Kina berteriak dengan keras. Kedua orang tuanya langsung membuat sihir pelindung. Tante Daisy juga berlari ke tempat Walikota Baron berdiri. Wanita itu berkonsentrasi untuk menumbuhkan tanaman di sekitarnya.
“Kamu tidak ingin saya memasukkan seluruh inti tanaman obat itu ke dalam sini kan? Lalu kenapa kamu melawan saya?” Walikota Baron berbicara dengan datar kepada Kina.
“Melawan atau tidak melawan bukankah sama saja?” Kina menatap Walikota Baron dengan tajam. Matanya tidak bisa menyembunyikan kebenciannya.
“Kina, jangan memprovokasi dia,” ucap Pinan mengingatkan. Wanita itu masih berusaha mengumpulkan lapisan pelindung untuk memperkuat tanaman obat.
“Kamu memang pandai berbicara ya gadis manis?” Walikota Baron mengangkat wajah Kina dengan sihir benang merah. Senyuman misterius di bibir dengan bibir berkumis menambah kekejamannya.
Kina melirik Tante Daisy yang masih menumbuhkan setengah tanaman. “Tentu saja. Apa gunanya aku bisa berbicara jika tidak menegakkan keadilan?”
“Hemm menegakkan keadilan?” Walikota Baron mendudukkan dirinya di atas karpet dengan tetap memfokuskan kotak transparan itu berputar-putar. Dia juga sedang mengulur waktu untuk mengaktifkan kotak itu.
“Kamu tidak pantas untuk menjadi walikota bukan?” Kina menaikkan bibir, dia berniat mengejek walikota itu.
“Hemm semakin menarik ya kamu anak kecil.” Walikota Baron mendekatkan karpetnya menuju tempat Kina berada.
“Kenapa? Anda ingin melakukan sesuatu kepada saya? Bagaimana jika saya melakukan sesuatu juga dengan keponakan Anda?” Kina mengancam pria paruh baya itu.
“Menarik, kamu berani mengancam saya.” Walikota Baron lalu menjauh kembali. Kotak yang dia pegang sudah siap untuk dipakai.
Kina melirik Tante Daisy dan ibunya. Mereka sudah siap untuk melakukan perlawanan. Kina menganggukkan kepalanya memberi isyarat kepada keduanya. Tante Daisy langsung membelitkan tanaman ke kedua tangan Walikota Baron. Kotak itu masih tetap bergerak di tempatnya. Pinan langsung menarik kotak itu.
“Kalian berani melakukan ini kepada saya? Kalian kira saya tidak memiliki hal yang lain?”
Walikota Baron berdiri dari duduknya dan menarik sulur itu dengan sekali hentakan. Tanaman yang menajdi induknya ikut tercabut. Dia menatap Tante Daisy dengan amarah.
“Kamu kira saya takut dengan kamu? Bukan berarti karena kamu memiliki pangkat yang tinggi bisa melakukan apa pun kepada saya dan penduduk sini.”
Tante Daisy lalu mengambil bunga-bunga yang ada di sampingnya. Dia kemudian meniup bunga itu. Senjata mematikan yang bisa dia keluarkan. Kelopak bunga itu berubah menjadi senjata yang mematikan. Sisi-sisinya seperti pisau yang tajam dan mampu melukai kulit manusia.
Walikota Baron menghindar dari kelopak bunga itu karena telah berhasil merobek kainnya. Walikota Baron limbung. Dia tidak bisa menjaga keseimbangannya. Amarah semakin menguasainya. Dia lalu mengeluarkan sebuah pil berwarna cokelat. Entah apa khasiatnya tapi pil itu berhasil membuat Walikota Baron menjadi lebih kuat dan tahan terhadap serangan bunga mawar Tante Daisy.
Kina yang tidak memiliki kekuatan apa pun tidak bisa membantu mereka. Dia hanya bisa melihat pertarungan itu dari kejauhan. Dia melirik gelang yang diberikan oleh ibunya. Seharusnya gelang itu bisa membantunya tapi dia tidak tahu apa yang bisa dia lakukan dengan gelang itu. Kina merasa sedih karena hanya bisa menatap mereka saling mengorbankan diri.
Kina melirik orang-orang yang bersembunyi di balik bukit. Dia mendekat ke arah Yonel dan Grafen. “Terima kasih telah membantuku dan penduduk lain sampai perjuangan ini. Sekarang aku ingin meminta bantuan kalian berdua untuk terakhir kalinya. Aku harap kalian bisa membantu penduduk untuk mencari tempat berlindung.”
“Kak, tapi pamanku masih ada di sana.” Yonel bersikeras. Grafen menepuk pundak laki-laki itu dan menggeleng.
“Kita tidak bisa melakukan apa pun, Yonel. Yang bisa kita lakukan hanya membantu penduduk untuk mengungsi saat ini. Perdebatan kali ini sepertinya bisa menghancurkan seluruh kota ini.”
“Benar apa kata Grafen. Kalian juga bisa terluka kalau harus berada di sini untuk waktu yang lama.”
“Tapi, Kak!” Grafen memegang lengan Yonel.
“Aku titip adik aku. Dia ada bersama penduduk yang lain. Tolong lindungin dia.” Grafen dan Yonel mengangguk dengan mantab. Mereka meninggalkan Kina yang masih mengamati pertikaian itu.
Sepeninggal Yonel dan Grafen, Kina berlari ke tempat orang tuanya. “Kita hancurkan kotak ini, Bu.” Kina hendak memegang kotak itu tapi dicegah oleh ibunya.
“Kotak ini tidak bisa semudah itu dihancurkan, Kin.”
“Lalu apa yang bisa kita lakukan, Bu?” tanya Kina khawatir. Dia tidak bisa melakukan apa pun. Kalila lalu melirik gelangnya. Dia menaruh gelang itu di atas kota. Seketika kotak itu bereaksi seperti perkiraannya. Kotak itu menghilang.
“Dia bisa menyerap barang berharga?” Arvensis berkata takjub.
“Aku juga baru tahu.”
Urusan telah selesai. Kina lalu menatap Walikota Baron dan Tante Daisy yang masih mencoba untuk menghalau Walikota Baron.
“Semua senjatamu tidak akan berguna kepadaku.” Walikota Baron berkata dengan sombong.
Kina maju ke depan. “Senjata memang tidak berguna kepadamu. Tapi … kotakmu sudah hilang bagaimana?”
Walikota Baron menghempaskan Tante Daisy dan membuatnya terlempar jauh. “Apa yang kau lakukan dengan kotak itu?” tanyanya dengan marah.
“Kamu tidak bisa melakukan apa pun tanpa kotak itu bukan?” Kina mengeluarkan smirk-nya.
“Kamu terlalu meremehkanku anak muda. Sebenarnya tanamanmu ini tidak berguna untukku. Haha.” Walikota Baron mengenggam tangannya dan mengeluarkan tinjunya. Secara ajaib dari langit muncul tangan besar dan berhasil menghancurkan pelindung yang dibuat oleh ibunya.
Walikota Baron lalu menarik semua tanaman obat dan membuat inti itu menghilang begitu saja. Tanaman obat milik keluarga Kina hilang begitu saja. Rumah yang dia tinggali kini jauh berbeda. Air matanya menetes dengan deras.
“Ibu, ayah, aku tidak bisa melindungi tanaman kita.”
“Tidak apa-apa. Kalila, tidak apa-apa.” Pinan dan Arvensis menenangkan kita.
“Hah, terlalu melelahkan bermain dengan orang-orang tidak berguna.” Walikota Baron hendak meninggalkan Kota Alkroma tapi dia melihat Kina yang berbakat. Dia lalu menarik Kina dengan menggunakan kekuatannya. “Kau seharusnya ikut saya. Jadi budak saya.”
“Tidak. Lepas. Ibu, ayah, aku pasti akan mengembalikan rumah kita seutuhnya seperti semula,” teriak Kina sebelum menghilang dari Kota Alkroma.