Loading...
Logo TinLit
Read Story - Sweet Seventeen
MENU
About Us  

“Ma, aku tuh di sini buat syuting. Ini kok kayaknya banyakan buat ngevlog, ya?” Akhirnya aku mengutarakan protes yang sudah kupendam la,a.

“Mumpung, Anna.”

“Mumpung, sih, mumpung, Ma. Tapi aku capek. Kapan istirahatnya?”

Mama menatapku sambil bersedekap. “Sekarang kamu lagi istirahat.”

Maksudku bukan istirahat ala kadarnya di sela jadwal syuting kayak gini. Istirahat yang aku maksud tidur dengan layak, agar besoknya bisa kembali fresh untuk syuting.

Pihak produser mengizinkan untuk ngevlog behind the scene. Malah, Pak Leo mendukung Mama. Kalau bisa, vlognya langsung tayang hari itu juga. Mama menyanggupi, dan entah gimana caranya Mas Dwi bisa melakukannya.

Ya, hitung-hitung promosi gratis soal web series ini.

Bukan hanya aku, Kenny juga melakukannya. Baru satu jam yang lalu aku dan Kenny membuat live Q & A di TikTok. Padahal seharusnya aku bisa istirahat, tapi malah berperan jadi new BFF di dunia maya dengan Kenny.

“Baru segini udah complain. Lihat Kenny, enggak protes, tuh. Padahal dia scene-nya lebih banyak.”

Sejak sampai di Bali, telingaku rasanya seperti mau meledak karena terus menerus mendengar soal Kenny dari Mama. Sepertinya sekarang Kenny jadi objek obsesi baru Mama, jadi enggak capek-capeknya membandingkanku dengan Kenny. Ada saja yang bisa dibandingkan, dan hasilnya selalu sama. Kenny selalu berada di atasku, dan itu artinya, Mama akan semakin menggenjotku agar lebih aktif lagi sehingga bisa selevel dengan Kenny.

Jadi, aku enggak hanya capek secara fisik, tapi juga capek secara mental. Lelah dengan semua tuntutan Mama yang enggak ada habisnya.

“Mama lakuin ini buat kamu juga. Lihat Kenny, sudah jadi pemeran utama. Kamu sendiri? Buat supporting aja susah banget dapetnya. Padahal dulu kamu lebih high demand dari Kenny. Ini karena kamu kelamaan vakum, enggak kayak Kenny yang selalu eksis.” Mama kembali melancarkan emotional blackmail yang membuatku semakin malas berada di dekatnya. “Kenny baru mulai ngevlog tiga bulan ini, tapi subscriber dia bisa-bisa ngalahin kamu sebentar lagi.”

Bagi Mama, kuantitas dalam bentuk jumlah follower dan subscriber merupakan tolok ukur yang sangat penting. Sebab, kedua hal itu jadi pijakan Mama dalam mempromosikanku agar mendapat endorse. Jadi, jumlah yang stagnan adalah hal terlarang bagi Mama, dan kehilangan follower adalah mimpi buruk. Mengetahui ada saingan lain juga menjadi momok menakutkan yang sangat tidak diinginkan Mama.

Jadi, Mama akan melakukan apa saja buat menghindari hal itu.

“Kenny juga sering bareng Dafa. Kamu juga, sih, enggak mau bikin konten prank kemarin. Viral, kan, konten itu?”

“Ya, sih. Tapi Dafa juga dapat masalah, kan? Sampai harus minta maaf segala. Lagian, aku enggak mau viral karena masalah begitu.”

Berbanding terbalik dengan Mama, aku justru bersyukur enggak terlibat dalam konten prank Dafa dan Kenny. Mereka berpura-pura jadi pengemis dan masuk ke café. Niatnya demi social experiment kayak acara What Would You Do? Namun, mereka kelewatan dan enggak bisa baca situasi sehingga ada satu café yang protes. Bukannya sadar diri, Dafa malah menjadikan protes itu sebagai konten baru di Instagram, seolah-olah dia yang jadi korban. Akibatnya, dia hampir saja disomasi karena mencemarkan nama baik café dan Dafa jadi bulan-bulanan di X.

Viral karena konten begitu adalah mimpi buruk bagiku.

Lain halnya dengan Dafa yang memanfaatkan situasi untuk membuat konten lain. Video klarifikasi, yang tentu saja sangat jauh dari kebenaran.

“Tuh, Dafa lagi bareng Kenny. Kamu samperin, sana. Masa iya kamu biarin aja pacarmu sama cewek lain?”

“Males, ah, Ma. Lagian sebentar lagi giliranku take.”

Mama menatapku dengan wajah keras. Kalau saja saat ini enggak lagi di lokasi syuting, dan ada banyak orang di dekat kami, Mama pasti akan menarikku untuk mengikuti sarannya.

Menjauhkan Dafa dari Kenny.

Untuk menghindari tatapan Mama yang sangat menusuk, aku pura-pura menyibukkan diri dengan mengecek Instagram. Saat melihat foto yang di-post Arisha, aku berusaha untuk menahan senyum.

“Bali, here we come.”

Itu tulisan yang diunggah Arisha, di foto yang terdiri dari dirinya, Theo, Ghania, dan Ansel. Dia enggak memberitahuku karena sampai kemarin masih ragu buat ikutan menyusul ke Bali atau tidak.

“Can’t wait.” Aku menuliskan kalimat itu di kolom komentar.

Tentu saja, yang kutunggu kedatangannya adalah Ansel.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Langkah Pulang
344      257     7     
Inspirational
Karina terbiasa menyenangkan semua orangkecuali dirinya sendiri. Terkurung dalam ambisi keluarga dan bayang-bayang masa lalu, ia terjatuh dalam cinta yang salah dan kehilangan arah. Saat semuanya runtuh, ia memilih pergi bukan untuk lari, tapi untuk mencari. Di kota yang asing, dengan hati yang rapuh, Karina menemukan cahaya. Bukan dari orang lain, tapi dari dalam dirinya sendiri. Dan dari Tuh...
Cinta Sebatas Doa
604      423     0     
Short Story
Fero sakit. Dia meminta Jeannita untuk tidak menemuinya lagi sejak itu. Sementara Jeannita justru menjadi pengecut untuk menemui laki-laki itu dan membiarkan seluruh sekolah mengisukan hubungan mereka tidak lagi sedekat dulu. Padahal tidak. Cukup tunggu saja apa yang mungkin dilakukan Jeannita untuk membuktikannya.
My First love Is Dad Dead
52      49     0     
True Story
My First love Is Dad Dead Ketika anak perempuan memasuki usia remaja sekitar usia 13-15 tahun, biasanya orang tua mulai mengkhawatirkan anak-anak mereka yang mulai beranjak dewasa. Terutama anak perempuan, biasanya ayahnya akan lebih khawatir kepada anak perempuan. Dari mulai pergaulan, pertemanan, dan mulai mengenal cinta-cintaan di masa sekolah. Seorang ayah akan lebih protektif menjaga putr...
Unexpected You
485      346     0     
Romance
Pindah ke Indonesia dari Korea, Abimanyu hanya bertekad untuk belajar, tanpa memedulikan apapun. tapi kehidupan tidak selalu berjalan seperti yang diinginkannya. kehidupan SMA terlalu membosankan jika hanya dihabiskan untuk belajar saja. sedangkan Renata, belajar rasanya hanya menjadi nomor dua setelah kegemarannya menulis. entah apa yang ia inginkan, menulis adalah pelariannya dari kondisi ke...
Da Capo al Fine
270      229     5     
Romance
Bagaimana jika kau bisa mengulang waktu? Maukah kau mengulangi kehidupanmu dari awal? Atau kau lebih memilih tetap pada akhir yang tragis? Meski itu berarti kematian orang yang kau sayangi? Da Capo al Fine = Dari awal sampai akhir
Slap Me!
1564      713     2     
Fantasy
Kejadian dua belas tahun yang lalu benar-benar merenggut semuanya dari Clara. Ia kehilangan keluarga, kasih sayang, bahkan ia kehilangan ke-normalan hidupnya. Ya, semenjak kejadian itu ia jadi bisa melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh orang lain. Ia bisa melihat hantu. Orang-orang mengganggapnya cewek gila. Padahal Clara hanya berbeda! Satu-satunya cara agar hantu-hantu itu menghila...
The Boy Between the Pages
1036      728     0     
Romance
Aruna Kanissa, mahasiswi pemalu jurusan pendidikan Bahasa Inggris, tak pernah benar-benar ingin menjadi guru. Mimpinya adalah menulis buku anak-anak. Dunia nyatanya membosankan, kecuali saat ia berada di perpustakaantempat di mana ia pertama kali jatuh cinta, lewat surat-surat rahasia yang ia temukan tersembunyi dalam buku Anne of Green Gables. Tapi sang penulis surat menghilang begitu saja, meni...
Teman Kecil
376      240     0     
Short Story
Sudah sepuluh tahun kita bersama, maafkan aku, aku harus melepasmu. Bukan karena aku membencimu, tapi mungkin ini yang terbaik untuk kita.
Dunia Saga
5749      1494     0     
True Story
There is nothing like the innocence of first love. This work dedicated for people who likes pure, sweet, innocent, true love story.
Kamu
3738      1511     1     
Romance
Dita dan Angga sudah saling mengenal sejak kecil. Mereka bersekolah di tempat yang sama sejak Taman Kanak-kanak. Bukan tanpa maksud, tapi semua itu memang sudah direncanakan oleh Bu Hesti, ibunya Dita. Bu Hesti merasa sangat khawatir pada putri semata wayangnya itu. Dita kecil, tumbuh sebagai anak yang pendiam dan juga pemalu sejak ayahnya meninggal dunia ketika usianya baru empat tahun. Angg...