Loading...
Logo TinLit
Read Story - Ikhlas Berbuah Cinta
MENU
About Us  

Setelah melewati banyak tahapan dalam mempersiapkan kafe, akhirnya hari ini The Hans Kafe resmi dibuka. Seminggu ini, aku sangat sibuk bersama semua karyawan untuk menyiapkan menu dan juga memasak menu apa yang akan disajikan. Saat tes dan wawancara kemarin, aku bersama Rang Randi sempat kebingungan memilih calon pegawai sebab banyaknya orang yang mendaftar, tapi yang akan diterima hanya lima belas orang. Sebenarnya Bang Randi tidak ikut dalam wawancara. Saat itu, dia hanya menatap datar kepada setiap calon karyawan sehingga mereka merasa terintimidasi.

Kini, di sinilah aku berada, di depan lima belas karyawan yang terdiri dari sepuluh laki-laki dan lima perempuan.

"Tetap tersenyum, ramah, dan melayani dengan sepenuh hati." itulah motto The Hans Kafe. 

 Karyawan yang diterima kebanyakan laki-laki, terutama untuk bagian memasak. Aku memberi arahan pada mereka saat pembukaan kafe, bahwa semua pembeli akan mendapatkan diskon 50% di hari pertama. Kami sudah sibuk dengan segala persiapan. Aku sigap memeriksa apakah masih ada yang kurang? Atau adakah tulisan atau poster yang belum terpasang? Dan yang paling penting adalah kehadiran lampu di setiap meja. 

Aku cukup puas. Di lantai satu semua tampak beres, lalu menuju lantai dua. Seperti biasanya, aku melihat Bang Randi sedang berdiri menatap alun-alun kota sambil melipat tangannya tanpa ekspresi.

Aku memberanikan diri bertanya, "Oh ya, Bang. Pak Rafli beserta keluarga akan segera tiba, kan?"

Dia menoleh dan menatapku datar, lalu mengangguk. Tentu saja, aku kesal dan segera beranjak menuruni anak tangga. 

Pembukaan kafe ini memang sederhana. Menurut rencana akan dibubuhkan dengan kata sambutan pendek dari Pak Rafli atau Bang Randi diperesmian kafe. Kemarin Pak Rafli juga bilang kalau Beliau akan membawa rombongan teman-teman pejabat. Bahkan, Zahra kirim pesan di WA kalau dia bersama keluarga akan hadir di pembukaan kafe untuk mencicipi menu-menu andalan kami. 

Tepat pukul sepuluh, kafe sudah buka. Aku yang berdiri di dekat ruangan kasir sambil mempersilakan pengunjung dan meminta waiters untuk mengarahkan ke meja sesuai pilihan mereka. Aku sempat melihat beberapa orang berdecak kagum saat melewati ruang kasir karena akan disambut dengan hiasan pepohonan yang bisa digunakan untuk berswafoto. Selain itu di samping panggung, juga disediakan tempat berfoto yang Instagramable. Demikian juga di lantai 2, bahkan banyak spot dengan latar yang bagus untuk berswafoto.

Aku lihat hampir semua meja telah terisi. waiters tampak sedang mengarahkan untuk memesan lewat barcode yang ditempel pada setiap nomor meja. Tidak terlalu repot karena semua memiliki ponsel masing-masing. Tapi ada juga yang tetap meminta katalog fisik. Kemudian, aku menuju dapur untuk menemui Lia yang bertugas meng-handle komputer dan menuliskan menu pesanan.

 Ternyata Pak Rafli beserta keluarga sudah tiba. Aku pun mengarahkan Beliau ke meja VIP. Sebuah meja meja panjang yang dapat menampung rombongan keluarga. Kemudian kami menghidangkan menu andalan kafe yang merupakan ide dari Beliau yaitu "Nasi Goreng The Hans".

Setelah cukup aman, aku melangkahkan kaki ke meja dimana Zahra dan keluarganya selamat memilih meja. Zahra tampak girang bahkan tersenyum lebar saat melihatku mendekat.

"Beuhh, baru hari pertama sudah seramai ini, The Hans memang keren," puji Zahra sambil mengacungkan jempol.

"Terima kasih telah hadir Ra, Tante, Om dan juga Lukman. Sudah memesan menu?"

"Sudah, dong. Tinggal mencet doang, kalau gini kan gak ribet, pembeli juga bisa melihat-lihat menu, bahkan nambah pesanan juga bisa, kan?" tanya Zahra memastikan. 

Kalau kumpul bersama Zahra pasti cerita gak akan ada habisnya. Aku harus profesional. Saat ini jam kerja aku, lalu memilih pamit karena sekarang mode bekerja.

Dion dan Raza yang mengurus bagian minuman mulai mempersiapkan pesanan pelanggan, dan beberapa orang pramusaji lain sudah tampak mengantarkan pesanan mereka. Dari ruang kasir aku tersenyum menatap begitu banyaknya pelanggan yang merayakan hari pertama "The Hans Kafe". Tentunya, tak lupa aku mengabadikan momen itu dengan menggunakan kamera yang telah disediakan

Nantinya, setiap momen akan diabadikan dan di-posting di sosial media yang telah kubuat. Hal itu juga akan menjadi media promosi. Aku melihat Pak Rafli menuju panggung yang disediakan. Kemudian, Beliau mengambil microphone.

"Terima kasih untuk semua pengunjung yang telah meramaikan hari pertama 'The Hans Kafe'. Semoga mendapat kesan di hari pertama kami. Apabila ada kekurangan atas pelayanannya, kami mohon maaf dan sangat mengharapkan masukan dari para tamu untuk peningkatan pelayanan kami demi kepuasan pelanggan. Kami dari manajemen kembali mengucapkan terima kasih."

Itulah inti yang Beliau sampaikan. Pengunjung terus berdatangan. Kebetulan sekali hari ini merupakan weekend sehingga keluarga bisa menikmati 'family time' di kafe, pantai atau tempat-tempat hiburan lainnya. Selain mungkin ada juga yang hanya di rumah saja.

Menjelang Salat Asar, aku mengecek kembali persediaan bahan-bahan makanan ternyata ada beberapa yang sudah habis dan mau tidak harus segera dibeli. Mengingat saat ini sudah sedikit lengang, aku memilih berangkat ke pasar untuk membeli keperluan dapur kafe tersebut. 

**

Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 23:30 WIB, tetapi aku masih berkutat di depan komputer untuk menghitung pemasukan hari ini. Semua karyawan sudah pulang satu jam yang lalu, sementara aku masih fokus dengan angka-angka di layar komputer. Aku juga mencocokkan dengan uang tunai di laci. 

Setelah berhasil menghitung keseluruhan aku meregangkan otot-otot karena pegal. Pemasukan hari ini lumayan, padahal masih diskon setengah harga. Alhamdulillah, aku bersyukur dan sangat bahagia. Kemudian, sigap aku menuliskan di buku dan mencatat beberapa bahan untuk dibeli besok pagi. 

Aku berfikir sudah cukup pekerjaanku hari ini. Aku pun bersiap pulang. Apalagi, sudah kelelahan kali ini. Namun, aku kaget saat mengangkat mata dari layar komputer, tepat di depan pintu kasir karena ada orang yang berdiri di sana.

"Astaghfirullah!" teriakku keras sehingga dia juga kaget.

"Bang Randi?!" ujarku kaget. 

Kenapa dia berdiri di situ dan sejak kapan?

Seperti biasanya, dia menatapku datar.

"Mau pulang?" tanyanya. 

Aku mengernyitkan dahi mendengar pertanyaan yang ambigu terlontar dari bibirnya. 

"Iya, Bang. Ini mau pulang."

"Oh, iya, aku sudah menghitung pemasukan hari ini dan sudah kubagi juga untuk belanjaan besok, apa baiknya kuserahkan sama Bang Randi aja?" Aku juga takut kalau memegang uang begitu banyaknya.

"Nanti aku yang ambil. Oh, ya untuk belanja. Seharusnya kamu tidak perlu repot-repot ke pasar karena aku sudah memesannya. Besok tinggal nunggu diantar."

Aku sebenarnya tidak mengerti apa yang barusan Bang Randi jelaskan, tetapi aku tetap mengangguk karena sudah hampir larut malam. 

"Baik, Bang. Kalau begitu aku izin pulang," kataku berbasa-basi. 

Setelah pamit, aku pun bergegas meninggalkan Bang Randi sendirian di kafe. Beruntung sekali jarak kontrakanku dekat dengan "The Hans Kafe" sehingga cukup jalan kaki lima menit. Aku memang pindah kontrakan agar lebih dekat dengan tempat kerja. 

Dia tidak merespon apa-apa dan aku sudah menjadi terbiasa dengan sikapnya yang sering tidak acuh. Sampai sekarang aku belum bisa menyesuaikan diri dengan Bang Randi yang dikenal sangat cuek. (*) 

*** 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
God, why me?
223      182     5     
True Story
Andine seorang gadis polos yang selalu hidup dalam kerajaan kasih sayang yang berlimpah ruah. Sosoknya yang selalu penuh tawa ceria akan kebahagiaan adalah idaman banyak anak. Dimana semua andai akan mereka sematkan untuk diri mereka. Kebahagiaan yang tak bias semua anak miliki ada di andine. Sosoknya yang tak pernah kenal kesulitan dan penderitaan terlambat untuk menyadari badai itu datang. And...
Survive in another city
156      131     0     
True Story
Dini adalah seorang gadis lugu nan pemalu, yang tiba-tiba saja harus tinggal di kota lain yang jauh dari kota tempat tinggalnya. Dia adalah gadis yang sulit berbaur dengan orang baru, tapi di kota itu, dia di paksa berani menghadapi tantangan berat dirinya, kota yang tidak pernah dia dengar dari telinganya, kota asing yang tidak tau asal-usulnya. Dia tinggal tanpa mengenal siapapun, dia takut, t...
The Boy Between the Pages
1629      964     0     
Romance
Aruna Kanissa, mahasiswi pemalu jurusan pendidikan Bahasa Inggris, tak pernah benar-benar ingin menjadi guru. Mimpinya adalah menulis buku anak-anak. Dunia nyatanya membosankan, kecuali saat ia berada di perpustakaantempat di mana ia pertama kali jatuh cinta, lewat surat-surat rahasia yang ia temukan tersembunyi dalam buku Anne of Green Gables. Tapi sang penulis surat menghilang begitu saja, meni...
Matahari untuk Kita
1291      602     9     
Inspirational
Sebagai seorang anak pertama di keluarga sederhana, hidup dalam lingkungan masyarakat dengan standar kuno, bagi Hadi Ardian bekerja lebih utama daripada sekolah. Selama 17 tahun dia hidup, mimpinya hanya untuk orangtua dan adik-adiknya. Hadi selalu menjalani hidupnya yang keras itu tanpa keluhan, memendamnya seorang diri. Kisah ini juga menceritakan tentang sahabatnya yang bernama Jelita. Gadis c...
Jalan Menuju Braga
525      384     4     
Romance
Berly rasa, kehidupannya baik-baik saja saat itu. Tentunya itu sebelum ia harus merasakan pahitnya kehilangan dan membuat hidupnya berubah. Hal-hal yang selalu ia dapatkan, tak bisa lagi ia genggam. Hal-hal yang sejalan dengannya, bahkan menyakitinya tanpa ragu. Segala hal yang terjadi dalam hidupnya, membuat Berly menutup mata akan perasaannya, termasuk pada Jhagad Braga Utama--Kakak kelasnya...
To the Bone S2
600      407     1     
Romance
Jangan lupa baca S1 nya yah.. Udah aku upload juga .... To the Bone (untuk yang penah menjadi segalanya) > Kita tidak salah, Chris. Kita hanya salah waktu. Salah takdir. Tapi cintamu, bukan sesuatu yang ingin aku lupakan. Aku hanya ingin menyimpannya. Di tempat yang tidak mengganggu langkahku ke depan. Christian menatap mata Nafa, yang dulu selalu membuatnya merasa pulang. > Kau ...
Spektrum Amalia
854      567     1     
Fantasy
Amalia hidup dalam dunia yang sunyi bukan karena ia tak ingin bicara, tapi karena setiap emosi orang lain muncul begitu nyata di matanya : sebagai warna, bentuk, dan kadang suara yang menghantui. Sebagai mahasiswi seni yang hidup dari beasiswa dan kenangan kelabu, Amalia mencoba bertahan. Sampai suatu hari, ia terlibat dalam proyek rahasia kampus yang mengubah cara pandangnya terhadap diri sendi...
Melihat Tanpamu
174      136     1     
Fantasy
Ashley Gizella lahir tanpa penglihatan dan tumbuh dalam dunia yang tak pernah memberinya cahaya, bahkan dalam bentuk cinta. Setelah ibunya meninggal saat ia masih kecil, hidupnya perlahan runtuh. Ayahnya dulu sosok yang hangat tapi kini berubah menjadi pria keras yang memperlakukannya seperti beban, bahkan budak. Di sekolah, ia duduk sendiri. Anak-anak lain takut padanya. Katanya, kebutaannya...
Unframed
835      538     4     
Inspirational
Abimanyu dan teman-temannya menggabungkan Tugas Akhir mereka ke dalam sebuah dokumenter. Namun, semakin lama, dokumenter yang mereka kerjakan justru menyorot kehidupan pribadi masing-masing, hingga mereka bertemu di satu persimpangan yang sama; tidak ada satu orang pun yang benar-benar baik-baik saja. Andin: Gue percaya kalau cinta bisa nyembuhin luka lama. Tapi, gue juga menyadari kalau cinta...
FLOW : The life story
106      92     0     
Inspirational
Dalam riuh pikuknya dunia hiduplah seorang gadis bernama Sara. Seorang gadis yang berasal dari keluarga sederhana, pekerja keras dan mandiri, gadis yang memiliki ambisi untuk mencari tujuannya dalam berkehidupan. Namun, dalam perjalanan hidupnya Sara selalu mendapatkan tantangan, masalah dan tekanan yang membuatnya mempertanyakan "Apa itu kebahagiaan ?, di mana itu ketenangan ? dan seperti apa h...