Mereka yang merasa diciptakan sempurna, dengan semua kebahagiaan yang menyelimutinya, mengatakan bahwa ‘bahagia itu sederhana’. Se-sederhana apa bahagia itu? Kenapa kalau sederhana aku merasa sulit untuk memilikinya? Apa tak sedikitpun aku pantas menyandang gelar sederhana itu?
Suara-suara itu terdengar berisik. Lambat laun memenuhi ruang pikirku seolah tak menyisakan sedikitpun ruang untukku bersuara. Semua orang hanya bisa melihat, namun sedikit yang bisa merasakan. Pada akhirnya akan ada dua hal yang terjadi. Menghujam, atau bahkan tidak peduli.
Aku Aksana Praditya. Nyatanya aku memang akan selalu jauh. Jauh dari jangkauan hidup mereka. Jika mereka saling membentuk lingkaran, maka aku adalah titiknya. Titik yang bahkan nyaris tak terlihat.
Selamat datang pada keheningan. Bukan keheningan yang tenang. Tapi keheningan yang tak bisa bebas dari jeratan.