tersenyum meski yang terlihat hanya senyuman getir.
Gea tetap diam. Ia ingin mencegah Gio tetapi ia juga tidak ingin menjadi penghalang Gio untuk mewujudkan impiannya.
Gio menghela nafas. "Gue tau lo gak akan mengubah keputusan." Lanjutnya
"Tetapi waktu dapat mengubah perasaan seseorang. Gue yakin suatu hari nanti, entah kapan ? Gue bisa menjadi pemilik hati lo seutuhnya." Ucap Gio penuh keyakinan
"Kenapa lo se-yakin itu ?" Tanya Gea tetap tanpa eskpresi meskipun hatinya menjerit menahan tangis.
"Karena yang gue rasain sekarang, lo ingin mencegah gue pergi tapi hati lo masih berperang melawan ego." Jawab Gio
"Yaudah gue pulang dulu. Udah malam, lo juga pasti ingin istirahat." Pamit Gio
Gio melangkahkan kakinya berlalu dari hadapan Gea.
"Ohh ya, gue lupa." Ucap Gio saat hampir mendekati pintu gerbang. Ia berbalik lagi menghampiri Gea.
Gea hanya diam mendengarkan semua perkataan Gio.
Gio menghela nafas pelan. "Happy birthday Gea." Ucap Gio tulus
Gea menatap sayu. Ia tidak menyangka Gio selalu mengingat hari ulang tahunnya meskipun Gea sudah berlaku kasar pada Gio tetapi pria itu tidak pernah membencinya.
Gio mengeluarkan sebuah kotak dari saku celananya. "Ini hadiah dari gue." Gio memberikan kotak itu pada Gea. "Gak apa-apa kalau lo gak mau pakai tapi gue mohon terima ini." Mohon Gio
Gea mengambil kotak itu dengan ragu. "Yaudah gue pulang dulu." Pamit Gio, ia melangkahkan kakinya perlahan.
"GIO !!" Panggil Gea tiba-tiba
Gio menoleh ke belakang. "Makasih." Ucap Gea dengan airmata yang perlahan jatuh membasahi pipinya meski dibibirnya terukir senyuman yang tulus.
#37
"Ketika seseorang pergi jauh, ia meninggalkan kenangan yang tidak akan lekang oleh waktu."
Gea masuk ke dalam kamarnya. Ia meringkuk bersandar dibalik pintu. Airmata masih mengalir membasahi pipinya menatap kotak pemberian Gio. Ia membuka kotak itu perlahan. Gea terperangah melihat sepasang anting berwarna biru muda didalam kotak itu. Ada secarik kertas dibawah anting itu.
"Anting ini gue beli 6 bulan yang lalu. Tadinya gue ingin kasih anting ini setelah selesai UN. Gue ingin lo pakai diacara promnight tapi ternyata keadaannya malah seperti ini. Tapi gue senang Tuhan tetap adil. Acara promnight bertepatan dengan ulang tahun lo. Jadi gue punya alasan buat ngasih anting ini ke lo sebagai hadiah dari gue. Semoga lo suka dengan pemberian gue yang sederhana ini. Maaf gue udah ngerusak persahabatan kita. Lo boleh benci gue tapi gue gak bisa benci lo."
From Revan Gionino
Gea memejamkan matanya sejenak. "Gue suka hadiah dari lo. Dan gue gak benci lo. Gue cuma takut sama perasaan gue sendiri. Gue takut lo pergi." Ucap Gea lirih
***
Matahari menerobos dari balik kaca jendela. Gea terbangun karena suara jam weker yang memekakan telinganya. Jam menunjukkan pukul 8 pagi. Gea terperanjat dan bersiap untuk pergi ke rumah Gio.
Sesampainya disana, Gea tidak melihat siapapun. Rumah Gio seperti tidak ada penghuni. Ia menekan bel berkali-kali tetap tidak ada jawaban.
"Orangnya lagi pergi kak. Tadi bawa koper sepertinya akan pergi jauh." Ucap seorang anak kecil yang melintas didepan Gea. Dan rumahnya bersebelahan dengan rumah Gio.
"Bukannya jadwal keberangkatannya jam 10." Batin Gea
"Oh iya makasih dek." Ucap Gea tersenyum
Gea memutuskan untuk pergi ke pantai, tempat yang sering ia datangi bersama Gio. Ia sebenarnya ingin pergi ke bandara menemui Gio untuk terakhir kalinya tetapi percuma karena kemungkinannya sangat kecil ia bisa menemukan Gio diantara ratusan orang yang berlalu lalang disana.
Gea menatap ombak yang sedang berkejaran ditengah pantai lalu menerjang batu karang. Ia teringat dengan ucapannya saat ia meluapkan seluruh amarahnya kepada Gio. Ia menyesal karena ombak itu kini telah mengikis batu karang dan membawa kikisannya mengalir jauh ke tengah pantai.
"Kamu benar, waktu bisa merubah perasaan seseorang. Kamu berhasil Gio !! Kamu berhasil meruntuhkan ego-ku." Ucap Gea tersenyum miris, bendungan air terlihat disudut matanya.
Tanpa Gea sadari ada seseorang yang memperhatikannya. Airmata mengalir membasahi pipinya tetapi senyuman masih melekat dibibirnya. Untuk pertama kalinya ia menangis seperti ini. Ada sebuah kalung dalam genggamannya.
"Ayo berangkat ! Nanti kita terlambat." Ucap wanita paruh baya dibelakangnya.
Ia cepat-cepat menghapus air matanya. "Iya." Jawabnya
Ia menjatuhkan kalung itu dihamparan pasir lalu pergi dengan berat hati.
Gea bangkit dari duduknya. Ia mulai melangkah meninggalkan pantai tetapi baru beberapa langkah kakinya menginjak sesuatu. Ia mengambil kalung berbentuk lumba-lumba dengan hiasan permata berwarna biru. Ia memandangi kalung itu dengan teliti. Tiba-tiba Gea teringat sesuatu yang membuat dadanya mendadak sesak seketika.
Flashback...
"Gio lihat deh kalung itu. Gue suka banget !! Tapi udah dibeli sama orang itu." Ucap Gea menunjuk ke toko perhiasan.
"Mana ?" Tanya Gio antusias
"Itu lho..yang kalungnya bentuk lumba-lumba ditambah ada permatanya warna biru. Ihh..cantik banget !!" Ucap Gea heboh
"Ohh itu..udah nanti kita cari ditempat lain." Suruh Gio
"Iya." Ucap Gea pasrah
Flashback end..
Gea teringat kenangan satu tahun yang lalu saat ia sedang jalan-jalan dimall bersama Gio.
Gea mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Gio. Ia berlari kesana kemari dengan airmata yang kembali membasahi pipinya.
"GIO !!" Panggil Gea
Gea tidak menemukan keberadaan Gio. Ia meringkuk menangis diatas pasir putih sambil memegangi kalung itu.
"Kenapa kamu selalu mewujudkan semua keinginanku sementara aku selalu menyakitimu padahal kamu hanya meminta satu hal dariku." Batin Gea
"GIO !!!!!!!!"
Gio tersadar dari lamunannya. Ia dapat merasakan Gea sedang memanggil namanya.
"Ayo kita sudah sampai !" Ucap Hendra
Gio mengangguk. Ia mengeluarkan koper dari bagasi mobilnya.
"Hati-hati disana ya." Pesan Marisa
"Iya mah." Jawab Gio
"Dah....kakak !!" Ucap Della menangis
Gio dengan berat melangkah menuju terminal keberangkatan. Ia akan meninggalkan keluarganya terutama orang yang dicintainya yaitu Gea.
"Semoga lo bersedia nunggu gue Ge." Batin Gio
#38
"Sebagai kata maaf biarkan aku menunggumu disini berteman dengan setumpuk rindu."
********************************
"Hai kak Gea !!" Ucap Della yang sedang duduk disofa.
Gea baru saja turun dari kamarnya. Ia terkejut dengan kedatangan Marisa dan Della dirumahnya.
"Hai Della." Sapa Gea tersenyum
"Kak main yuk ke rumah Della !" Ajak Dela
Famela memberi isyarat agar Gea menerima ajakan Della. "Iya Del." Jawab Gea
"Yeay...ayo kak." Ucap Della dengan semangat
***
"Kak, Della bosen !" Kesal Della
"Terus Della ingin apa ? Kak Gea buatin gambar yang bagus deh. Nanti Della yang warnain ya." Ucap Gea meraih buku gambar yang ada ditangan Della.
"Jangan kak !!" Larang Della menarik pergelangan tangan Gea.
"Kita ke kamar kak Gio aja yuk kak." Ajak Della bangkit dari duduknya.
"Jangan Del ! Gak boleh sembarangan masuk kamar orang lain !" Larang Gea
"Tapi kak Gio itu kakaknya Della bukan orang lain." Jawab Della lugu
"Ayo kak !" Rengek Della
Gea menghela nafas pasrah."Iya Del iya." Ucap Gea mulai berdiri mengikuti saja keinginan Della.
Della membuka perlahan-lahan pintu kamar Gio. Ia langung berlari menaiki kasur milik kakaknya itu sedangkan Gea terperangah melihat isi didalam kamar Gio. Ini baru pertama kalinya ia memasuki kamar Gio meskipun mereka sudah lama bersahabat karena Gio selalu melarangnya.
Gea tersenyum. "Ini kamar atau gallery foto ?" Tanya Gea dalam hati.
"Dan ini kamar kamu atau kamar aku sih ?! Kenapa penuh dengan foto-foto aku." Lanjutnya
Gea menatap foto-foto dirinya yang menempel di dinding kamar Gio. Ia beralih ke meja belajar Gio, terdapat mading kecil yang dibuat pria itu untuk menempelkan foto mereka berdua. Mata Gea tertuju pada sebuah miniatur perahu dengan tulisan "Geavara Annaletta".
Gea tersenyum dengan mata berkaca-kaca. "Sangat indah Gio." Batin Gea.
Tangan Gea tidak sengaja menyentuh secarik kertas diatas buku berwarna hitam. Awalnya Gea ragu untuk membukanya tetapi karena rasa penasarannya, Gea terpaksa membukanya.
To : Geavara Annaletta
Jika hari itu datang padaku. Saat kita dipertemukan kembali. Akan ku ucapkan kata yang tak pernah tersampaikan. Aku adalah senja yang tak akan pernah bisa meraih pagi karena ia terlalu jauh untuk ku sentuh. Ketika bahagiamu terbit bersama fajar, aku harus rela tenggelam menemui gelapnya malam. Begitu banyak pertanyaan yang ingin ku utarakan tetapi aku hanya butuh jawaban atas satu pertanyaanku. Pernahkan kau menginginkan kehadiranku seperti aku menginginkan kehadiranmu dalam hidupku ? Hanya satu pertanyaan saja. Aku tidak minta kau membalas perasaanku. Aku hanya minta kau menjawab satu pertanyaanku itu. Maaf Gea jika aku lancang mencintaimu.
Gea menutup mulutnya rapat-rapat. Ingin rasanya ia menjerit meluapkan semua penyesalannya tetapi Gea teringat kalau diruangan itu ia sedang bersama dengan Della. Ia hanya bisa menangis dalam diam.
"Kak Gea lagi baca apa ?" Tanya Della tiba-tiba berdiri disamping Gea.
Gea cepat-cepat menghapus air matanya. "Bukan apa-apa Del." Jawab Gea
"Kak Gea nangis ?" Tanya Della lagi
"Gak Del." Jawab Gea berbohong
"Oh..yaudah yuk ke kamar Della lagi. Della ngantuk ingin tidur. Kak Gea temani Della tidur ya." Pinta Della
"Iya Del." Ucap Gea menuruti saja keinginan Della.
#39
"Aku adalah dermaga yang akan menunggu perahu yang bukan lagi menepi melainkan menetap."
"Sampai kau kembali...
"Cintaku takkan berhenti...
"Setia menanti apapun yang terjadi...
"Sampai kau kembali...
"Cintamu jangan berpaling...
"Setia menanti...sampai kita bertemu lagi...
Alunan lagu terdengar dari kamar Gea. Gadis itu tengah merebahkan tubuhnya dengan posisi telungkup. Airmata terus mengalir membasahi bantal tidurnya.
"Aduhh..kenapa lagunya melow banget sih !!" Gerutu Gea
"Galau berat !!" Kesal Gea
"Jangan galau kamu gak akan kuat. Bahagia saja." Ucap Famela yang tiba-tiba sudah berdiri didepan pintu.
Gea sontak terkejut lalu mendengus kesal. "MAMAH !!" Teriak Gea kesal
"Kenapa lagi ?" Tanya Famela duduk ditepian tempat tidur.
Gea tidak menjawab. Ia justru menenggelamkan wajahnya dibantal. "Arrghh...." Gea menggeram kecil karena suaranya teredam oleh bantal.
"Hm..kan udah sering mamah ingatin. Awas menyesal ! Sekarang terbuktikan ?" Ucap Famela
Gea menatap Famela. "Uhh..mamah jangan bikin Gea tambah merasa bersalah !!" Rengek Gea
"Haha..iya sayang." Ucap Famela mengelus rambut Gea.
"Kamu harus yakin Gio gak akan pernah menyerah semudah itu. Dia akan kembali untuk kamu." Ucap Famela berbisik ditelinga Gea.
Gea terdiam dan mencoba percaya ucapan Famela. Gio akan kembali untuk menemuinya.
"Kenapa kamu gak telepon Gio aja ?" Tanya Famela
"Gea gak mau bikin Gio gak fokus kuliah disana. Kalau Gea telepon Gio sekarang pasti dia akan kepikiran terus. Gea akan tunggu Gio kembali aja. Minta maaf secara langsung lebih baik daripada melalui telepon." Ucap Gea dengan keyakinan penuh.
"Ya sudah. Sekarang kamu tidur !" Suruh Famela
"Besok kamu akan ikut tes masuk fakultas kedokteran kan ?" Tanya Famela mengingatkan.
"Iya mah." Jawab Gea
"Selamat malam mah." Ucap Gea mulai menaikan selimutnya hingga sebatas pinggang.
"Selamat malam sayang." Ucap Famela tersenyum. Setelah itu keluar dari kamar Gea.
***
Gea sudah siap dengan seragam lengkap putih abu-abunya. Ia akan datang untuk mengikuti tes kuliah di universitas pilihan pihak sekolah. Ya...Gea menerima jalur undangan itu.
"Berangkat sekarang ?" Tanya Rico yang sedang bersandar dipintu mobil.
"Ayo kak !" Ucap Gea semangat
"Bagus. Yang semangat tesnya biar lulus." Ucap Rico menyemangati.
"Ok kak." Ucap Gea mengacungkan ibu jarinya.
Gea melangkah dengan semangat menuju ruang ujian. Karena terlalu bersemangat ia sampai menabrak seseorang didepannya.
"Aduh..maaf ya." Ucap Gea merasa bersalah.
Orang itu pergi begitu saja. Gea tidak dapat melihat wajahnya karena tertutup tudung jaket.
"Eh..ini buku kamu !!" Teriak Gea saat melihat sebuah buku dibawah kakinya.
Orang itu tidak menghiraukan ucapan Gea. "Hm..yaudah aku simpan aja kali ya." Pikir Gea.
***
Satu hari berlalu.....
"Gimana hasilnya ?" Tanya Famela antusias
Gea memasang wajah sedih lalu menundukkan kepalanya.
"Gak lulus ya ?" Tanya Reno
"AKU LULUS TES !! HAHAHA..." Ucap Gea bahagia.
"Wahh..selamat !!" Ucap Rico yang baru saja datang dan langsung duduk disofa.
"Kamu hebat !!" Puji Famela lalu memeluk Gea.
Reno hanya tersenyum melihat kebahagiaan anaknya.
"Belajar yang rajin !" Suruh Rico
"Ok siap kapten !" Ucap Gea tersenyum.
Gea sangat merindukkan Gio. Andai saja dia ada disini pasti Gea akan lebih bahagia lagi.
"Aku akan menunggumu seperti mentari yang setia menunggu fajar dari batas senja. Meskipun terasa sulit, aku akan tetap berjalan mengikuti alur waktu, hingga kita bertemu."
-Geavara Annaletta
#40
"Meskipun banyak orang baru yang ku temui, kamu tetap tidak akan terganti."
Hari ini, hari pertama kegiatan ospek. Gea dan teman-teman satu ruangan sedang berada dilapangan meskipun tidak terasa panas karena masih pagi. Gea sedikit ketakutan menatap wajah para senior yang terlihat dingin tanpa ekspresi.
"Ini hari pertama kalian ospek. Jika ada yang tidak mengikuti peraturan maka bersiap mendapatkan hukuman !!" Ucap salah satu senior bernama Danu.
Gea sudah hafal hampir semua nama senior yang menjadi panitia ospek. Hanya satu senior yang belum ia tahu namanya karena dia terlalu tertutup bahkan ia tidak mau memperlihatkan wajahnya dan selalu menutupinya dengan tudung jaket.
"Rama !! Lo bantu ngomong dong !!" Kesal salah satu senior perempuan bernama Metha kepada senior misterius itu.
"Jangan ditutupin terus tuh wajah !!" Lanjutnya
"Gue gak mau wajah gue jadi tontonan." Jawab Rama
"Emang lo ganteng banget ?!" Sindir Metha
"Iyalah." Jawab Rama lagi
"Cihh..kepedean yang haqiqi." Sindir Metha lagi
Rama mendengus kesal. Ia membuka tudung jaketnya dan memang benar dia yang paling tampan diantara semua senior laki-laki. Dengan iris mata berwarna hijau entah ia menggunakan soft lens atau tidak. Gea jadi teringat dengan Teresa yang juga berbeda dari yang lain karena iris matanya.
"Wow..neng terpanah bang !! Sangat silau !!" Sindir Metha lalu memutar bola matanya kesal.
"Gue ganteng kan ?" Tanya Rama
"GAK !!" Ucap Metha tegas
"Heyy..kalian berdua jangan berdebat terus !" Larang Danu
"Kelihatannya mereka asik juga." Pikir Gea
***
Jam istirahat telah tiba. Semua anggota ospek membubarkan dirinya menuju ruangan masing-masing. Gea melihat para senior yang tadi menjadi panitia ospek sedang berkumpul disatu meja. Gea membawa buku yang kemarin jatuh saat bertabrakan. Dan Gea yakin orang itu adalah Rama.
"Permisi kak." Ucap Gea ragu-ragu
"Ohh..iya ada apa ?" Tanya Danu ramah.
"Saya...sebenarnya ingin bicara dengan kak Rama." Jawab Gea gugup
"Ram, tuh ada yang mau bicara sama lo !" Ucap Meta menyikut lengan Rama.
"Mau bicara apa ?" Tanya Rama dingin bahkan tanpa menatap Gea.
"Hm..saya-----."
"Ayo ! Jangan disini !" Larang Rama
Rama berjalan lebih dulu dan Gea hanya mengikuti. Ternyata pria itu berhenti ditaman kampus dan duduk dikursi taman.
"Duduk !" Suruh Rama
"I..iya kak." Jawab Gea sedikit takut. Gea mengambil duduk disamping Rama.
"Apa ?" Tanya Rama singkat
"Ini buku kakak yang jatuh kan ?" Tanya Gea
"Kenapa kamu yakin itu buku aku ?" Rama balik bertanya.
"Karena kakak selalu nenutup wajah kakak, sama seperti pria yang aku temui waktu itu." Jawab Gea jujur
"Sekali bertemu, kamu langsung mengenali aku ya ?"
"I..iya mungkin."
"Iya, ini buku aku. Makasih ya." Ucap Rama tersenyum.
Gea sedikit terkejut. Ia pikir Rama adalah tipe pria yang dingin, cuek, dan tidak mudah tersenyum.
"Iya sama-sama kak." Jawab Gea balas tersenyum.
"Nama ?" Tanya Rama
"Geavara annaletta." Jawab Gea
"Pasti dipanggil Gea." Tebak Rama
"Haha..iya."
"Aku Rivald Ramayudha." Ucap Rama memperkenalkan dirinya.
"Kenapa dipanggil Rama bukan Rivald aja ?" Tanya Gea dengan lugunya.
"Ribet." Jawab Rama singkat
Gea terkekeh pelan. Tanpa Gea sadar Rama sedari tadi berbicara dengannya tidak pernah mengalihkan pandangannya dari Gea.
"Cantik." Gumam Rama
"Apa kak ?" Gea dapat mendengarnya samar-samar Rama sedang mengajaknya bicara.
"Gak. Angin lewat." Jawab Rama membuat Gea tersenyum kembali.
#41
"Aku bukan pasir yang bisa terbawa dengan mudah tetapi aku batu karang yang tetap berdiri kokoh."
Tidak terasa kegiatan ospek akan segera usai. Besok akan ada acara peresmian sebagai mahasiswa dan mahasiswi baru.
"Gea !!" Panggil seseorang
"Iya kak Rama." Jawab Gea menoleh kebelakang.
"Pulang sama siapa ?" Tanya Rama
"Sendiri." Jawab Gea
"Ayo aku antar ! Sekalian temani aku ke toko buku." Ajak Rama
Gea sendiri bingung dengan sikap Rama belakangan ini. Tetapi ia menuruti saja karena menghormati Rama sebagai seniornya.
"Iya kak." Jawab Gea
Saat ditoko buku, Gea merasa sangat bosan tetapi ia mencoba bersikap biasa. "Gea, kamu gak mau cari buku ?" Tanya Rama tiba-tiba
"Gak kak." Jawab Gea
Gea menatap iris mata Rama. "Kenapa natap nya begitu ?" Tanya Rama salah tingkah
"Iris mata kakak asli ?" Tanya Gea curiga.
"Coba kamu cabut !" Suruh Rama
"Gak mau."
"Ini asli Geaaa." Gemas Rama menunjuk matanya.
Gea terkekeh pelan. "Aku pikir kakak pakai soft lens." Ucap Gea
"Mau aku bisikin gak ?" Tanya Rama tersenyum picik.
"GAKK !!" Kesal Gea ketakutan
"Aku cuma mau bisikin kamu sesuatu." Ucap Rama tersenyum melihat ekspresi Gea.
"Yaudah cepat !" Kesal Gea
Rama mendekatkan bibirnya ke telinga Gea lalu mulai membisikan sesuatu.
"Gea, I Love You." Bisik Rama lalu menjauh kembali.
Gea mematung ditempat. Ia justru mendengar ucapan Gio saat pertama kali menyatakan perasaannya. Suara itu terus menggema ditelinga Gea.
"Gue jatuh cinta sama lo."
Nafas Gea terlihat tidak beraturan. "TIDAKKK !!!" Teriak Gea lalu berlari keluar dari toko buku.
"Eh..Gea !!" Panggil Rama kebingungan. Ia pun berlari mengejar Gea.
Gea berhenti didepan toko buku. Emosinya tidak stabil, ia menghela nafas beberapa kali. "GIO !!" Panggil Gea dengan mata berkaca-kaca.
Rama berhenti dibelakang Gea saat mendengar Gea memanggil nama Gio. Ia memejamkan mata sejenak lalu mulai mendekati Gea perlahan.
"Gea, aku minta maaf." Ucap Rama tulus
"Gak apa-apa kak." Jawab Gea mulai sedikit tenang.
Sebelum pulang mereka mampir terlebih dahulu ke coffee shop. Rama ingin mencari tahu lebih banyak tentang masa lalu Gea.
"Hm..Gio itu pacar kamu ya ?" Tanya Rama berhati-hati
"Bukan." Jawab Gea
"Lalu kenapa reaksi kamu seperti tadi ?" Tanya Rama mulai ke inti pembicaraan.
"Ohh..sebelumnya aku minta maaf. Aku memang sedang menunggu seseorang dan aku sangat yakin dia pasti kembali." Ucap Gea yakin sepenuh hati.
"Emang dia ada dimana sekarang ?" Tanya Rama lagi
"Amerika." Jawab Gea
"Amerika itu jauh banget lho..kamu yakin dia akan kembali ?"
"Sangat yakin."
"Ok." Ucap Rama pasrah
"Ucapan kakak saat ditoko buku tadi hanya bercanda kan ?" Tanya Gea tiba-tiba.
"Jangan dipikirin ! Aku gak serius !" Jawab Rama santai
Gea sangat lega sekarang. Ia tidak peduli seberapa banyak orang yang mendekatinya, hatinya sudah ia tutup rapat. Sementara itu Rama sedikit kecewa, untuk kedua kalinya ia harus mengikhlaskan seseorang.
"Yaudah yuk pulang !" Ajak Rama
"Iya kak." Jawab Gea menyetujui
Setelah sampai didepan rumah Gea. Ternyata pintu gerbang terbuka lebar. Terlihat Famela sedang bersantai diteras. Ia menatap curiga anaknya pulang bersama seorang laki-laki.
"Itu siapa ?" Tanya Famela setelah Rama pergi.
"Itu kak Rama. Senior dikampus Gea." Jawab Gea jujur
"Oh..udah move on ceritanya." Sindir Famela
"Apaan sih mah !!" Kesal Gea
"Gea always waiting !" Lanjutnya sambil memasang wajah cemberut.
"Okay okay. I am understand." Jawab Famela tersenyum
#42
"Kedatanganmu kembali membawa luka dalam hati. Entah harus bahagia atau kecewa sendiri."
6 tahun kemudian....
"Dok, ada pasien gawat darurat di triase." Ucap salah satu perawat
Seorang dokter cantik menoleh. Wajahnya tertutup oleh masker. Dengan langkah cepat ia menuju triase (tempat untuk menentukan tingkat kegawat daruratan).
"Cepat pindahkan ke bed !" Suruh Dokter itu.
Troli tempat tidur didorong dihadapannya. Ia membelalakan matanya saat melihat wajah pasien itu.
"Gak mungkin !" Ucapnya lirih
"Apa yang terjadi dengannya ?" Tanya Dokter itu pada salah satu perawat.
"Kata warga yang membawanya. Dia mengendarai mobil dengan kecepatan sedang tetapi tiba-tiba jalurnya berbelok dan menabrak pagar pembatas jalan." Ucap perawat menjelaskan.
"Bersihkan lukanya !" Suruh Dokter itu lagi
Ia berjalan keluar dari ruangan lalu membuka masker yang menutupi wajahnya. "Dokter Anna, pasien sudah sadar !" Panggil seorang perawat yang tadi disuruhnya untuk membersihkan luka.
"Iya sebentar." Jawabnya
Tertera nama "Dr. Geavara Annaletta." di jas putih miliknya menandakan bahwa ia adalah salah satu personil tim medis. Ia mengambil stetoskop dan senter kecil lalu kembali ke ruangan tadi. Tidak lupa ia juga memakai maskernya kembali.
"Selamat siang pak Revan Gionino." Ucap Gea memasuki ruangan mawar kamar 204.
"Anda bisa mendengar suara saya ?" Tanya Gea berusaha senormal mungkin.
"Iya." Jawab Gio lirih
"Baiklah. Saya akan memeriksa keadaan bapak terlebih dahulu." Ucap Gea meminta kesediaan pasien.
Gio menganggukkan kepalanya lemah. Ia tidak sengaja menatap tanda pengenal di jas putih Gea.
"Gea..." Lirih Gio
"Sudah selesai membersihkan lukanya ?" Tanya Gea pada perawat disampingnya.
"Sudah Dr. Anna." Jawab perawat itu.
"Tolong panggilkan keluarga pasien !" Suruh Gea
Gea memeriksa mulai dari pernafasannya menggunakan stetoskop lalu mengecek apa ada luka lain selain dikepalanya. Gea bernafas lega karena Gio tidak terluka parah.
"Ada keluhan lain pak ?" Tanya Gea
"Kamu Gea ?" Gio balik bertanya
"Kenapa anda bisa berkata seperti itu ?" Tanya Gea mengulur waktu.
"Name tag kamu." Jawab Gio
Gea menatap name tag di jas. Ia berdecak kesal, ia tidak ingin bertemu Gio dalam keadaan seperti ini.
"Saya----."
"Gio !! Kamu kenapa jadi seperti ini !!" Ucap Marisa melangkah cepat mendekati Gio yang sedang terbaring.
"Gio, lo kenapa ?" Tanya Teresa berdiri disamping Marisa.
"Gue gak apa-apa." Jawab Gio lalu tersenyum.
Gea tersenyum sinis."Kau adalah ombak sedang aku batu karang. Kau lihat batu karang itu terkikis sudah. Tetapi kau beralih kepada pasir yang dapat kau bawa dengan mudah." Batin Gea
Gea baru menyadari keberadaan Teresa. Ia menahan untuk tidak menangis disini. "Ibu tenang saja. Pasien hanya luka kecil. Besok pagi sudah diperbolehkan pulang." Ucap Gea, memang tidak sopan berbicara dengan keluarga pasien ketika masih menggunakan masker. Tetapi ia terpaksa harus menyembunyikan wajahnya untuk saat ini. Setidaknya Gea hanya melakukannya sekali dan itu pada keluarga Gio.
"Makasih dok." Jawab Marisa
"Makasih banyak dok." Ucap Teresa tersenyum.
Saat Gea melangkah untuk keluar dari ruangan. Sebuah tangan menggenggam pergelangan tangan Gea.
"Kamu Gea kan ?" Tanya Gio terus-menerus
Gea memejamkan matanya sejenak lalu membalikkan tubuhnya. "Semua tim medis disini panggil saya Anna bukan Gea." Jawab Gea ketus
"Gak mungkin nama kamu sama dengan Gea." Sangkal Gio
Gea memutar pergelangan tangannya agar terlepas dari genggaman Gio. "Permisi." Ucap Gea lalu keluar dari ruangan.
"Mah, dokter tadi itu Gea !" Ucap Gio yakin.
"Mamah akan coba bicara dengannya. Kamu tunggu disini ya !" Suruh Marisa
"Teresa jaga Gio sebentar !" Lanjutnya
"Iya tante." Jawab Teresa
Marisa keluar dari ruangan untuk mencari dokter yang diyakini Gio adalah Gea tetapi ia tidak menemukan keberadaannya.
"Dokter yang tadi merawat anak saya dimana ya sus ?" Tanya Marisa pada salah satu perawat.
"Pasien baru tadi ya bu ?" Tanya perawat
"Iya sus." Jawab Marisa
"Ohh..Dr. Anna ? Waktu jaganya sudah habis, baru saja dia pulang. Mungkin masih ada dicafe dekat rumah sakit sedang makan siang." Jawab perawat
"Makasih sus." Ucap Marisa lalu bergegas pergi ke cafe dekat rumah sakit.
Sesampainya disana, Marisa terkejut melihat Gea sedang bersama teman-temannya. Bahkan ia memakai pakaian yang sama dengan dokter yang merawat Gio, hanya saja ia tidak memakai jas putihnya.
"Gea !!" Panggil Marisa memasuki cafe dan mendekati meja yang ditempati Gea bersama teman-temannya.
#43
"Ternyata keyakinanku benar, kau kembali bersama perasaanmu yang dulu."
"Gea !!"
Gea menoleh ke sumber suara. Matanya membuka sempurna melihat siapa yang ada dihadapannya.
"Ta..tante Marisa." Ucap Gea terbata-bata.
"Kenapa kamu menghindar ?" Tanya Marisa terbawa emosi.
"Maksud tante apa ?" Tanya Gea berpura-pura tidak tahu.
"Kamu kan dokter yang tadi merawat Gio ?!" Tanya Marisa tak ramah.
"Kenapa Anna ?" Tanya teman-temannya.
"Gue ada urusan bentar. Kalian tunggu disini dulu !" Pamit Gea lalu berdiri dan mengajak Marisa untuk bicara berdua.
"Maafin Gea tante. Tapi Gea gak mau ngerusak kebahagiaan Gio lagi. Udah ada Teresa sekarang." Ucap Gea menundukkan kepalanya.
"Teresa hanya berteman dengan Gio !" Ucap Marisa menjelaskan.
"Gio masih terus mencari kamu. Saat dia datang kerumah kamu, mamah kamu berkata kalau sekarang kamu tinggal di asrama."
"Mau sampai kapan kamu menghindar ?!"
"Masih membenci hal yang sudah terjadi 6 tahun yang lalu ?!"
Gea terdiam saja. Ia sendiri tidak mengerti apa yang terjadi padanya saat ini.
"Gea gak menghindar tante. Gea gak pernah membenci Gio. Gea ingin bertemu Gio diwaktu yang tepat bukan dalam keadaan yang seperti ini." Jawab Gea jujur
"Baiklah. Tapi tante mohon jangan buat Gio kecewa lagi. Dia seperti ini pasti karena terlalu memikirkan cara mencari keberadaan kamu." Pinta Marisa
"Iya tante."
Marisa pergi meninggalkan cafe. Perasaan Gea campur aduk saat ini. Sedih, bahagia, kecewa, dan penyesalan semua menjadi satu. Ia sangat mudah terbawa emosi dan mulai saat ini Gea harus bisa berpikir dewasa.
***
Malam harinya, Gea kembali kerumahnya. Ia sangat merindukan tempat ternyaman yang penuh dengan kenangan masa kecilnya.
Ting...tong...
Gea menekan bel rumahnya. Tak lama pintu gerbang terbuka. "GEA !!" Ucap Famela lalu memeluk Gea.
"Mamah, Gea kangen." Ucap Gea
"Ayo masuk sayang !" Suruh Famela
Gea membawa kopernya ke dalam rumah. Ia menaiki anak tangga memasuki kamarnya. Gea melangkah menuju balkon kamarnya. Tiba-tiba Gea melihat Gio ada didepan gerbang rumahnya. Ia langsung masuk ke dalam kamar lagi sebelum Gio melihatnya.
Gea mendengar samar-samar suara Famela sedang berbicara dengan Gio. Langkah kaki terdengar semakin dekat ke kamarnya.
"Gea ! Ada Gio diruang tamu." Panggil Famela dari balik pintu.
Gea belum siap bertemu dengan Gio. Ia berlari masuk ke dalam kamar mandi lalu menguncinya. Karena tidak terdengar jawaban, Famela membuka pintu kamar Gea yang tidak terkunci. Ia tidak melihat Gea dikamarnya.
"Gea !!" Panggil Famela lagi.
"Iya mah !!" Jawab Gea dari kamar mandi.
"Kamu dimana ?" Tanya Famela
"Gea dikamar mandi mah." Jawab Gea
"Ya sudah. Cepat mandinya !" Suruh Famela lalu keluar dari kamar Gea.
Setelah itu Gea keluar dari kamar mandi. Ia berlari ke tempat tidur lalu menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.
"Kamu masuk aja ke kamar Gea." Ucap Famela dari luar kamar.
Gea mendengar suara pintu dibuka. "Gea sepertinya tidur." Ucap Famela melangkah mendekati tempat tidur.
Gea berpura-pura tidur. Ia berusaha setengah mati menahan tawa. Sebenarnya ia sedang membuat rencana.
Famela membuka selimut Gea hingga wajah Gea terlihat. "Gea bangun !" Suruh Famela
"Hm.." Gea hanya bergumam seperti merasa tidurnya terusik.
"Udah gak apa-apa tante. Mungkin Gea butuh istirahat." Ucap Gio pasrah
"Tapi kamu ingin bertemu Gea kan ?" Tanya Famela
"Lihat Gea baik-baik aja, Gio udah bahagia." Jawab Gio tersenyum.
Setelah Gio dan Famela keluar dari kamar Gea. Gadis itu membuka kedua matanya lalu tersenyum.
"Ternyata Gio masih seperti dulu." Ucap Gea lirih
#44
"Mengapa rasa kebencian itu masih tersimpan meski waktu telah berlalu ?"
Udara dingin menerpa cukup kencang menelusup dari balik jendela. Tirai berterbangan tertiup angin. Seseorang duduk disofa dengan pikiran yang melayang jauh seperti tertiup angin.
Suara pintu kamar terbuka menyadarkan dari lamunannya. Ia menoleh ke arah pintu dengan tatapan malas.
"Kenapa Del ?"
"Kak Gio belum tidur ?" Tanya Della
"Belum ngantuk." Ucap Gio
"Yaudah Della temani begadang." Ucap Della tersenyum lalu duduk disamping Gio.
"Cih..emang kuat ? Paling jam 11 udah tepar." Sindir Gio
Della berdecak kesal. "Oh ya.. kakak mau tanya boleh ?" Tanya Gio
"Gak boleh !! Della lagi marah !!" Ketus Della
Gio terkekeh pelan. "Nanti gak kakak kasih boneka lho.." Ancam Gio
"KAKAK !!!" Teriak Della kesal
"Makanya jawab dulu pertanyaan kakak !" Suruh Gio
"Iya. Cepat !" Suruh Della ketus
"Kemana kertas yang ada diatas buku diary kakak ?" Tanya Gio
"Diambil kak Gea." Jawab Della santai.
"Apa ?! Jadi kak Gea masuk ke kamar kakak ?!" Ucap Gio terkejut
"Iya, Della yang ngajak." Jawab Della jujur
"DELLA !!" Kesal Gio menutup wajahnya dengan kedua tangan.
"Kenapa kak ?" Tanya Della penasaran.
"Kakak malu !! Kak Gea pasti marah foto-fotonya terpasang diruangan ini !!" Ucap Gio frustasi
"Gak. Kak Gea justru senang bahkan dia nangis baca kertas yang kakak tulis." Ucap Della dengan lugunya.
"Serius kamu ?" Tanya Gio menatap adiknya dengan penuh harap.
"Iya, Della jujur kak." Ucap Della tersenyum
"Yaudah Della mau tidur." Della keluar begitu saja dari kamar Gio.
***
"Dr. Gea ada ?" Tanya Gio pada salah satu perawat yang melintas dihadapannya.
"Dr. Gea ?" Perawat itu mulai berpikir.
"Ohh..maksudnya Dr. Anna." Lanjutnya
"Iya Dr. Anna." Jawab Gio
"Hari ini dia jaga di ranap." Ucap perawat itu memberi informasi.
"Ranap ?" Tanya Gio tak mengerti
"Ruang rawat inap." Ucap perawat menjelaskan.
"Ada perlu apa ?" Lanjutnya
"Saya perlu bicara dengannya. Bisa tolong panggilkan ?"
"Baiklah tunggu sebentar."
Gio menunggu diruang tunggu. Tak lama Gea datang untuk menemuinya. Gadis itu berdecak kesal karena Gio menganggunya saat jam kerja.
"Kenapa dia jadi nyebelin sih ! Menganggu saat jam kerja !" Gerutu Gea dalam hati.
"Pura-pura masih benci aja deh." Pikir Gea.
"Ngapain ke sini ?" Tanya Gea ketus, gadis itu bersandar di dinding dengan kedua tangan dilipat didepan dada.
"Lepas masker !!" Suruh Gio
"Lho..apa masalahnya ? Aku ini tim medis jadi aku gunain ini, sebagai alat pelindung diri." Jawab Gea logis
"Tapi kamu membawa penyakit dimasker kamu itu !! Diruangan kamu boleh gunakan tapi diluar ruangan harus dilepas !!" Timpal Gio membuat Gea diam tak berkutik.
"Iya." Ucap Gea pasrah, ia membuang masker itu ke tong sampah.
Gio tersenyum picik. "Kenapa tambah cantik ?" Goda Gio
Gea mendengus kesal. "Belajar ngegombal dimana kamu ?" Sindir Gea.
"Code blue..code blue..."
Gea terkejut mendengar pemberitahuan dari speaker. Ia bersiap untuk berlari kembali menuju ruangan tempat ia berjaga sebagai dokter jaga.
Gio menahan lengannya. "Mau kemana ?" Tanya Gio
"Kamu gak dengar itu ada code blue artinya ada kegawat daruratan medis. Aku harus cepat !! Pasti ada pasien yang kondisinya memburuk !!" Ucap Gea terlihat tergesa-gesa.
Gio melepas genggamannya dilengan Gea. "Ok." Jawab Gio pasrah.
Gea kembali memakai masker di saku jasnya lalu berlari masuk ke ruangan sedangkan Gio hanya menatap gadis itu dari jauh.
#45
"Jika kau ingin dengar kejujuran, aku akan membawa kembali senyummu yang telah hilang."
"Yes..besok tanggal mainnya !!" Ucap Gea sangat bahagia.
"Tanggal main apa ?" Tanya Famela sudah berdiri didepan pintu kamar Gea.
"Aishh..mamah !!" Kesal Gea
"Belum tidur ? Udah malam lho.." Tanya Famela saat melihat anaknya masih terjaga padahal jam menunjukkan pukul 11 malam.
"Tidur jam 12 aja. Besok Gea libur." Jawab Gea
"Kamu sedang membuat rencana apa ?" Tanya Famela penasaran.
"Besok itu ulang tahun Gio. Dari kemarin Gea itu sengaja gak mau ketemu Gio, biar dia nyangka Gea masih benci padahal Gea sedang membuat rencana untuk merayakan ulang tahunnya." Ucap Gea menjelaskan.
"Oh..mamah paham sekarang." Ucap Famela mengangguk mengerti.
"Kamu udah kasih tau orang tua Gio ?" Tanya Famela
"Pokoknya semua udah beres." Ucap Gea tersenyum
"Yaudah sekarang kamu tidur ! Nanti bangunnya kesiangan." Suruh Famela
"Iya mah." Jawab Gea lalu merebahkan tubuhnya dikasur.
***
Raja siang menampakkan wajahnya malu-malu. Suara kicauan burung menambah suasana pagi menjadi lebih indah. Deru ombak terdengar disetiap penjuru pantai. Angin yang bertiup kencang menerpa wajah seseorang yang sedang duduk termenung dihamparan pasir. Ia melempar batu-batu kecil disekitarnya ke tengah pantai.
"Kenapa Gea masih menghindar ? Dia masih benci gue ? Ternyata dia benar, meruntuhkan batu karang tidaklah mudah."
"Pagi-pagi udah stay disini aja ?" Sindir seseorang dibelakang Gio.
Gio menoleh. "Teresa ! Ngapain disini ?" Tanya Gio tak ramah.
"Mau temani kamu. Kasihan sendirian terus." Ejek Teresa
"Cihh.." Kesal Gio
"Lo pasti lagi mikirin gue ?" Tanya Teresa percaya diri
"Percaya diri banget mbak !" Sindir Gio menahan kesal.
"Gue sangat merindukan Gea. Tapi sepertinya dia masih benci gue." Ucap Gio lirih, ia kembali menatap ombak yang menerjang batu karang.
"Kenapa lo berpikiran seperti itu ?"
Gio merasa suara Teresa berubah seperti suara Gea. Gio sangat mengenali suara Gea. Ia menoleh lagi ke belakang tetapi yang terlihat tetap Teresa yang sedang tersenyum kepadanya. Ia berpikir itu hanya perasaannya saja.
"Kenapa Gio ?" Tanya Teresa
"Gak apa-apa. Tadi gue merasa dengar suara Gea." Jawab Gio jujur
Teresa kembali tersenyum. "Gea ada disini !" Ucap Teresa tiba-tiba.
"Lo jangan bohong hanya karena ingin membuat gue senang !" Larang Gio
"Gue gak bohong !!" Ucap Teresa tegas
Teresa tiba-tiba menyingkirkan dirinya ke samping. Dibelakang tubuhnya sedari tadi sudah berdiri Gea yang sedang membawa kue beserta lilin yang menyala diatasnya.
"HAPPY BIRTHDAYY !!!" Ucap Gea tersenyum manis.
Gio terperangah tidak percaya. Perlahan ia berdiri dan mendekati Gea. "Lo rencanain ini sejak kapan ?" Tanya Gio menatap tajam.
"Hm..sejak kapan ya ?" Ucap Gea pura-pura berpikir sambil menaruh telunjuk di dagunya.
"Sejak...2 hari yang lalu." Jawab Gea dengan tatapan sayu.
"Lo udah gak benci gue ?" Tanya Gio lagi
"Oops..tiup lilinnya dulu !" Suruh Gea
"Jawab pertanyaan gue dulu !" Suruh Gio dengan nada meninggi.
"Tiup lilinnya dulu !!" Suruh Gea dengan tatapan tajam.
Gio menghela nafas pasrah. Akhirnya, ia meniup lilin itu dengan cepat. Tiba-tiba suara tepuk tangan bergema ditelinganya. Gio mengedarkan pandangannya lalu berdecak kesal.
"Jadi semua orang tau rencana lo ?!" Tanya Gio kesal
"Iya dong." Jawab Gea santai
"Cuma gue yang gak ?"
"Iyalah. Kalau gue kasih tau lo, namanya bukan kejutan !" Ucap Gea ketus
"Jangan ngobrol terus !! Disini kami sudah menunggu kue !!" Ucap Reza tak tahu malu.
Gio mengambil kue itu dari tangan Gea. "Nih buat lo." Ucap Gio memberikan semua kuenya kepada Reza.
"Ayo ikut !!" Suruh Gio menarik pergelangan tangan Gea menjauhi semua orang. Ia ingin berbicara empat mata dengan Gea.
#46
"Aku sebenarnya mencintai, hanya saja aku pandai mengingkari kata hati."
"Ayo ikut !!" Suruh Gio menarik pergelangan tangan Gea menjauhi semua orang. Ia ingin berbicara empat mata dengan Gea.
Gea menuruti saja. Ia mengikuti Gio yang entah membawanya kemana. Mereka berhenti ditepian pantai hanya berjarak beberapa meter saja dari tempat sebelumnya.
"Jawab pertanyaan gue !! Lo udah gak benci gue ?!" Tanya Gio meluapkan seluruh emosinya.
"Gak." Jawab Gea tanpa menatap Gio, ia justru menatap ke tengah pantai.
"Lihat gue !! Lo bicara sama siapa ?!" Suruh Gio
Gea menoleh menatap Gio. Ia dapat melihat mata Gio memerah. Pria itu pasti sangat kesal dan kecewa.
"Kenapa lo gak cegah gue dulu saat gue akan pergi ke Amerika ?" Tanya Gio mulai sedikit tenang.
"Buat apa ?! Lo juga tetap akan pergi kan ?!" Tanya Gea dengan mata berkaca-kaca.
Gio terdiam. "Tapi setidaknya gue punya keyakinan kalau lo punya perasaan yang sama." Ucap Gio lirih
"Iya Gio. Gue dari dulu gak benci lo. Gue cuma mengingkari kata hati gue. Gue takut lo pergi." Jawab Gea mulai meneteskan airmata.
"Tapi gue bodoh ! Gue justru membuat lo semakin jauh dari gue." Lanjutnya
"Beri gue kesempatan sekali lagi !" Pinta Gio
"Itu harusnya kalimat gue !" Timpal Gea
"Gue gak suka lo meminta. Karena perempuan itu seharusnya dikejar bukan mengejar." Ucap Gio
"Dulu lo berjanji membawa gue ke seberang sana melewati jembatan yang sudah hampir rapuh setelah lo memilih tiada dari tatapan mata." Ucap Gea menatap Gio lekat.
"Sekarang buktikan ucapan lo ! Kesempatan pertama mungkin bisa terlewatkan tetapi tidak dengan kesempatan kedua karena setelahnya tidak akan ada kesempatan ketiga." Lanjutnya
"Akan gue perbaiki jembatan itu, agar dapat kita lewati bersama." Jawab Gio lalu tersenyum.
Gea merasakan pipinya memanas. Ia sangat malu sekarang. Ia berusaha menahan untuk tidak tersenyum dengan menggigit bibir bawahnya. "Gue kesana dulu !" Ucap Gea pergi begitu saja sambil menundukkan kepalanya.
Gio terkekeh pelan melihat Gea salah tingkah seperti itu. "GEA !! I LOVE YOU !!" Teriak Gio mendekatkan kedua tangan ke wajahnya.
Gea sontak menghentikan langkahnya lalu membalikkan tubuhnya menghadap Gio. Pria itu tersenyum manis sambil melangkah mendekatinya.
Gea merasakan pipinya semakin memanas sepertinya sudah berubah warna bak kepiting rebus. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangan. Gea sangat malu ditambah suara riuh semua orang yang menyaksikan. Gea benar-benar sangat malu sekarang.
Gio hanya bisa tertawa melihat tingkah Gea. Ia sudah berdiri tepat dihadapan Gea. Tangan pria itu terulur mengacak-ngacak rambut Gea lalu meraih Gea kedalam pelukannya.
"Ciee...iri nih gue lihatnya !!" Ucap Reza bersorak mengejek. Gea dapat mendengar suara itu dengan jelas.
"Ciee..SJP !! Sahabat jadi pacar !!" Ejek Ressa
"Pajak Jadiannya jangan lupa !!" Ucap Teresa lalu tertawa
Gea semakin menyembunyikan wajahnya. Apalagi ditambah dengan yang dilakukan Gio saat ini. Gea hanya bisa berdecak kesal dan menggerutu sendiri.
"Anting dan kalungnya lo pakai ?" Tanya Gio berbisik ditelinga Gea.
"Iya..karena gue suka." Ucap Gea mulai membuka kedua tangan yang menutupi wajahnya.
"Suka orang yang ngasihnya atau suka kalung sama antingnya ?" Ucap Gio sengaja menggoda Gea.
Gea mendorong pelan tubuh Gio agar menjauh darinya. "Lo jangan kayak gini !! Lama-lama lo bisa bikin gue pingsan !!" Kesal Gea
Gio terkekeh. "Gak masalah dong. Gue kan pacar lo sekarang." Ucap Gio percaya diri.
"Ohh ya ? Tapi kan gue belum jawab kalau gue mau jadi pacar lo." Sindir Gea tersenyum mengejek.
"Gue yang maksa kali ini !" Kesal Gio membuat Gea tertawa melihat wajah kesal Gio.
"Segala bentuk pemaksaan, tidak dibenarkan oleh dunia." Ucap Gea logis.
"Yaudah gue tembak lo lagi sekarang." Ucap Gio pasrah. Maksudnya tembak adalah menyatakan perasaannya kembali.
"Dalam hukum internasional, seorang tim medis tidak boleh dibunuh walau dalam peperangan sekalipun." Ucap Gea melantur
Gio terperangah. "Siapa yang mau bunuh lo ?" Tanya Gio heran dengan pemikiran Gea.
#47
"Pantai ini adalah kenangan yang menyimpan segala cerita tentang kita."
Gio terperangah. "Siapa yang mau bunuh lo ?" Tanya Gio heran dengan pemikiran Gea.
"Tadi lo bilang tembak !" Timpal Gea sangat logis.
"Ok ralat. Gue akan nyatain perasaan lagi disini ! Sekarang !" Ucap Gio penuh penekanan.
"Ok. I know..I know.." Ucap Gea
Gio meraih tangan Gea lalu mengenggamnya erat. Gea sangat terkejut dan terus menundukkan kepalanya. Ia menarik tangannya dengan cepat membuat Gio menatapnya bingung.
"Kenapa ?" Tanya Gio bingung dengan perlakuan Gea.
"Lo gak malu !! Kita jadi tontonan sekarang !!" Kesal Gea berbicara dengan suara seperti berbisik.
Gio mengedarkan pandangannya. Kemudian ia tersenyum picik. "Aku biasa aja tuh ! Kayaknya kamu yang baper deh." Sindir Gio
"Aku ? Kamu ? Ihh..kenapa bicara lo jadi aneh !! Bahasa planet mana itu !!" Ucap Gea membuat Gio tertawa terbahak-bahak.
"Sepertinya jantung lo lagi berdetak kencang. Makanya otak lo gak berfungsi." Ucap Gio disela tawanya. Gea menatap kesal pria yang ada dihadapannya. "Ishh..jangan ketawa !!" Kesal Gea melipat tangannya didepan dada.
"Iya sayang." Ucap Gio lalu tersenyum manis.
Blush ! Gea merasakan pipinya memanas kembali. Bagaimana bisa Gio berubah menjadi pria yang suka menggombal. Sangat menyebalkan sekali bagi Gea. Rasanya ia ingin menghilang saja dari tempat ini daripada terus meladeni pria dihadapannya meskipun Gea sebenarnya menyukainya tetapi tetap saja kalau seperti ini terus ia bisa pingsan jika lama-lama disini.
"Gue sepertinya perlu selotip !!" Pikir Gea membuat Gio berhenti tertawa.
"Buat apa ?" Tanya Gio
"Biar lo diam !!" Kesal Gea
"Gue akan diam setelah lo jawab pertanyaan gue !" Ucap Gio menatap tajam Gea.
"Yaudah apa pertanyaannya ?" Tanya Gea mendengus kesal.
"Yang tadi, pernyataan cinta gue. Lo mau gak jadi pacar gue ?" Tanya Gio mengulang
"Hm..GAKK !!" Ucap Gea lalu berlari menghampiri teman-temannya.
"Kenapa jawabannya masih sama ?!" Protes Gio
"Jawab Za !!" Suruh Gea
"Lahh..kenapa gue ?! Kan yang mau pacaran lo berdua. Kalau gue yang jawab, berarti Gio pacaran sama gue dong." Ucap Reza
"IDIHH..AMIT-AMIT ZA !!!!" Teriak Gio lalu menghampiri Reza dengan tatapan tajam.
"Ok..ok sorry." Ucap Reza memperlihatkan sederetan gigi putihnya.
"Sini !!" Suruh Gea kepada Gio
Gio dengan malas menghampiri Gea. Pasti gadis itu akan mengerjainya lagi. "Sini gue bisikin sesuatu." Ucap Gea
"Kenapa harus bisik-bisik tetangga ?" Tanya Gio dengan wajah datar.
"Gak ada tetangga disini. Mereka pada dirumahnya semua tuh !!" Ucap Gea memasang wajah lugu.
Gio menepuk dahinya frustasi. "Sepertinya lo kebanyakan hafalin anatomi tubuh manusia. Makanya ucapan lo makin aneh." Ucap Gio
"Sini gue bisikin !!" Kesal Gea
"Iya." Gio mendekatkan telinganya. Gea mulai membisikan sesuatu. "Maksud aku tadi itu...Gak nolak." Bisik Gea membuat Gio tersenyum penuh arti.
"Wahh..senyum-senyum. Bikin rencana apa lo berdua ?" Ejek Reza
Gea menatap Reza tajam. "Ikut campur aja nih terong belanda !!" Sindir Gea membuat Reza cemberut. "Sakit... hati abang !!" Ucap Reza membuat yang lain ikut tertawa.
"Kami mendukung hubungan kalian." Ucap Famela lalu disetujui oleh Marisa dengan anggukan kepala.
"Jangan lupa undangannya." Ucap Reza mengingatkan.
"Apaan sih !! Gue tuh masih mau kuliah lagi. Gue belum dapat gelar S2, doctor (S3), dokter spesialis." Ucap Gea tanpa jeda.
"Udah iyahin aja !" Suruh Gio pada Reza.
Gea memukul perut Gio membuat pria itu meringis kesakitan. "Auhh..sakit Ge !!" Ringis Gio memegangi perutnya.
"Bodo amat !!" Kesal Gea melipat tangannya didepan dada.
***
Gea masih berada dipantai. Semua teman-teman dan keluarganya sudah pulang lebih dulu. Kini bukan airmata lagi yang menemaninya disini tetapi senyuman yang menjadi teman setia. Gea sudah mendapatkan kembali kebahagiaannya.
"Masih betah disini ?" Tanya seseorang yang sudah berdiri disampingnya.
Gea menengadahkan kepalanya. "Lo belum pulang ?" Gea balik bertanya.
"Gue tega gitu ninggalin pacar gue disini sendirian ?" Ucap Gio sambil duduk disamping Gea.
Gea tersenyum. "Makasih...untuk semua yang pernah lo lakuin buat gue." Ucap Gea tulus.
"Lo sadar gak ? Pantai ini menyimpan banyak cerita tentang kita. This is beach love story telling." Ucap Gea menoleh menatap Gio sambil tersenyum.
"Hm.." Jawab Gio menganggukkan kepalanya.
"Kita memulai persahabatan dipantai ini. Disini, pertama kali gue benci lo. Disini, kita dipertemukan kembali. Disini juga, kita memulai hubungan yang baru. Bukan sebagai sahabat lagi tetapi sebagai sepasang kekasih." Ucap Gea lirih menatap jauh ke tengah pantai. Air menggumpal disudut matanya.
Gio menggenggam erat tangan Gea. "Kita masih bisa menjadi sahabat tetapi lebih tepatnya sahabat hidup." Ucap Gio disaksikan oleh deburan ombak yang menerjang batu karang lalu berakhir ditepian menyapu pasir putih. Ditemani senja yang indah diujung pantai dan kini tinggal menunggu kebahagiaan yang akan terbit bersama fajar untuk membuka lembaran baru yang akan menjadi awal kisah mereka. Meninggalkan lembaran sebelumnya yang penuh dengan kebencian dan airmata.
************TAMAT*************