Loading...
Logo TinLit
Read Story - Hello, Me (30)
MENU
About Us  

Ada rasa yang pelan-pelan tumbuh. Bukan euforia. Bukan juga semangat menggebu. Tapi lebih seperti bara kecil di dada—hangat, tenang, dan hidup.

Untuk pertama kalinya setelah sekian tahun, aku menulis lagi.

Bukan laporan keuangan.

Bukan surat direktur.

Bukan rencana rumah tangga.

Tapi… puisi.

Sebuah bait kecil, kutulis di tengah malam ketika anakku sudah tidur dan dapur sudah rapi.

Kalimatnya sederhana, tapi saat selesai kutulis, jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya.

Bukan karena takut, tapi karena rindu. Rindu akan versi diriku yang dulu pernah bermimpi jadi penulis. Versi diriku yang dulu menulis di mading sekolah, dengan tangan penuh tinta dan hati yang penuh cerita.

Dari puisi, aku pindah ke cerpen. Dari cerpen, aku mulai menyusun satu demi satu bab novel yang belum tentu selesai. Tapi aku menulisnya dengan sepenuh hati. Karena setiap kata yang kutulis, membuatku merasa utuh. Tidak kosong. Tidak hampa.

Hingga suatu hari, aku menemukan info lomba menulis di Instagram. Temanya tentang kehilangan dan harapan. Tangan ini gatal ingin ikut. Hatiku pun langsung berdesir.

Tapi kepala ini penuh suara:

"Siapa kamu?"

"Udah tua."

"Siapa yang mau baca tulisan kamu?"

Aku hampir menghapus draft yang sudah separuh jalan.

Tapi entah kenapa, malam itu aku justru membuka jendela, memandang langit, dan berbisik pelan:

“Ya Allah, aku nggak minta menang. Aku cuma pengin berani.”

Maka kukirimkan juga tulisanku, meski dengan tangan gemetar. Aku tak bilang siapa-siapa. Tak mengumumkan apa pun. Hanya aku, Tuhan, dan mimpiku yang mulai bertunas.

Dan rasanya… luar biasa. Bukan karena aku merasa hebat. Tapi karena akhirnya aku berani melangkah.

Di usia tiga puluh ini, aku memang bukan siapa-siapa. Tapi aku adalah seseorang yang sedang belajar percaya lagi.

Bahwa mimpi itu boleh dimulai ulang.

Bahwa luka bisa jadi pupuk bagi harapan.

Aku mungkin belum sampai ke mana-mana. Tapi aku tahu, aku sedang menuju ke suatu tempat yang lebih dekat dengan jiwaku sendiri.

Lama aku tidak pernah merasa seperti ini.

Tiap malam, tanganku mengetik pelan di atas keyboard usang, tapi hatiku bergetar seperti baru saja menyalakan cahaya di ruangan yang lama gelap. 

Aku mulai mempublikasikan tulisan-tulisanku di platform online. Cerita pendek, puisi-puisi kecil yang dulu hanya aku simpan di folder ‘draf’, diam-diam aku unggah satu per satu.

Dulu aku bahkan ragu untuk membukanya kembali. Tapi sekarang, aku cukup berani untuk membiarkannya dibaca dunia.

Dan pelan-pelan, satu per satu komentar datang. DM dari pembaca yang bilang, “Kak, tulisannya bikin aku nangis.” Atau, “Aku merasa ditemani lewat kata-katamu.”

Aku terdiam setiap kali membacanya.

Aku? Yang dulu berpikir semua ini sia-sia?

Ternyata… bisa menyentuh hati seseorang hanya lewat kata-kata.

Beberapa puisiku yang aku kirim ke penerbit pun mulai lolos seleksi untuk diterbitkan. Bukan karya besar. Tapi cukup untuk membuatku merasa hidup.

Lebih hidup dari sekadar memenuhi target harian, lebih hangat dari sekadar gaji bulanan.

Ada hari-hari saat aku masih takut. Masih ingin bersembunyi.

Tapi ada juga pagi-pagi saat aku bangun dengan semangat baru:

Hari ini aku menulis. Hari ini aku hidup.

***

Suatu malam, aku membuka YouTube. Dan di sana, wajah Mbak Nana—Najwa Shihab—tampil penuh keyakinan. Kalimatnya menghantam seperti panah:

“Kalau mimpimu nggak bikin kamu gelisah, nggak bikin kamu takut, nggak bikin kamu deg-degan… berarti mimpimu nggak cukup besar.”

Aku mengulang bagian itu berkali-kali.

Deg-degan.

Takut.

Gelisah.

Ya. Aku merasa semuanya. Tapi untuk pertama kalinya, itu bukan karena aku takut gagal…

Melainkan karena aku benar-benar ingin berhasil.

Mbak Nana juga bilang—hidup bukan soal pencapaian jangka pendek. Kita juga harus mengizinkan diri mengejar mimpi jangka panjang. Yang benar-benar kita inginkan. Tanpa mengejar validasi siapa pun.

Aku terdiam lama.

Mungkin… inilah waktuku. Bukan untuk sempurna. Tapi untuk berani. Untuk percaya bahwa aku tak lagi hidup hanya untuk bertahan, tapi juga untuk bertumbuh.

Dan mungkin, akhirnya… untuk terbang.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Penantian Panjang Gadis Gila
272      215     5     
Romance
Aku kira semua akan baik-baik saja, tetapi pada kenyataannya hidupku semakin kacau. Andai dulu aku memilih bersama Papa, mungkin hidupku akan lebih baik. Bersama Mama, hidupku penuh tekanan dan aku harus merelakan masa remajaku.
Sweet Seventeen
984      709     4     
Romance
Karianna Grizelle, mantan artis cilik yang jadi selebgram dengan followers jutaan di usia 17 tahun. Karianna harus menyeimbangkan antara sekolah dan karier. Di satu sisi, Anna ingin melewati masa remaja seperti remaja normal lainnya, tapi sang ibu sekaligus manajernya terus menyuruhnya bekerja agar bisa menjadi aktris ternama. Untung ada Ansel, sahabat sejak kecil yang selalu menemani dan membuat...
May I be Happy?
468      307     0     
Inspirational
Mencari arti kebahagian dalam kehidupan yang serba tidak pasti, itulah kehidupan yang dijalani oleh Maya. Maya merupakan seseorang yang pemalu, selalu berada didalam zona nyamannya, takut untuk mengambil keputusan, karena dia merasa keluarganya sendiri tidak menaruh kepercayaan kepada dirinya sejak kecil. Hal itu membuat Maya tumbuh menjadi seperti itu, dia tersiksa memiliki sifat itu sedangka...
Pacarku Pergi ke Surga, Tapi Dia Lupa Membawa Buku Catatan Biru Tua Itu
629      284     7     
Fantasy
Lily adalah siswa kelas 12 yang ambisius, seluruh hidupnya berputar pada orbit Adit, kekasih sekaligus bintang pemandunya. Bersama Adit, yang sudah diterima di Harvard, Lily merajut setiap kata dalam personal statement-nya, sebuah janji masa depan yang terukir di atas kertas. Namun, di penghujung Juli, takdir berkhianat. Sebuah kecelakaan tragis merenggut Adit, meninggalkan Lily dalam kehampaan y...
Metafora Dunia Djemima
86      71     2     
Inspirational
Kata orang, menjadi Djemima adalah sebuah anugerah karena terlahir dari keluarga cemara yang terpandang, berkecukupan, berpendidikan, dan penuh kasih sayang. Namun, bagaimana jadinya jika cerita orang lain tersebut hanyalah sebuah sampul kehidupan yang sudah habis dimakan usia?
Ikhlas Berbuah Cinta
898      688     0     
Inspirational
Nadhira As-Syifah, dengan segala kekurangan membuatnya diberlakukan berbeda di keluarganya sendiri, ayah dan ibunya yang tidak pernah ada di pihaknya, sering 'dipaksa' mengalah demi adiknya Mawar Rainy dalam hal apa saja, hal itu membuat Mawar seolah punya jalan pintas untuk merebut semuanya dari Nadhira. Nadhira sudah senantiasa bersabar, positif thinking dan selalu yakin akan ada hikmah dibal...
Is it Your Diary?
160      127     0     
Romance
Kehidupan terus berjalan meski perpisahan datang yang entah untuk saling menemukan atau justru saling menghilang. Selalu ada alasan mengapa dua insan dipertemukan. Begitulah Khandra pikir, ia selalu jalan ke depan tanpa melihat betapa luas masa lalu nya yang belum selesai. Sampai akhirnya, Khandra balik ke sekolah lamanya sebagai mahasiswa PPL. Seketika ingatan lama itu mampir di kepala. Tanpa s...
Ameteur
82      75     1     
Inspirational
Untuk yang pernah merasa kalah. Untuk yang sering salah langkah. Untuk yang belum tahu arah, tapi tetap memilih berjalan. Amateur adalah kumpulan cerita pendek tentang fase hidup yang ganjil. Saat kita belum sepenuhnya tahu siapa diri kita, tapi tetap harus menjalani hari demi hari. Tentang jatuh cinta yang canggung, persahabatan yang retak perlahan, impian yang berubah bentuk, dan kegagalan...
Epic Battle
484      377     23     
Inspirational
Navya tak terima Garin mengkambing hitamkan sepupunya--Sean hingga dikeluarkan dari sekolah. Sebagai balasannya, dia sengaja memviralkan aksi bullying yang dilakukan pacar Garin--Nanda hingga gadis itu pun dikeluarkan. Permusuhan pun dimulai! Dan parahnya saat naik ke kelas 11, mereka satu kelas. Masing-masing bertekad untuk mengeliminasi satu sama lain. Kelas bukan lagi tempat belajar tapi be...
Tanpo Arang
38      32     1     
Fantasy
Roni mengira liburannya di desa Tanpo Arang bakal penuh dengan suara jangkrik, sinyal HP yang lemot, dan makanan santan yang bikin perut “melayang”. Tapi ternyata, yang lebih lemot justru dia sendiri — terutama dalam memahami apa yang sebenarnya terjadi di sekitar villa keluarga yang sudah mereka tinggali sejak kecil. Di desa yang terkenal dengan cahaya misterius dari sebuah tebing sunyi, ...