Loading...
Logo TinLit
Story Info - Senja di Balik Jendela Berembun
MENU
About Us  
Senja di Balik Jendela Berembun
Title : Senja di Balik Jendela Berembun
Category : Inspirational
Language : Bahasa Indonesia
Published : Jun 2025
Total Hits : 23
Total Readers : 23
Total Likes : 0
Status : On-Going
Total Pages : 4
Rating : -
Written by : kandel
Descriptions

Senja di Balik Jendela Berembun

Mentari merayap perlahan di balik awan kelabu, meninggalkan jejak jingga yang memudar di cakrawala. Hujan turun rintik-rintik sejak sore, membasahi kaca jendela kamar yang berembun. Di baliknya, Arya duduk termangu, secangkir teh chamomile di tangannya yang mulai mendingin. Usianya baru dua puluh lima, namun beban di pundaknya terasa seperti telah menempuh perjalanan ribuan tahun.
Sejak lulus kuliah dengan predikat cum laude, Arya selalu mengikuti jalur yang dianggap "benar" oleh lingkungannya. Ia bekerja di sebuah firma arsitektur bergengsi, merancang gedung-gedung pencakar langit yang megah. Gaji yang fantastis, rekan kerja yang profesional, dan apartemen di pusat kota—semuanya tampak sempurna di mata orang lain. Namun, di dalam dirinya, ada kekosongan yang menganga. Setiap goresan pensil di atas kertas blueprint, setiap rapat dengan klien, terasa hampa. Ia merasa seperti robot, menjalankan perintah tanpa gairah, tanpa jiwa.
Malam itu, tetesan hujan di jendela seolah mencerminkan air matanya yang tertahan. Ia lelah dengan rutinitas, lelah dengan ekspektasi, lelah dengan dirinya yang kehilangan arah. Ia tidak tahu apa yang ia inginkan, siapa dirinya sebenarnya di luar gelar dan pekerjaannya. Pertanyaan "untuk apa semua ini?" terus bergaung di benaknya.

Sebuah Keputusan Tak Terduga

Keesokan harinya, di tengah hiruk pikuk kantor yang sibuk, Arya membuat keputusan yang mengejutkan. Ia mengajukan surat pengunduran diri. Atasannya terkejut, rekan kerjanya tak habis pikir. Mereka mencoba membujuknya, mengingatkannya akan "kesempatan emas" yang ia sia-siakan. Namun, tekad Arya sudah bulat. Ia butuh jeda, butuh ruang untuk bernapas, untuk menemukan kembali dirinya.
Penolakan dari orang tua datang tak terhindarkan. Ayahnya yang seorang akademisi terkemuka dan ibunya yang pengusaha sukses tidak bisa memahami keputusannya. "Kamu menyia-nyiakan bakatmu, Arya!" teriak ayahnya. "Apa yang akan kamu lakukan sekarang? Menggelandang?"
Arya hanya bisa menunduk. Ia tidak tahu jawabannya. Yang ia tahu, ia tidak bisa melanjutkan hidup dalam kepalsuan. Dengan sedikit tabungan dan ransel berisi beberapa pakaian, ia meninggalkan apartemennya yang mewah dan gemerlap kota yang sesak.

Perjalanan Dimulai

Tujuan pertama Arya adalah sebuah desa kecil di lereng gunung, jauh dari hiruk pikuk modernitas. Ia mendengar tentang sebuah rumah singgah yang dikelola oleh sepasang suami istri paruh baya, yang menerima sukarelawan dengan tangan terbuka. Di sana, ia memulai hidup barunya, jauh dari desain arsitektur dan rapat-rapat membosankan.
Hari-hari Arya kini diisi dengan pekerjaan fisik: bercocok tanam di kebun sayur, membantu merawat hewan ternak, dan sesekali memperbaiki atap rumah yang bocor. Tangannya yang biasa memegang pensil kini terbiasa dengan cangkul dan palu. Awalnya, ia canggung dan sering melakukan kesalahan. Namun, lambat laun, ia mulai menikmati prosesnya. Bau tanah yang basah, suara ayam berkokok di pagi hari, dan hembusan angin pegunungan yang sejuk—semuanya terasa otentik, berbeda dengan kehidupan lamanya yang serba artifisial.
Di desa itu, ia bertemu dengan Kakek Arifin, seorang petani tua yang bijaksana. Kakek Arifin sering duduk di beranda rumahnya sambil memandangi sawah yang terhampar luas. Suatu sore, saat Arya membantunya memanen jagung, Kakek Arifin berkata, "Hidup ini seperti menanam. Kita harus memahami tanahnya, tahu kapan menabur benih, kapan menyiram, dan kapan memanen. Terkadang, kita harus membiarkan tanah itu beristirahat, untuk mengumpulkan kembali kekuatannya."
Kata-kata Kakek Arifin seperti oase di padang gurun hati Arya. Ia mulai merenungkan makna di balik pekerjaan tangannya. Ia belajar tentang kesabaran, tentang proses, dan tentang menerima apa adanya.

Seni dan Bisikan Hati

Suatu malam, saat hujan kembali turun, Arya menemukan sebuah kotak usang di gudang. Di dalamnya, ada tumpukan cat air dan beberapa kuas yang sudah mengering. Dulu, saat kecil, Arya sangat suka melukis. Ia bisa menghabiskan berjam-jam di depan kanvas, menciptakan dunia imajinasinya sendiri. Namun, hobi itu perlahan terkubur di bawah tumpukan buku pelajaran dan ambisi karier.
Dengan tangan gemetar, ia mencoba membersihkan kuas-kuas itu. Ia menemukan selembar kertas kosong dan mulai mencoret-coret. Awalnya, hanya goresan tak beraturan. Namun, seiring waktu, warna-warna mulai muncul, membentuk lanskap pegunungan yang ia lihat setiap hari, wajah Kakek Arifin yang keriput, atau tawa anak-anak desa yang polos.
Melukis terasa seperti membuka kembali sebuah pintu yang telah lama tertutup. Itu bukan tentang menciptakan karya yang sempurna, tetapi tentang menuangkan emosi, pikiran, dan pengalamannya ke dalam kanvas. Setiap sapuan kuas adalah bisikan hatinya yang selama ini terabaikan. Ia merasakan kebahagiaan yang tak pernah ia temukan dalam proyek-proyek arsitektur. Ia merasakan dirinya hidup kembali.

Kembali ke Jalan yang Benar (Versi Dirinya)

Setelah enam bulan di desa, Arya memutuskan untuk kembali ke kota. Bukan untuk kembali ke firma arsitektur, melainkan untuk memulai sesuatu yang baru. Ia membawa serta kanvas-kanvas lukisannya, dan yang lebih penting, ia membawa serta jiwa yang telah pulih.
Ia menyewa sebuah studio kecil di pinggiran kota, mengubahnya menjadi galeri sekaligus bengkel seninya. Dengan sedikit modal, ia mulai menjual lukisan-lukisannya. Awalnya, sepi. Namun, lambat laun, orang-orang mulai tertarik dengan karya Arya. Lukisannya bukan sekadar gambar, melainkan cerminan dari perjalanannya, dari ketenangan desa, dari kehangatan hati manusia.
Suatu hari, seorang kurator seni ternama mengunjungi galerinya. Kurator itu terkesan dengan kejujuran dan kedalaman emosi dalam lukisan-lukisan Arya. Ia menawarkan Arya untuk mengadakan pameran tunggal.
Pameran itu sukses besar. Orang-orang berbondong-bondong datang, terpesona oleh cerita di balik setiap kanvas. Di antara kerumunan, Arya melihat kedua orang tuanya. Ada senyum bangga di wajah mereka, senyum yang tak pernah ia lihat sebelumnya. Ibunya memeluknya erat, "Mama bangga, Nak. Kamu menemukan jalanmu sendiri."
Arya tersenyum. Ia tahu bahwa perjalanan menemukan diri tidak pernah benar-benar berakhir. Itu adalah sebuah proses berkelanjutan, sebuah petualangan tanpa henti. Tapi kini, ia tahu siapa dirinya: bukan hanya seorang arsitek atau pelukis, melainkan seorang jiwa yang bebas, yang berani mengikuti bisikan hatinya, dan menemukan kebahagiaan sejati dalam setiap goresan kehidupan. Senja di balik jendela berembun kini tak lagi terasa kelabu, melainkan dipenuhi warna-warni harapan.

Ratings & Reviews

    No ratings & reviews

Submit A Review
Plot
Character
Writing Style
Grammar
Similar Tags
Behind The Spotlight
3405      1679     621     
Inspirational
Meskipun memiliki suara indah warisan dari almarhum sang ayah, Alan tidak pernah berpikir untuk menjadi seorang penyanyi, apalagi center dalam sebuah pertunjukan. Drum adalah dunianya karena sejak kecil Alan dan drum tak terpisahkan. Dalam setiap hentak pun dentumannya, dia menumpahkan semua perasaan yang tak dapat disuarakan. Dilibatkan dalam sebuah penciptaan mahakarya tanpa terlihat jelas pun ...
Segitiga Sama Kaki
762      476     2     
Inspirational
Menurut Phiko, dua kakak kembarnya itu bodoh. Maka Phiko yang harus pintar. Namun, kedatangan guru baru membuat nilainya anjlok, sampai merembet ke semua mata pelajaran. Ditambah kecelakaan yang menimpa dua kakaknya, menjadikan Phiko terpuruk dan nelangsa. Selayaknya segitiga sama kaki, sisi Phiko tak pernah bisa sama seperti sisi kedua kakaknya. Phiko ingin seperti kedua kakaknya yang mendahu...
Monologue
616      427     1     
Romance
Anka dibuat kesal, hingga nyaris menyesal. Editor genre misteri-thriller dengan pengalaman lebih dari tiga tahun itu, tiba-tiba dipaksa menyunting genre yang paling ia hindari: romance remaja. Bukan hanya genre yang menjijikkan baginya, tapi juga kabar hilangnya editor sebelumnya. Tanpa alasan. Tanpa jejak. Lalu datanglah naskah dari genre menjijikkan itu, dengan nama penulis yang bahkan...
Surat yang Tak Kunjung Usai
791      517     2     
Mystery
Maura kehilangan separuh jiwanya saat Maureen saudara kembarnya ditemukan tewas di kamar tidur mereka. Semua orang menyebutnya bunuh diri. Semua orang ingin segera melupakan. Namun, Maura tidak bisa. Saat menemukan sebuah jurnal milik Maureen yang tersembunyi di rak perpustakaan sekolah, hidup Maura berubah. Setiap catatan yang tergores di dalamnya, setiap kalimat yang terpotong, seperti mengu...
Diary of Rana
207      178     1     
Fan Fiction
“Broken home isn’t broken kids.” Kalimat itulah yang akhirnya mengubah hidup Nara, seorang remaja SMA yang tumbuh di tengah kehancuran rumah tangga orang tuanya. Tiap malam, ia harus mendengar teriakan dan pecahan benda-benda di dalam rumah yang dulu terasa hangat. Tak ada tempat aman selain sebuah buku diary yang ia jadikan tempat untuk melarikan segala rasa: kecewa, takut, marah. Hidu...
Kembali ke diri kakak yang dulu
1033      721     10     
Fantasy
Naln adalah seorang anak laki-laki yang hidup dalam penderitaan dan penolakan. Sejak kecil, ia dijauhi oleh ibunya sendiri dan penduduk desa karena sebuah retakan hitam di keningnya tanda misterius yang dianggap pertanda keburukan. Hanya sang adik, Lenard, dan sang paman yang memperlakukannya dengan kasih dan kehangatan. Ini menceritakan tentang dua saudara yang hidup di dunia penuh misteri. ...
Main Character
1402      854     0     
Romance
Mireya, siswi kelas 2 SMA yang dikenal sebagai ketua OSIS teladanramah, penurut, dan selalu mengutamakan orang lain. Di mata banyak orang, hidupnya tampak sempurna. Tapi di balik senyum tenangnya, ada luka yang tak terlihat. Tinggal bersama ibu tiri dan kakak tiri yang manis di luar tapi menekan di dalam, Mireya terbiasa disalahkan, diminta mengalah, dan menjalani hari-hari dengan suara hati y...
Dear Future Me: To The Me I'm Yet To Be
399      289     2     
Inspirational
Bagaimana rasanya jika satu-satunya tempat pulang adalah dirimu sendiri—yang belum lahir? Inara, mahasiswi Psikologi berusia 19 tahun, hidup di antara luka yang diwariskan dan harapan yang nyaris padam. Ayahnya meninggal, ibunya diam terhadap kekerasan, dan dunia serasa sunyi meski riuh. Dalam keputusasaan, ia menemukan satu cara untuk tetap bernapas—menulis email ke dirinya di masa dep...
Deep End
46      43     0     
Inspirational
"Kamu bukan teka-teki yang harus dipecahkan, tapi cerita yang terus ditulis."
Layar Surya
1702      1005     17     
Romance
Lokasi tersembunyi: panggung auditorium SMA Surya Cendekia di saat musim liburan, atau saat jam bimbel palsu. Pemeran: sejumlah remaja yang berkutat dengan ekspektasi, terutama Soya yang gagal memenuhi janji kepada orang tuanya! Gara-gara ini, Soya dipaksa mengabdikan seluruh waktunya untuk belajar. Namun, Teater Layar Surya justru menculiknya untuk menjadi peserta terakhir demi kuota ikut lomb...