Aku Ryan, datang ke Kampung Inggris dengan satu tujuan: meningkatkan kemampuan berbahasa Inggrisku. Aku tipe orang yang suka bergaul, jadi aku cepat akrab dengan orang-orang di sini. Aku bertemu Elara, Liera, Indah, dan Chloe di kelas speaking, dan kami langsung cocok.
Liera, khususnya, menarik perhatianku. Dia punya energi positif yang menular, dan dia selalu punya ide-ide menarik. Kami sering berdiskusi tentang berbagai topik, dan aku menikmati setiap percakapan dengannya. Kami juga sempat menjadi pasangan MC di acara 17 Agustus-an, dan itu sangat menyenangkan. Kami kompak dan saling melengkapi.
Aku suka menghabiskan waktu dengan Chloe juga. Dia berbeda dari kebanyakan gadis yang kukenal. Dia tomboi, jujur, dan punya selera humor yang bagus. Aku sering menghiburnya saat dia sedang kesal dengan orang tuanya, dan aku merasa senang bisa membuatnya tertawa.
Sejujurnya, aku tidak yakin kapan perasaanku pada Chloe mulai berubah. Awalnya, kami hanya teman baik. Tapi, lama-kelamaan, aku menyadari bahwa aku menyukainya lebih dari sekadar teman. Aku suka caranya tertawa, caranya berbicara, dan caranya menjadi dirinya sendiri. Aku merasa nyaman berada di dekatnya.
Saat kami liburan ke pantai, Indah memberinya dare untuk menyanyikan lagu untuk orang yang disukainya. Aku tahu dia menyanyikan lagu itu untukku, dan aku merasa jantungku berdebar kencang. Aku ingin mengatakan perasaanku padanya saat itu juga, tapi aku terlalu gugup.
Keesokan harinya, saat kami sedang melihat matahari terbit, aku memberanikan diri untuk menarik tangannya menjauh dari yang lain. Aku mengatakan padanya bahwa aku juga menyukainya, dan aku ingin menjadi pacarnya. Dia terlihat terkejut, tapi kemudian dia tersenyum dan mengangguk. Aku sangat bahagia saat itu.
Kami sepakat untuk merahasiakan hubungan kami dari teman-teman untuk sementara waktu. Kami ingin menikmati waktu berdua tanpa tekanan. Aku tahu itu mungkin terdengar kekanak-kanakan, tapi aku merasa itu yang terbaik untuk kami.
Selama kami di Kampung Inggris, aku selalu ada di sisi Chloe. Aku mendukungnya saat dia bertengkar dengan orang tuanya, dan aku mencoba membuatnya merasa lebih baik. Aku merasa bertanggung jawab untuk melindunginya dan membuatnya bahagia.
Saat tiba waktunya untuk pulang, aku sedih karena harus berpisah dengannya. Tapi, kami berjanji akan menjaga hubungan kami, dan kami berjanji akan saling menghubungi.
Kembali ke rumah, aku terus mendukung Chloe saat dia berurusan dengan orang tuanya. Aku tahu dia sedang berjuang, dan aku ingin dia tahu bahwa dia tidak sendirian.Beberapa tahun kemudian, orang tua Chloe akhirnya menerima hubunganku dengannya. Aku sangat lega saat itu. Aku tahu betapa pentingnya restu orang tua baginya.
Setelah lulus kuliah, aku melamarnya, dan dia menerima. Aku sangat bahagia bisa menghabiskan sisa hidupku dengan Chloe, gadis tomboi yang mencuri hatiku di Kampung Inggris. Aku berterima kasih pada Kampung Inggris, bukan hanya karena kemampuan bahasa inggrisku yang meningkat, namun juga karena aku menemukan cinta disana.
Annyeong 👋
Comment on chapter POV William