Loading...
Logo TinLit
Read Story - Di Punggungmu, Aku Tahu Kau Berubah
MENU
About Us  

Aku terlempar ke lantai kamar Aditya, kosong dari buku dan perlengkapan sekolah. Dia membongkarku begitu saja sepulang sekolah tadi, lalu duduk di lantai, membelakangi jendela yang dibiarkan terbuka meski senja menyemburkan hawa dingin ke dalam kamar.

Sudah seminggu sejak presentasi itu. Banyak yang memuji Aditya. Bahkan kepala sekolah ikut memberi apresiasi, menyebut forum “Teman Tak Terlihat” sebagai gerakan kecil yang berdampak besar. Tapi hari ini, senyum itu seolah lenyap. Ada yang aneh dengan Aditya.

Tadi pagi, sebelum berangkat sekolah, aku merasakan dia membongkar dan membanting beberapa buku ke dalam tubuhku tanpa rapi seperti biasa. Jemarinya gemetar waktu dia menutup ritsletingku. Langkahnya berat saat menggendongku.

Sepulang sekolah, Aditya langsung melempar tubuhku ke lantai dan duduk membisu selama lebih dari satu jam. Tidak membuka laptop. Tidak menyalakan lampu. Tidak menyapa neneknya. Hanya diam.

“Dit, makan dulu, Nak,” suara neneknya terdengar dari luar kamar.

“Sebentar, Nek,” jawabnya pelan.

Tapi tak ada gerakan. Tak ada niat membuka pintu. Setelah suara langkah neneknya menjauh, Aditya menunduk, memeluk lututnya. Bahunya berguncang pelan. Suara isakan tertahan memenuhi kamar.

Aku tak bisa berbuat apa-apa. Hanya diam di pojok, melihat bagaimana anak itu rapuh untuk pertama kalinya sejak semua orang menganggap dia kuat.

Aditya tidak datang ke sekolah keesokan harinya. Atau hari setelahnya. Aku tetap kosong, tergeletak di pojok kamar. Telepon genggamnya juga nyaris tidak disentuh.

Baru pada hari ketiga, dia membuka laptop. Aku pikir dia akan bermain atau membuka YouTube. Tapi bukan itu yang terjadi.

Dia membuka dokumen kosong, mengetik satu kalimat:

"Gue capek jadi simbol keberanian, padahal gue sendiri masih berantakan."

Ia menatap layar cukup lama. Lalu mulai mengetik lagi, lebih cepat:

"Mereka bilang gue inspiratif. Tapi gue ngerasa munafik. Gue bantu orang lain, tapi gue sendiri nggak tahu cara bantu diri gue sendiri."

Tangannya berhenti. Lalu, dengan suara parau, dia bicara seolah pada diriku:

“Kenapa harus gue? Kenapa semua beban kayaknya nempel terus di gue?”

Sore itu, Bu Ratih datang ke rumah. Mungkin karena dia menyadari absennya Aditya selama tiga hari. Nenek menyambutnya dengan ramah dan mengizinkan masuk ke kamar.

Aditya tidak menyangka. Dia buru-buru duduk tegak, mengusap wajahnya.

“Boleh Bu Ratih duduk?” tanya gurunya lembut.

Aditya mengangguk.

“Bu denger kamu nggak masuk. Semuanya baik-baik aja?”

Aditya menghela napas, lama. “Gue bingung, Bu. Semua orang bilang forum ini bagus, bahwa gue ngebantu banyak orang... tapi gue sendiri ngerasa makin hancur.”

“Kenapa kamu ngerasa makin hancur?”

“Gue kayak... kehilangan arah. Semua orang ngelihat gue sebagai ‘anak kuat’ itu. Padahal gue masih sering ngerasa kosong, takut, capek. Gue mulai ngerasa harus jadi kuat terus biar mereka nggak kecewa.”

Bu Ratih mendengarkan dengan tenang. “Itu wajar, Dit. Kamu manusia. Bukan simbol. Bukan penyelamat. Justru yang bikin forum kamu berarti adalah karena kamu juga sedang berjuang. Itu yang bikin kamu bisa ngerti orang lain.”

“Lalu kalau gue jatuh, siapa yang bantu gue?” suara Aditya nyaris pecah.

“Ada. Kami semua. Nenekmu. Teman-temanmu. Kamu nggak sendiri, Dit. Tapi kamu harus belajar minta tolong.”

Hari itu, Bu Ratih mengenalkan Aditya pada seorang konselor remaja, yang biasa membantu siswa dari sekolah lain dengan pendekatan empatik dan relaksasi. Pertemuan itu jadi awal baru.

Aditya sempat ragu. Tapi akhirnya dia mau bicara. Aku tahu karena ketika dia kembali ke kamar setelah sesi pertama, dia menulis di notes-nya:

“Ternyata menyembuhkan bukan soal cepat. Tapi soal jujur sama luka yang nggak kelihatan.”

Forum online mereka sempat hening seminggu. Tapi akhirnya, Aditya kembali menulis.

“Buat lo yang ngerasa harus selalu kuat supaya nggak ngecewain orang lain... mungkin hari ini, lo perlu bilang ke diri sendiri: ‘Nggak apa-apa kalau gue juga butuh pelukan.’”

Tulisan itu jadi entri terbanyak yang dikomentari bulan itu. Banyak yang bilang merasa lega. Banyak juga yang akhirnya berani cerita soal tekanan jadi anak sulung, atau jadi ‘teman tempat curhat’ yang capek sendiri.

Dan Aditya mulai sadar. Bahwa perjuangan menemukan jati diri bukan berarti harus selalu tahu jawabannya. Kadang, cukup dengan berani bertanya, “Gue kenapa, ya?” itu pun sudah langkah besar.

Malam itu, dia membereskan isi tubuhku: laptop, buku catatan, air minum, dan satu benda baru—sebuah jurnal kecil. Dia menyelipkannya dengan hati-hati.

“Mulai sekarang, kita bawa ini juga, ya,” gumamnya sambil menepuk punggungku.

Aku bukan sekadar ransel lagi. Aku adalah ruang penyimpan luka, cerita, dan perjalanan sunyi anak laki-laki yang sedang belajar mengenal dirinya. Dan malam ini, untuk pertama kalinya dalam minggu yang berat, Aditya tidur lebih tenang.

Karena dia tahu: menjadi kuat bukan berarti tak pernah goyah. Tapi berani bilang, “Aku butuh waktu.”

*** 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
MANITO
1364      934     14     
Romance
Dalam hidup, terkadang kita mempunyai rahasia yang perlu disembunyikan. Akan tetapi, kita juga butuh tempat untuk menampung serta mencurahkan hal itu. Agar, tidak terlalu menjadi beban pikiran. Hidup Libby tidaklah seindah kisah dalam dongeng. Bahkan, banyak beban yang harus dirasakan. Itu menyebabkan dirinya tidak mudah berbagi kisah dengan orang lain. Namun, ia akan berusaha untuk bertahan....
Bunga Hortensia
1643      97     0     
Mystery
Nathaniel adalah laki-laki penyendiri. Ia lebih suka aroma buku di perpustakaan ketimbang teman perempuan di sekolahnya. Tapi suatu waktu, ada gadis aneh masuk ke dalam lingkarannya yang tenang itu. Gadis yang sulit dikendalikan, memaksanya ini dan itu, maniak misteri dan teka-teki, yang menurut Nate itu tidak penting. Namun kemudian, ketika mereka sudah bisa menerima satu sama lain dan mulai m...
CTRL+Z : Menghapus Diri Sendiri
135      120     1     
Inspirational
Di SMA Nirwana Utama, gagal bukan sekadar nilai merah, tapi ancaman untuk dilupakan. Nawasena Adikara atau Sen dikirim ke Room Delete, kelas rahasia bagi siswa "gagal", "bermasalah", atau "tidak cocok dengan sistem" dihari pertamanya karena membuat kekacauan. Di sana, nama mereka dihapus, diganti angka. Mereka diberi waktu untuk membuktikan diri lewat sistem bernama R.E.S.E.T. Akan tetapi, ...
Loveless
7233      3416     609     
Inspirational
Menjadi anak pertama bukanlah pilihan. Namun, menjadi tulang punggung keluarga merupakan sebuah keharusan. Itulah yang terjadi pada Reinanda Wisnu Dhananjaya. Dia harus bertanggung jawab atas ibu dan adiknya setelah sang ayah tiada. Wisnu tidak hanya dituntut untuk menjadi laki-laki dewasa, tetapi anak yang selalu mengalah, dan kakak yang wajib mengikuti semua keinginan adiknya. Pada awalnya, ...
Warisan Tak Ternilai
581      238     0     
Humor
Seorang wanita masih perawan, berusia seperempat abad yang selalu merasa aneh dengan tangan dan kakinya karena kerap kali memecahkan piring dan gelas di rumah. Saat dia merenung, tiba-tiba teringat bahwa di dalam lingkungan kerja anggota tubuhnya bisa berbuat bijak. Apakah ini sebuah kutukan?
The Best Gift
42      40     1     
Inspirational
Tidak ada cinta, tidak ada keluarga yang selalu ada, tidak ada pekerjaan yang pasti, dan juga teman dekat. Nada Naira, gadis 20 tahun yang merasa tidak pernah beruntung dalam hal apapun. Hidupnya hanya dipenuhi dengan tokoh-tokoh fiksi dalam  novel-novel dan drama  kesukaannya. Tak seperti manusia yang lain, hidup Ara sangat monoton seakan tak punya mimpi dan ambisi. Hingga pertemuan dengan ...
H : HATI SEMUA MAKHLUK MILIK ALLAH
37      35     0     
Romance
Rasa suka dan cinta adalah fitrah setiap manusia.Perasaan itu tidak salah.namun,ia akan salah jika kau biarkan rasa itu tumbuh sesukanya dan memetiknya sebelum kuncupnya mekar. Jadi,pesanku adalah kubur saja rasa itu dalam-dalam.Biarkan hanya Kau dan Allah yang tau.Maka,Kau akan temukan betapa indah skenario Allah.Perasaan yang Kau simpan itu bisa jadi telah merekah indah saat sabarmu Kau luaska...
Pacarku Pergi ke Surga, Tapi Dia Lupa Membawa Buku Catatan Biru Tua Itu
1102      396     7     
Fantasy
Lily adalah siswa kelas 12 yang ambisius, seluruh hidupnya berputar pada orbit Adit, kekasih sekaligus bintang pemandunya. Bersama Adit, yang sudah diterima di Harvard, Lily merajut setiap kata dalam personal statement-nya, sebuah janji masa depan yang terukir di atas kertas. Namun, di penghujung Juli, takdir berkhianat. Sebuah kecelakaan tragis merenggut Adit, meninggalkan Lily dalam kehampaan y...
Tic Tac Toe
468      372     2     
Mystery
"Wo do you want to die today?" Kikan hanya seorang gadis biasa yang tidak punya selera humor, tetapi bagi teman-temannya, dia menyenangkan. Menyenangkan untuk dimainkan. Berulang kali Kikan mencoba bunuh diri karena tidak tahan dengan perundungannya. Akan tetapi, pikirannya berubah ketika menemukan sebuah aplikasi game Tic Tac Toe (SOS) di smartphone-nya. Tak disangka, ternyata aplikasi itu b...
FAYENA (Menentukan Takdir)
533      348     2     
Inspirational
Hidupnya tak lagi berharga setelah kepergian orang tua angkatnya. Fayena yang merupakan anak angkat dari Pak Lusman dan Bu Iriyani itu harus mengecap pahitnya takdir dianggap sebagai pembawa sial keluarga. Semenjak Fayena diangkat menjadi anak oleh Pak Lusman lima belas tahun yang lalu, ada saja kejadian sial yang menimpa keluarga itu. Hingga di akhir hidupnya, Pak Lusman meninggal karena menyela...