Loading...
Logo TinLit
Read Story - Ikhlas Berbuah Cinta
MENU
About Us  

"Assalamualaikum, Dhira". 

Aku menghentikan langkah ketika mendengar seorang memanggil namaku. Suaranya meski terdengar pelan dapat kudengar dengan jelas, mungkin karena aku memakai alat bantu dengar. Kubalikkan tubuh dan melihat Bang Adnan sudah ada di belakang.

"Waalaikumsalam, Bang."

Seperti biasa dia menundukkan kepalanya, tampak gugup setiap kali berbicara dengan perempuan kalau bukan soal pekerjaan. Dia belum juga berbicara sedikitpun sehingga membuatku penasaran, baru dua tahun ini dia baru memanggil namaku.

"Kenapa, Bang?"

Bang Adnan sedikit terperanjat saat aku bertanya. Kemudian menunduk kembali. Polos sekali Bang Adnan ini. Aku jadi ikut grogi kalau berhadapan dengan pria seperti dia.

"Masalah model kue ulang tahun yang diminta costumer ya, Bang?" Tebakku mencoba memecah kesunyian di antara kami.

Aku coba menebak saja. Bisa jadi karena itu Bang Adnan memanggilku. Apalagi ada pesanan kue ulang tahun. Dia langsung menggeleng dan ini membuatku bertanya-tanya

"Kemarin aku chat, tapi gak kamu balas," ujarnya. Namun seingatku semalam tidak ada pesan apa-apa dari Bang Adnan. 

"Bang Adnan gak ada chat aku, loh," jawabku berusaha menjelaskan, kemudian mengecek ponselku dan tidak ada pesan apapun darinya.

Aku segera teringat pasti saat Mawar meminjam ponselku, apakah dia yang hapus chat-nya?

"Maaf, Bang. Mungkin Adek saya yang otak-atik ponselnya. Bang Adnan bilang apa?"

"Begini ...."

Aku mencoba bersabar menunggu entah apa yang akan dia ucapkan. Kenapa kalau soal kerja Bang Adnan paling jago bicara? Namun sekarang di depanku malah tampak bingung mau bicara apa.

Akhirnya Bang Adnan buka mulut dan dengan suara pelan mengatakan maksud chat tadi malam itu.

"Di chat itu aku bertanya apakah kamu sudah punya calon? Kalau belum punya, aku ingin menikahimu," ujarnya tanpa basa-basi, Jujur dan terus terang. 

Ucapan Bang Adnan itu membuatku membelalakkan mata, sungguh tidak percaya percaya. Bagaimana bisa seorang Adnan Khalid ingin memperistri seorang perempuan seperti aku yang tidak menarik sama sekali. Pikirku, pasti dia sedang bercanda.

"Ternyata Bang Adnan bisa bercanda juga, ya" ujarku tertawa pelan. Mendengar perkataanku dia langsung terdiam dan menunduk. 

"Aku serius, Nadhira Assyifa." Ucapannya itu mengagetkanku. 

Bahkan dia tahu nama lengkapku. Aku pasti sedang bermimpi. Pangeran mana yang mau menikahi putri buruk rupa. Ini terlalu sulit untuk dipercaya.

"Aku tidak mau mengajak pacaran, jika belum siap untuk menikah, aku akan menunggumu," ujarnya berusaha santai tetapi tetap saja terdengar gugup. 

Aku bahkan tidak bisa santai sekarang. Jika aku bercerita pada Zahra, dia pasti akan tertawa keras-keras. Aku saja merasa ini seperti mimpi dan lelucon.

"Kapan pun kamu bersedia, aku akan selalu siap datang menemui kedua orang tuamu, Dhira," lanjutnya dengan nada yang pasti dan tampak tidak ada lelucon sama sekali. 

Aku masih terdiam membisu. 

"Ya udah kita harus bekerja sekarang. Jangan terlalu dipikirkan. Kapan kamu siap, beritahu aku, ya," ujarnya mantap, lalu mengucap salam dan berlalu. Meninggalkanku yang masih bengong.

Bang Adnan sudah berlalu, sementara aku masih berdiri mematung di depan meja kasir. Aku ingin berteriak sekarang. Entah bagaimana mendefinisikannya. Antara mau, sedih, senang, takut, lucu dan bingung. Rasanya seperti nano-nano yang ramai rasanya. Aku tetap berpikir bahwa sudah pasti dia tadi hanya becanda.

Sejak Bang Adnan mengutarakan isi hatinya, hari ini aku tidak bisa fokus bekerja. Dalam benakku selalu berulang kali muncul kata-kata, “Kok, bisa seorang Adnan ingin menikahiku? Pasti dia salah minum obat kali, bukankah selama ini dia sedikit dekat dengan Kak Lala? Bahkan, aku melihat mereka itu terlihat cocok dan serasi."

****

Ternyata apa yang dikatakan oleh Bang Adnan saat itu bukan lelucon. Bahkan, dua bulan sejak ungkapannya itu, dia memaksakan diri ingin datang ke rumah. Aku baru percaya saat Bang Adnan beneran berada di rumahku sekarang. Namun, Ayah dan Emak sedang tidak ada di rumah. Hanya ada Mawar dan Kak Nisa serta Bang Munar. 

Aku merasa aneh melihat Mawar yang tiba-tiba berdandan. Apalagi saat aku melihatnya di ruang tamu sambil membawa laptopnya. Aku hendak mengambil minum untuk Bang Adnan. Merasa bingung apakah dia lebih suka kopi atau teh. Jadilah kubuat keduanya. Aku memang tidak sedekat itu hingga tidak tahu apa-apa tentangnya, termasuk minuman yang disukai, entah itu teh atau kopi. 

Semakin dekat ke ruang tamu, aku mendengar suara Mawar lebih mendominasi.

"Jadi Bang Adnan temannya Kak Dhira?" 

Aku lihat Bang Adnan hanya mengangguk. Benar-benar cuek dengan hal yang tidak penting.

 “Kok, mau berteman dengan Dhira?" tanya Mawar sok ingin tahu. 

Aku geram saat Mawar menanyakan itu. Apa maksudnya?

"Dhira wanita yang baik," jawab Adnan singkat.

Aku tersenyum mendengar Bang Adnan membelaku.

"Bang Adnan pernah kuliah?" Terdengar Mawar bertanya lagi. Dia sepertinya ingin menggali info sebanyak-banyaknya tentang Bang Adnan. 

Aku merasa Bang Adnan mulai risih saat Mawar mulai sok arab dan banyak pertanyaan. Namun, aku masih betah di sini. Aku belum mau muncul karena ingin melihat responnya kepada Mawar. 

"Kuliah sambil kerja." Lagi-lagi jawabannya singkat. 

Mawar semakin berbinar. Semakin bertambah pula pertanyaan yang diajukan.

Karena melihat Bang Adnan kewalahan dengan sikap Mawar yang agresif, mau tidak mau aku pun datang sambil mengantarkan minuman.

 Melihat kedatanganku, Bang Adnan sedikit tersenyum dan terlihat lega saat aku tiba di ruang tamu. Mungkin merasa terselamatkan dari kecentilan Mawar.

"Emang Ayah dan Emak tadi kemana?" tanyaku kepada Mawar yang tatapannya tidak mau lepas sedetik pun dari Bang Adnan. Yang ditatap mulai merasa terganggu.

"Ke rumah Paman Ikbal," jawab Mawar singkat.

Aku menyampaikan kepada Bang Adnan, kalau mereka ke sana pasti akan lama pulangnya. Sehingga kukatakan lagi, agar Bang Adnan datang besok saja. Dia pun menyetujui dan langsung pamit pulang.

Aku juga melewati ambang pintu depan saat melihat mobil Bang Adnan sempurna meninggalkan rumah.

"Kak Dhira, kok bisa kenal orang seganteng Bang Adnan?" seru Mawar sambil mengejar. Aku sangat kesal, pasti hanya itu yang dia tanyakan.

"Alhamdulillah," ucapku singkat saja.

"Terus ngapain dia ke rumah?" tanya Mawar lagi. Terus membuntuti dari belakang.

"Mau melamarku," jawabku asal saja.

Sebenarnya aku belum siap untuk menikah. Saat menyuruhnya ke rumah juga karena aku ingin tau dia serius atau cuma becanda. Namun dia setuju berarti tidak pernah main-main soal pernikahan.

Mawar terkejut sampai menarik napas dengan kedua tangan memegang dada.

"Ngimpi kali, Kak" dia tertawa terbahak-bahak. Maksudnya bertujuan untuk mengejek, namun aku lebih memilih pergi dan tidak menghiraukan.

***

"Ap... Apa?" Zahra sampai meninggikan suaranya setelah aku selesai bercerita.

"Kok, bisa?" Zahra masih tidak percaya.

"Aku juga gak tau," jawabku santai.

"Wah, wah, wah, aku yang nge-fans sama Bang Adnan kok malah kamu yang diajak menikah. Uhhh so sweet banget, deh." 

Zahra terlihat semakin heboh dan aku pun jadi terhibur.

"Semoga berjodoh ya, Bestie. Dari situ menandakan bahwa kamu memang menarik, makanya udah sering dibilangin jangan insecure," omelnya. Aku tersenyum lalu memeluknya. 

"Makasih, Bestie."

***

Hampir setahun aku melihat bagaimana Bang Adnan bersikap padaku, tampaknya memang sangat serius karena dia keukeuh ingin datang ke rumah menjumpai ayah dan Emak, berulang kali aku mengusulkan agar setahun lagi, nyatanya sekarang sudah setahun bahkan sekarang perlakuannya lebih manis dan perhatian bertambah walau tidak kentara, bahkan di The Hans Bakery karyawannya sudah banyak tahu tentang kami. Saat wisudanya tiga bulan lalu, sebenarnya Bang Adnan juga mengundangku, tetapi aku tidak bisa datang karena sangat sibuk. Satu hal yang baru kusadari bahwa sejak Mawar tahu soal Adnan, dia makin manjadi-jadi mendekatinya. Namun, aku melihat Bang Adnan bukan tipe orang yang mudah goyah.

"Duduk dulu, Nak"

Aku tiba di rumah menjelang Maghrib. Ternyata, semua keluarga sudah berkumpul di ruang tamu. Aku pikir mungkin ada hal penting yang akan dibicarakan.

Aku menarik kursi dari lorong meja, duduk bergabung bersama mereka.

"Gini, Nak. Seminggu lagi Mawar akan wisuda. Jadi, kita butuh biaya banyak. Kamu ada uang kan, Nak?" ujar Emak selalu lembut jika itu ada kaitannya untuk meminta uang buat Mawar.

Aku baru tahu ternyata Mawar telah menyelesaikan kuliah, tentu saja aku sangat senang dan bahagia, salah satu di antara kami akan ada yang mengangkat derajat keluarga.

"Insya Allah, Mak," jawabku kemudian. 

Setelah itu, semua kembali sibuk mencari dress wisuda, make up, studio foto, dan hal lainnya yang tidak aku tahu. Selama bekerja hampir tiga tahun, aku benar-benar tidak bisa menabung karena semua uangku dipakai untuk keperluan Mawar kuliah dan memenuhi permintaannya. 

Bahkan, karena banyaknya pengeluaran untuk Mawar, membuat gajiku terasa kurang. Dalam hati aku mengucap, "Ya Allah, kurang bersyukur apakah aku ini?"

Saat mereka heboh mengobrol, aku melihat ada panggilan dari nomor yang sangat kukenal masuk ke nomor teleponnya Mawar dan itu adalah nomornya Bang Adnan. 

Aku merasa heran, kenapa orang tampan itu menelpon Mawar. Tentu saja, aku bingung melihat namanya di kontak. Bahkan, kami saja tidak pernah saling telpon. Selama ini kami hanya sebatas chat. Kenapa dia menelpon Mawar? Aku berusaha tetap berpikir positif. Bisa saja ada hal penting. Namun, apakah itu?

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Spektrum Amalia
729      494     1     
Fantasy
Amalia hidup dalam dunia yang sunyi bukan karena ia tak ingin bicara, tapi karena setiap emosi orang lain muncul begitu nyata di matanya : sebagai warna, bentuk, dan kadang suara yang menghantui. Sebagai mahasiswi seni yang hidup dari beasiswa dan kenangan kelabu, Amalia mencoba bertahan. Sampai suatu hari, ia terlibat dalam proyek rahasia kampus yang mengubah cara pandangnya terhadap diri sendi...
Qodrat Merancang Tuhan Karyawala
1032      693     0     
Inspirational
"Doa kami ingin terus bahagia" *** Kasih sayang dari Ibu, Ayah, Saudara, Sahabat dan Pacar adalah sesuatu yang kita inginkan, tapi bagaimana kalau 5 orang ini tidak mendapatkan kasih sayang dari mereka berlima, ditambah hidup mereka yang harus terus berjuang mencapai mimpi. Mereka juga harus berjuang mendapatkan cinta dan kasih sayang dari orang yang mereka sayangi. Apakah Zayn akan men...
HABLUR
664      344     6     
Romance
Keinginan Ruby sederhana. Sesederhana bisa belajar dengan tenang tanpa pikiran yang mendadak berbisik atau sekitar yang berisik agar tidak ada pelajaran yang remedial. Papanya tidak pernah menuntut itu, tetapi Ruby ingin menunjukkan kalau dirinya bisa fokus belajar walaupun masih bersedih karena kehilangan mama. Namun, di tengah usaha itu, Ruby malah harus berurusan dengan Rimba dan menjadi bu...
Trust Me
58      51     0     
Fantasy
Percayalah... Suatu hari nanti kita pasti akan menemukan jalan keluar.. Percayalah... Bahwa kita semua mampu untuk melewatinya... Percayalah... Bahwa suatu hari nanti ada keajaiban dalam hidup yang mungkin belum kita sadari... Percayalah... Bahwa di antara sekian luasnya kegelapan, pasti akan ada secercah cahaya yang muncul, menyelamatkan kita dari semua mimpi buruk ini... Aku, ka...
I Found Myself
41      37     0     
Romance
Kate Diana Elizabeth memiliki seorang kekasih bernama George Hanry Phoenix. Kate harus terus mengerti apapun kondisi Hanry, harus memahami setiap kekurangan milik Hanry, dengan segala sikap Egois Hanry. Bahkan, Kate merasa Hanry tidak benar-benar mencintai Kate. Apa Kate akan terus mempertahankan Hanry?
Da Capo al Fine
275      233     5     
Romance
Bagaimana jika kau bisa mengulang waktu? Maukah kau mengulangi kehidupanmu dari awal? Atau kau lebih memilih tetap pada akhir yang tragis? Meski itu berarti kematian orang yang kau sayangi? Da Capo al Fine = Dari awal sampai akhir
Jalan Menuju Braga
388      302     4     
Romance
Berly rasa, kehidupannya baik-baik saja saat itu. Tentunya itu sebelum ia harus merasakan pahitnya kehilangan dan membuat hidupnya berubah. Hal-hal yang selalu ia dapatkan, tak bisa lagi ia genggam. Hal-hal yang sejalan dengannya, bahkan menyakitinya tanpa ragu. Segala hal yang terjadi dalam hidupnya, membuat Berly menutup mata akan perasaannya, termasuk pada Jhagad Braga Utama--Kakak kelasnya...
Premonition
546      343     10     
Mystery
Julie memiliki kemampuan supranatural melihat masa depan dan masa lalu. Namun, sebatas yang berhubungan dengan kematian. Dia bisa melihat kematian seseorang di masa depan dan mengakses masa lalu orang yang sudah meninggal. Mengapa dan untuk apa? Dia tidak tahu dan ingin mencari tahu. Mengetahui jadwal kematian seseorang tak bisa membuatnya mencegahnya. Dan mengetahui masa lalu orang yang sudah m...
Kembali ke diri kakak yang dulu
832      633     10     
Fantasy
Naln adalah seorang anak laki-laki yang hidup dalam penderitaan dan penolakan. Sejak kecil, ia dijauhi oleh ibunya sendiri dan penduduk desa karena sebuah retakan hitam di keningnya tanda misterius yang dianggap pertanda keburukan. Hanya sang adik, Lenard, dan sang paman yang memperlakukannya dengan kasih dan kehangatan. Ini menceritakan tentang dua saudara yang hidup di dunia penuh misteri. ...
Let Me be a Star for You During the Day
968      501     16     
Inspirational
Asia Hardjono memiliki rencana hidup yang rapi, yakni berprestasi di kampus dan membahagiakan ibunya. Tetapi semuanya mulai berantakan sejak semester pertama, saat ia harus satu kelompok dengan Aria, si paling santai dan penuh kejutan. Bagi Asia, Aria hanyalah pengganggu ritme dan ambisi. Namun semakin lama mereka bekerjasama, semakin banyak sisi Aria yang tidak bisa ia abaikan. Apalagi setelah A...