Sejujurnya, Minhyuk berpikir Yura hanya bercanda. Tapi ternyata dia benar-benar serius. Karena keesokan harinya, agensinya memberi tahu Minhyuk soal tawaran itu.
Direktur Hwang langsung memanggilnya ke ruangan setelah tim manajemen melaporkan bahwa ada permintaan dari rumah sakit, khususnya sebuah acara yang membutuhkan fotografer. Dalam surat pengajuan itu, tertulis dengan jelas: rekomendasi dari kenalan Minhyuk, Han Yura, dokter di rumah sakit XXX.
Iya, Yura sengaja meminta agar namanya dicantumkan supaya agensi Minhyuk tahu bagaimana tawaran itu bisa sampai pada mereka.
Begitu Minhyuk duduk di ruangan besar dengan berbagai plakat penghargaan terpajang di dinding, kalimat pertama yang keluar dari Direktur Hwang adalah...
"Kau... punya teman? Yang kami tidak tau?"
"Samchon." Haiyaaa, Minhyuk sudah bisa menebak arahnya ke mana. Memanggilnya ke ruangan hanya untuk meledeknya? Benar-benar khas pamannya. Dia menggeleng, sedikit jengah.
Dengan santai, Direktur Hwang menyandarkan punggung ke sofa, menatap Minhyuk dengan ekspresi penuh tanya. "Habisnya, kau selama lima tahun ini, aku tidak pernah mendengar kau punya teman. Bahkan ibumu saja menyuruhku untuk menjodohkanmu terus. Kalau kau ada pacar, untuk apa dia menyuruhku begitu, kan?"
Minhyuk memutar bola matanya. "Teman baru. Tidak ada penjelasan lanjutan," jelasnya singkat dan padat. Dia sudah tau pamannya pasti akan bertanya lebh lanjut lagi kalau tidak jelas.
Mendengar jawaban itu, Direktur Hwang menyipitkan mata, sedikit kesal karena tak bisa menggali lebih dalam. "Jadi? Kau mau ambil pekerjaan ini?"
Keponakannya mengangguk, "iya. Tidak ada salahnya untuk mengambil pekerjaan ini, kan. Lagipula aku juga sedang tidak ada jadwal di hari itu."
Kali ini Direktur Hwang mengangguk, "baiklah kalau begitu. Nanti akan kusetujui dan kuberitau kepada tim untuk mengirim jawabannya."
"Oke, aku boleh pergi sekarang?"
"Kau memang tidak bisa di dekat orang lama-lama, ya?"
"Lebih tepatnya aku tidak begitu nyaman, karna takut dengan entah pertanyaan apa langi yang akan dilontarkan. Jadi?"
Direktur Hwang menghela napas dan mengibaskan tangannya mempersilahkan ponakannya itu untuk pergi. Minhyuk hanya terkekeh sebelum berbalik menuju pintu.
Tangannya sudha di kenop pintu, saat ucapan pamannya membuatnya sedikit berpikir.
"Kau sekarang sudah lebih... manusiawi."
Minhyuk terhenti sejenak.
"Sejak 5 tahun yang lalu sampai sekarang, kau lebih banyak menghindari acara-acara dengan banyak orang. Kami harus memaksamu agar kau menyetujuinya, tapi sekarang, bahkan temanmu sendiri yang mengajukannya. Teman baru."
Sejenak, ruangan itu terasa lebih sunyi. Namun akhirnya, Minhyuk berkata, "aku pergi." Tak ada niat untuk menjawabnya.
Dia melangkah keluar tanpa menoleh, tetapi sepanjang koridor, pikirannya terus berputar.
Benarkah? Aku sudah berubah?
Tapi rasanya... tidak ada yang berbeda.
***
Untuk kesekian kalinya hari ini, Yura kembali bertanya kepada kepala suster. "Ssaem. Apakah sudah ada jawaban?"
Tapi lagi-lagi, kepala suster itu tersenyum dan menggelengkan kepalanya. "Yura ssaem. Kau baru saja bertanya sekitar tiga puluh menit yang lalu. Dan jawabannya belum ada."
Kedua bahu Yura menurun begitu mendengar jawaban kepala suster. Tak bisa dipungkiri, memang dia sedikit kecewa mendengarnya. Karna untuk saat ini, sepertinya hanya acara itu saja yang bisa membuat Yura bertemu dengan Minhyuk. Agak... takut juga kalau ternyata tidak bisa.
Tak lama suara telepon berdering.
Sekejap, kedua bahu yang tadinya turun, langsung terangkat antusias. Matanya seakan ada kepal kelip menatap kepala suster yang hanya bisa tersenyum menggelengkan kepalanya dan mengangkat telepon setelahnya.
"Ne. Disini bangsal spesialis bedah anak. Ada yang bisa dibantu?" jawab Kepala Suster dengan sopan. Sepertinya itu adalah telepon yang menyenangkan, karna kepalanya Kepala Suster mengangguk beberapa kali seraya tersenyum, dan senyumnya semakin lebar saat meletakkan gagang teleponnya.
Yura yang sudah tidak sabar, langsung membuka suara, "waeyo waeyo waeyo? Dapat jawaban dari agensi Minhyuk-ssi?"
Kepala suster itu mengangguk mantap, "iya. Mereka bilang setuju untuk mengirim Minhyuk ke acara kita nanti."
Yura senangnya bukan main. Tangannya menggumpal dan melayang ke udara dari bawah ke atas, senang sekali mendengar jawaban itu. "Yes!"
Suster Park Roha dan Min Gayoung yang kebetulan ada di meja suster itu jadi saling menatap sambil tersenyum jahil. Yura yang melihat kedua suster itu sedikit mencurigakan, akhirnya menegakkan tubuhnya dan beredeham. "Jangan berpikir yang tidak-tidak ya. Aku hanya senang karna kita tidak perlu mencari fotografer lagi."
"Masa sih, ssaem?" tanya Suster Park dengna nada sedikit meledek.
Yura menganggukkan kepalanya dengan cepat, "iya. Ah! Sudah-sudah. Berarti aku sudah ikut membantu ya! Sekarang aku mau kembali ke ruangan dulu. Akan jadi masalah kalau Profesor Kim tidak melihatku di ruangan. Belakangan ini beliau lagi punya masalah sepertinya denganku. Slelau menyulitkanku."
Ketiga suster itu terkekeh pelan, "semangat, ssaem!" Yura mengangguk sambil terus berjalan kembali ke ruangannya dengna hati yang senang. Ha! Berarti dia bisa bertemu lagi dengan Minhyuk kan.
Baru, baru saja dia sampai di depan pintu ruangannya, tiba-tiba dia merasa ponselnya bergetar. Perasaannya langsung tidak enak. Karna benar saja saat dia mengangkat teleponnya, panggilan operasi. Kakinya lnagsung berbalik dan berlari menuju ruang operasi.