Loading...
Logo TinLit
Read Story - Hello, Me (30)
MENU
About Us  

Kami mulai membicarakan hal-hal yang sebelumnya hanya jadi wacana: undangan, katering, konsep acara, bahkan siapa saja yang akan diundang. Dan seperti banyak pasangan lain yang mempersiapkan pernikahan, kami pun mulai sering berdebat untuk hal-hal sepele yang tiba-tiba terasa besar.

“Aku kepikiran souvenirnya campur-campur aja, gimana?” kataku sambil membuka notes di HP. “Ada pouch yang aku hias sendiri, terus bunga sabun, handuk gulung... pokoknya yang bisa aku bikin sendiri.”

Radit menoleh sambil mengunyah cemilannya. “Nggak ribet tuh?”

“Justru lebih hemat. Aku udah punya sebagian bahannya. Dan kayaknya lebih personal juga.”

“Personal iya, tapi jangan sampai kamu capek sendiri. Mau nikah malah masuk angin,” candanya.

Aku nyengir. “Aku senang bikinnya, kok. Lagian banyak juga yang bantu. Temen-temen kantor malah ada yang nawarin beli buat acara mereka juga.”

Radit mengangguk, lalu berkata, “Keren sih. Souvenirnya jadi punya sentuhan kamu banget.”

“Ya kan? Biar tamu yang dapet juga ngerasa ini bukan sekadar oleh-oleh.”

“Kalau aku dapet souvenir gitu, mungkin malah sayang mau makenya,” katanya sambil tersenyum.

Aku menepuk lengannya pelan. “Ya jangan kamu yang dapet. Kamu kan pengantinnya.”

Dia tertawa kecil. “Oh iya, lupa. Aku bagian nyiapin dana nikah dan... bayar catering.”

Aku tertawa juga, tapi kemudian diam sebentar. “Dit, serius... makasih ya. Kamu nggak maksa soal apa-apa. Aku tahu banyak cowok yang mungkin bakal pengen semuanya serba instan.”

Dia menatapku sebentar, lalu meraih botol minum dan berkata ringan, “Aku cuma nggak mau kita stres sendiri-sendiri. Nikah bukan lomba, kan?”

Aku mengangguk. Kadang, ucapan sederhana seperti itu bisa jadi pengingat yang paling menenangkan.

***

Pernah satu malam, kami hampir diam-diaman seharian hanya karena aku lupa mengirim daftar vendor catering yang sempat kami diskusikan.

“Kenapa nggak bilang dari tadi, Nara?” Nada suara Radit terdengar sedikit meninggi saat kami video call.

“Aku sibuk, Dit. Tadi harus revisi laporan kantor, terus bantuin tetangga juga, baru sempat buka HP sore ini. Kamu kira aku sengaja?”

Aku tahu suaraku ikut naik. Mungkin karena lelah. Mungkin karena aku merasa terus dituntut untuk kuat dan sigap.

Radit terdiam sebentar. Lalu dengan nada yang lebih tenang, dia berkata, “Aku tahu kamu sibuk. Tapi aku juga butuh tahu apa yang kamu kerjain. Ini kan persiapan kita bareng.”

Aku terdiam. Ada benarnya. Aku terlalu terbiasa menyelesaikan semua sendiri. Terlalu terbiasa memikul semuanya diam-diam. Sejak kecil, aku memang dibiasakan begitu.

“Maaf,” kataku akhirnya. Pelan. “Kadang aku lupa kalau ini bukan cuma tentang aku.”

Radit menarik napas panjang dari seberang layar, lalu duduk menyender ke kursinya.

“Aku juga minta maaf. Mungkin aku terlalu mikirin checklist, sampai lupa kita ini manusia. Bukan panitia event.”

Aku mengangguk. Mata kami bertemu di layar yang sepi. Kami tidak langsung menemukan solusi malam itu. Tapi kami belajar satu hal penting: bahwa hubungan yang sehat bukan soal siapa yang paling siap atau paling benar. Tapi soal siapa yang mau terus belajar untuk saling mengerti.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Unframed
780      497     4     
Inspirational
Abimanyu dan teman-temannya menggabungkan Tugas Akhir mereka ke dalam sebuah dokumenter. Namun, semakin lama, dokumenter yang mereka kerjakan justru menyorot kehidupan pribadi masing-masing, hingga mereka bertemu di satu persimpangan yang sama; tidak ada satu orang pun yang benar-benar baik-baik saja. Andin: Gue percaya kalau cinta bisa nyembuhin luka lama. Tapi, gue juga menyadari kalau cinta...
Merayakan Apa Adanya
535      378     8     
Inspirational
Raya, si kurus yang pintar menyanyi, merasa lebih nyaman menyembunyikan kelebihannya. Padahal suaranya tak kalah keren dari penyanyi remaja jaman sekarang. Tuntutan demi tuntutan hidup terus mendorong dan memojokannya. Hingga dia berpikir, masih ada waktukah untuk dia merayakan sesuatu? Dengan menyanyi tanpa interupsi, sederhana dan apa adanya.
Behind The Spotlight
3461      1694     621     
Inspirational
Meskipun memiliki suara indah warisan dari almarhum sang ayah, Alan tidak pernah berpikir untuk menjadi seorang penyanyi, apalagi center dalam sebuah pertunjukan. Drum adalah dunianya karena sejak kecil Alan dan drum tak terpisahkan. Dalam setiap hentak pun dentumannya, dia menumpahkan semua perasaan yang tak dapat disuarakan. Dilibatkan dalam sebuah penciptaan mahakarya tanpa terlihat jelas pun ...
Ruang Suara
209      146     1     
Inspirational
Mereka yang merasa diciptakan sempurna, dengan semua kebahagiaan yang menyelimutinya, mengatakan bahwa ‘bahagia itu sederhana’. Se-sederhana apa bahagia itu? Kenapa kalau sederhana aku merasa sulit untuk memilikinya? Apa tak sedikitpun aku pantas menyandang gelar sederhana itu? Suara-suara itu terdengar berisik. Lambat laun memenuhi ruang pikirku seolah tak menyisakan sedikitpun ruang untukk...
7°49′S 112°0′E: Titik Nol dari Sebuah Awal yang Besar
479      320     0     
Inspirational
Di masa depan ketika umat manusia menjelajah waktu dan ruang, seorang pemuda terbangun di dalam sebuah kapsul ruang-waktu yang terdampar di koordinat 7°49′S 112°0′E, sebuah titik di Bumi yang tampaknya berasal dari Kota Kediri, Indonesia. Tanpa ingatan tentang siapa dirinya, tapi dengan suara dalam sistem kapal bernama "ORIGIN" yang terus membisikkan satu misi: "Temukan alasan kamu dikirim ...
Imajinasi si Anak Tengah
2470      1335     16     
Inspirational
Sebagai anak tengah, Tara terbiasa berada di posisi "di antara" Di antara sorotan dan pujian untuk kakaknya. Dan, di antara perhatian untuk adiknya yang selalu dimanjakan. Ia disayang. Dipedulikan. Tapi ada ruang sunyi dalam dirinya yang tak terjamah. Ruang yang sering bertanya, "Kenapa aku merasa sedikit berbeda?" Di usia dua puluh, Tara berhadapan dengan kecemasan yang tak bisa ia jel...
Reandra
2080      1161     67     
Inspirational
Rendra Rangga Wirabhumi Terbuang. Tertolak. Terluka. Reandra tak pernah merasa benar-benar dimiliki oleh siapa pun. Tidak oleh sang Ayah, tidak juga oleh ibunya. Ketika keluarga mereka terpecah Cakka dan Cikka dibagi, namun Reandra dibiarkan seolah keberadaanya hanya membawa repot. Dipaksa dewasa terlalu cepat, Reandra menjalani hidup yang keras. Dari memikul beras demi biaya sekolah, hi...
Senja di Balik Jendela Berembun
27      26     0     
Inspirational
Senja di Balik Jendela Berembun Mentari merayap perlahan di balik awan kelabu, meninggalkan jejak jingga yang memudar di cakrawala. Hujan turun rintik-rintik sejak sore, membasahi kaca jendela kamar yang berembun. Di baliknya, Arya duduk termangu, secangkir teh chamomile di tangannya yang mulai mendingin. Usianya baru dua puluh lima, namun beban di pundaknya terasa seperti telah ...
Wilted Flower
353      269     3     
Romance
Antara luka, salah paham, dan kehilangan yang sunyi, seorang gadis remaja bernama Adhira berjuang memahami arti persahabatan, cinta, dan menerima dirinya yang sebenarnya. Memiliki latar belakang keluarga miskin dengan ayah penjudi menjadikan Adhira berjuang keras untuk pendidikannya. Di sisi lain, pertemuannya dengan Bimantara membawa sesuatu hal yang tidak pernah dia kira terjadi di hidupnya...
Qodrat Merancang Tuhan Karyawala
1465      933     0     
Inspirational
"Doa kami ingin terus bahagia" *** Kasih sayang dari Ibu, Ayah, Saudara, Sahabat dan Pacar adalah sesuatu yang kita inginkan, tapi bagaimana kalau 5 orang ini tidak mendapatkan kasih sayang dari mereka berlima, ditambah hidup mereka yang harus terus berjuang mencapai mimpi. Mereka juga harus berjuang mendapatkan cinta dan kasih sayang dari orang yang mereka sayangi. Apakah Zayn akan men...