Loading...
Logo TinLit
Read Story - Hello, Me (30)
MENU
About Us  

6 tahun lalu

Saat itu, aku masih sendiri. Belum menikah, dan belum tahu arah pasti hidupku mau ke mana. Statusku: pegawai tidak tetap di sebuah kantor pemerintahan. Gajinya cukup untuk makan dan bayar kos, tapi tak cukup untuk disebut mapan. Apalagi membanggakan.

Aku pernah berpikir, kalau aku sudah kerja di kantor pemerintah, tinggal tunggu waktu saja sampai semua harapan orang tua tercapai. Tapi ternyata tidak semudah itu. Pegawai kontrak tetaplah pegawai kontrak. Tidak masuk dalam daftar ASN, tidak dapat tunjangan tetap, dan yang paling membuat sakit—tidak dianggap ‘jadi’.

Dulu, aku pikir jadi PNS itu jalur paling aman. Gaji tetap, masa depan jelas, orang tua senang. Dan, sejujurnya... aku juga senang membayangkan diriku pakai seragam dinas, kerja di kantor pemerintah, bawa map coklat, lalu pulang naik ojek dengan perasaan berguna.

Tapi nyatanya, mimpi itu cuma bertahan sampai pengumuman hasil ujian pertama keluar.

“Nama kamu nggak ada di pengumuman?” suara Ibu dari dapur waktu itu terdengar lebih kecewa daripada ingin tahu.

Aku cuma bisa geleng. “Enggak, Bu… belum rezeki.”

Ibu tak menjawab. Tapi langkahnya terdengar berat, seperti menarik napas kecewa dalam diam.

Tahun itu aku mencoba lagi. Tahun berikutnya, juga. Aku bahkan sampai ikut bimbel, belajar dari pagi sampai malam, menghafal materi, mengerjakan latihan soal, menyamakan waktu dengan timer, belajar manajemen waktu, semua demi 100 menit yang menentukan hidupku.

Tapi tetap… gagal.

Tiga kali. Berturut-turut. Di tahun ketiga, aku bahkan tidak bilang siapa-siapa aku ikut ujian. Malu kalau gagal lagi.

Lalu datanglah kesempatan S2. Aku diterima di program impianku. Waktu itu aku merasa: mungkin ini jalanku.

Tapi beasiswa yang kuharapkan baru bisa digunakan mulai semester tiga. Dua semester pertama harus ku biayai sendiri. Mana mungkin? Bahkan untuk bayar kos dan makan saja, aku masih harus pintar-pintar atur uang.

Aku mencari pinjaman. Bertanya ke beberapa teman dan saudara. Tapi entah kenapa, semuanya terasa berat. Aku terlalu lelah untuk memohon lagi.

Akhirnya aku mundur. Kuliah S2 yang sudah di depan mata, tinggal selangkah lagi, lepas begitu saja. Bukan karena aku tidak mampu. Tapi karena aku tidak bisa berdiri cukup kuat untuk berjuang sendirian lagi.

Setiap kegagalan itu seperti coretan kecil yang perlahan-lahan mengaburkan siapa aku sebenarnya. Sampai aku mulai mempertanyakan: kalau aku bukan PNS, bukan mahasiswa S2, bukan anak sulung yang membanggakan—aku ini siapa?

Orang-orang bilang aku pintar. Tapi pintar untuk apa?

Kadang aku bingung, sejak kapan kata “pintar” jadi beban.

“Anak pintar harusnya bisa lebih dari ini,” kata Ibu suatu kali. Bukan dalam nada marah, tapi lirih, seolah bicara pada dirinya sendiri. Seperti kecewa atas dunia yang tak memenuhi harapan—dan aku, salah satu harapan itu.

Mungkin menurut Ibu, aku bisa seperti anak temannya yang sekarang sedang kuliah S2, atau seperti anak tetangga yang sudah jadi PNS di kementerian. Mereka tidak lebih pintar dariku, tapi lebih “jadi.” Lebih berhasil. Lebih membanggakan.

Tapi sejujurnya, aku tak pernah benar-benar merasa pintar. Aku hanya cepat memahami pelajaran di sekolah, cepat menyelesaikan tugas. Tapi hidup—hidup bukan sekadar soal pilihan ganda atau rumus logika. Tidak ada kunci jawaban di akhir buku. Tidak ada yang menjamin kau berhasil hanya karena kau mengerti lebih cepat.

Aku punya gelar sarjana, tapi hidupku terasa stagnan. Tidak ke mana-mana. Tidak jadi siapa-siapa.

Kerja dari pagi sampai sore, lalu pulang. Tidur. Ulangi lagi. Kadang aku merasa hanya numpang lewat di hidup sendiri, bukan benar-benar menjalaninya.

Di meja kerja kecilku, aku duduk menatap layar monitor. Excel terbuka. Angka-angka bergerak, grafik naik turun. Tapi di kepalaku, semuanya diam. Hampa. Seperti sedang menjalankan sesuatu yang bukan punyaku, bukan mimpiku.

Beberapa teman lama sudah jadi dosen, pejabat, bahkan ada yang kuliah lagi ke luar negeri. Di media sosial, mereka sering menulis caption seperti, “Trust the process.” Tapi proses macam apa yang hanya berisi kegagalan demi kegagalan?

Aku tahu aku terdengar pahit. Tapi aku cuma... lelah.

Dan di tengah kelelahan itu, aku jadi sering berpikir:

Bagaimana kalau... aku memang biasa-biasa saja?

Bagaimana kalau… aku sudah sampai di tempat tujuanku, hanya saja bukan seperti yang kuharapkan?

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
To the Bone S2
586      399     1     
Romance
Jangan lupa baca S1 nya yah.. Udah aku upload juga .... To the Bone (untuk yang penah menjadi segalanya) > Kita tidak salah, Chris. Kita hanya salah waktu. Salah takdir. Tapi cintamu, bukan sesuatu yang ingin aku lupakan. Aku hanya ingin menyimpannya. Di tempat yang tidak mengganggu langkahku ke depan. Christian menatap mata Nafa, yang dulu selalu membuatnya merasa pulang. > Kau ...
FAMILY? Apakah ini yang dimaksud keluarga, eyang?
227      190     2     
Inspirational
Kehidupan bahagia Fira di kota runtuh akibat kebangkrutan, membawanya ke rumah kuno Eyang di desa. Berpisah dari orang tua yang merantau dan menghadapi lingkungan baru yang asing, Fira mencari jawaban tentang arti "family" yang dulu terasa pasti. Dalam kehangatan Eyang dan persahabatan tulus dari Anas, Fira menemukan secercah harapan. Namun, kerinduan dan ketidakpastian terus menghantuinya, mendo...
JUST RIGHT
117      99     0     
Romance
"Eh, itu mamah bapak ada di rumah, ada gue di sini, Rano juga nggak kemana-mana. Coba lo... jelasin ke gue satu alasan aja, kenapa lo nggak pernah mau cerita ke seenggaknya salah satu dari kita? Nggak, nggak, bukan tentang mbak di KRL yang nyanggul rambutnya pakai sumpit, atau anak kecil yang lututnya diplester gambar Labubu... tapi cerita tentang lo." Raden bilang gue itu kayak kupu-kupu, p...
I Found Myself
53      48     0     
Romance
Kate Diana Elizabeth memiliki seorang kekasih bernama George Hanry Phoenix. Kate harus terus mengerti apapun kondisi Hanry, harus memahami setiap kekurangan milik Hanry, dengan segala sikap Egois Hanry. Bahkan, Kate merasa Hanry tidak benar-benar mencintai Kate. Apa Kate akan terus mempertahankan Hanry?
Dear Future Me: To The Me I'm Yet To Be
423      299     2     
Inspirational
Bagaimana rasanya jika satu-satunya tempat pulang adalah dirimu sendiri—yang belum lahir? Inara, mahasiswi Psikologi berusia 19 tahun, hidup di antara luka yang diwariskan dan harapan yang nyaris padam. Ayahnya meninggal, ibunya diam terhadap kekerasan, dan dunia serasa sunyi meski riuh. Dalam keputusasaan, ia menemukan satu cara untuk tetap bernapas—menulis email ke dirinya di masa dep...
A Missing Piece of Harmony
316      242     3     
Inspirational
Namaku Takasaki Ruriko, seorang gadis yang sangat menyukai musik. Seorang piano yang mempunyai mimpi besar ingin menjadi pianis dari grup orkestera Jepang. Namun mimpiku pupus ketika duniaku berubah tiba-tiba kehilangan suara dan tak lagi memiliki warna. Aku... kehilangan hampir semua indraku... Satu sore yang cerah selepas pulang sekolah, aku tak sengaja bertemu seorang gadis yang hampir terbunu...
Pacarku Pergi ke Surga, Tapi Dia Lupa Membawa Buku Catatan Biru Tua Itu
1203      403     7     
Fantasy
Lily adalah siswa kelas 12 yang ambisius, seluruh hidupnya berputar pada orbit Adit, kekasih sekaligus bintang pemandunya. Bersama Adit, yang sudah diterima di Harvard, Lily merajut setiap kata dalam personal statement-nya, sebuah janji masa depan yang terukir di atas kertas. Namun, di penghujung Juli, takdir berkhianat. Sebuah kecelakaan tragis merenggut Adit, meninggalkan Lily dalam kehampaan y...
My First love Is Dad Dead
56      53     0     
True Story
My First love Is Dad Dead Ketika anak perempuan memasuki usia remaja sekitar usia 13-15 tahun, biasanya orang tua mulai mengkhawatirkan anak-anak mereka yang mulai beranjak dewasa. Terutama anak perempuan, biasanya ayahnya akan lebih khawatir kepada anak perempuan. Dari mulai pergaulan, pertemanan, dan mulai mengenal cinta-cintaan di masa sekolah. Seorang ayah akan lebih protektif menjaga putr...
No Longer the Same
457      328     1     
True Story
Sejak ibunya pergi, dunia Hafa terasa runtuh pelan-pelan. Rumah yang dulu hangat dan penuh tawa kini hanya menyisakan gema langkah yang dingin. Ayah tirinya membawa perempuan lain ke dalam rumah, seolah menghapus jejak kenangan yang pernah hidup bersama ibunya yang wafat karena kanker. Kakak dan abang yang dulu ia andalkan kini sibuk dengan urusan mereka sendiri, dan ayah kandungnya terlalu jauh ...
Yang Tertinggal dari Rika
2478      1149     11     
Mystery
YANG TERTINGGAL DARI RIKA Dulu, Rika tahu caranya bersuara. Ia tahu bagaimana menyampaikan isi hatinya. Tapi semuanya perlahan pudar sejak kehilangan sosok paling penting dalam hidupnya. Dalam waktu singkat, rumah yang dulu terasa hangat berubah jadi tempat yang membuatnya mengecil, diam, dan terlalu banyak mengalah. Kini, di usianya yang seharusnya menjadi masa pencarian jati diri, Rika ju...