Jam tiga pagi keluarga Kalila, Tante Daisy, dan beberapa penduduk yang lain akan mengikuti instruksi dai Kina. Sebelumnya Kalila memberikan sebuah pil penghilang ingatan setelah satu hari berlalu. Dia tidak bisa membocorkan rahasia keluarganya dan rahasia Tante Daisy. Mereka harus bekerja sebaik mungkin.
“Baik, kita mulai proyek kali ini. Saya dan keluarga saya akan memberikan tanaman yang perlu kita tanam di perbatasan. Tanaman ini akan menjadi pertahanan kita di awal. Tante Daisy akan mengerakkan tanaman untuk merusak peralatan berat mereka,” jelas Kina. Satu kelompok itu kemudian mengikuti Tante Daisy untuk menanam di daerah tetebuan.
“Untuk bagian tengah, para penari nanti akan menyambut mereka dengan tari-tarian. Usahakan semua orang mendapatkan bagian untuk mencicipi rasberi ini.” Kina memberikan masing-masing lima buah biji rasberi yang sudah dia campurkan dengan ramuan belladonna kemarin ke dalam mangkok penari. “Jangan sampai kalian terkena buah ini atau kalian akan tertidur di tengah acara.”
Para penari itu berbalik mengangguk setuju dan bersiap untuk latihan kembali. Mereka memisahkan diri.
Selanjutnya untuk bagian pertahanan samping, dia meminta para pemanah untuk memakai ketapel dan menggunakan peluru dari serbuk bunga. Beruntungnya teman-temannya mau menemaninya.
“Jika mereka memberontak, kalian bisa menembaknya.” Para teman-teman segrupnya mengangguk setuju. Mereka memakai kain penutup agar tidak terlihat, sekaligus menjaga identitas mereka. Takut-takut yayasan akan mengetahui kelakuan mereka.
Pinan, Arvensis, dan Gyn berdiri di belakang dan mengamati. Mereka memastikan semua orang sudah masuk dan mengikuti aturan yang ada.
“Kamu yakin semua ini sudah cukup?” tanya Pinan dengan cemas. Dia takut semua ini akan gagal karena tidak banyak orang yang menentang keinginan Walikota Baron.
“Semoga cukup, Bu.” Kina berdoa dalam hatinya. Berharap semua akan berjalan lancar dan mereka bisa hidup dengan tenang. “Semoga kita bisa tinggal di kota kecil ini dengan tenang setelahnya.”
Yonel dan Grafen masuk ke dalam rumah Kina dengan tergesa-gesa. Mereka terlihat kelelahan.
“Kalian ngapain di sini?” tanya Gyn. Dia lalu mengambil tisu dan memberikannya kepada kedua orang itu.
“Bukan hanya kalian yang sedang menyusun rencana. Om Baron juga sedang menyiapkan banyak preman untuk menjaganya.”
Kalila meremas tangannya. Dia tidak membayangkan rencana itu akan dipakai oleh walikota. Kalila hanya bisa pasrah setelah ini.
“Bu? Apa ibu masih punya biji tanaman yang lain? Kita bisa menanamnya di sepanjang rumah dan menaruh asap untuk mengaburkan pandangan.”
“Ibu sudah menyiapkan cengkeh untuk membuat asap. Kamu tenang saja. Sekarang biar ibu dan ayah yang mengurusnya. Nanti kita akan bilang ke Tante Daisy setelah semua peralatan berat dihancurkan.
***
Tidak seperti rencana yang telah disepakati. Walikota Baron datang pada satu jam lebih dahulu. Dia benar-benar membawa semua preman berbadan besar. Kina hanya diam dan menatapnya berjalan memasuki tengah kota. Dia sedang mengawasi di atas bukit. Benar yang disampaikan Yonel, mereka sudah siap dengan membawa peralatan berat.
“Kalian bunyikan kembang apinya,” ucap Kina setelah Walikota Baron turun dari mobil.
Kembang api yang dibunyikan oleh Yonel dan Grafen itu sebagai pertanda untuk Tante Daisy melancarkan aksinya. Terlihat sulur-sulur tanaman mulai muncul dan membelit seluruh peralatan berat itu.
Walikota baron dihadang oleh penari-penari. Wajahnya terlihat marah dan tidak suka. Apalagi penari-penari itu memberikan buah rasberi kepada semua orang. Dia menolaknya tapi tidak dengan preman-preman yang terpesona dengan kecantikan para penari.
Beberapa detik setelahnya preman itu terjatuh dan tiba-tiba berhalusinasi. Ada yang berhalusinasi menjadi kaki, kuda, pintu, dan hal-hal aneh lainnya. Beberapa preman yang tidak mendapatkan buat rasberi mulai mengelilingi Walikota Baron.
“APA YANG SUDAH KALIAN BERIKAN INI?” Walikota Baron berteriak dengan murka. Wajahnya memerah dengan amarah yang meluap-luap. Para penari dan penduduk mulai memisahkan diri karena ketakutan.
“Kita lihat dia akan melakukan apa.” Kalila menyuruh Grafen untuk melemparkan satu kembang api di udara. Itu sebagai petanda untuk para pembidik. Mereka lalu melontarkan perluru-peluru yang sudah dibuat.
Sisa para preman yang lain langsung terkena alergi dengan serbuk itu. Kulit mereka melepuh dan gatal-gatal. Kalila puas dengan hal itu. Sayangnya Walikota Baron masih kebal.
“Apa yang dia pakai?”
“Sepertinya dia memakai penangkal, Kak,” tebak Yonel. Kina lalu berlari dengan cepat ke arah rumahnya. Terlihat asap pembakaran cengkeh sudah mulai menutupinya.
Sebelum Kina sampai di rumahnya. Tubuh Walikota Baron tiba-tiba terangkat di udara. Kina, Yonel, dan Grafen berhenti di tempatnya. Mereka terkejut sekaligus takjub. Pria paruh baya itu berdiri di atas permadani terbang.
“Gawat.”
“Kalian pikir saya tidak bisa melakukan lebih dari ini, Kina?” Walikota Baron itu menatap tajam ke arah Kina yang letaknya masih jauh dari tempat pria tua itu. Kina ketakukan sampai membuat air matanya menetes tanpa sadar.
“Hemm kamu takut kepada saya? Lalu kenapa berani merencakan ini semua?” Walikota Baron tersenyum dengan misterius. Matanya sekarang berubah menjadi warna merah. Tatapannya lebih tajam dan ingin membunuh Kina. “Kamu pikir saya tidak bisa melakukan hal yang lebih gila. Kamu diam di situ dan lihat apa yang saya bisa lakukan dengan tanaman itu.”
Walikota Baron lalu mengeluarkan sebuah kotak kubus transparan. Dia memutar-mutar kotak itu dan memastikan kodenya sudah sesuai.
“Kotak ini akan menyimpan semua inti tanaman obat kalian. Haha.”
“Jangan!!!” teriak Kina dan gadis itu berlari dengan air mata.