Setelah pengungkapan perasaan yang dilakukan oleh Rowoon kemarin, jujur... Yura jadi dibuat bingung sendiri. Bagaimana bisa Rowoon menyukainya? Perasaan mereka lebih banyak ributnya daripada akurnya.
Tuk tuk
Seorang lelaki yang bernama Go Minhyuk -iya, mereka memang berjanji untuk ketemu hari ini kan- yang duduk di depannya, mengetuk pelan jarinya di atas meja, mencoba menyadarkan dokter muda itu yang masih melamun entah ke mana.
Tolong jangan tanya seberapa senangnya Yura saat melihat Minhyuk benar-benar datang dan bahkan sudah duduk lebih dulu sebelum jam janji temu mereka di kafe rumah sakit. Saat membaca chat dari Minhyuk yang memberi tahu kalau dia sudah tiba, dia langsung lari kegirangan.
"Kau melamun? Tidak mau pesan kopi? Bukankah katanya kau mau mentraktirku kopi?"
"Ah iya benar juga. Kau mau apa?"
"Ice americano saja."
"Oke, hot americano."
Minhyuk melotot, tak habis pikir dengan perempuan yang sekarang sudah melenggang pergi ke kasir. Tapi sepersekian detik kemudian, dia tersenyum tipis. Entah kenapa, saat bersama Yura, rasanya seperti... dia berada di dunia lain. Untuk sesaat, pikirannya tak dipenuhi hal-hal menyakitkan itu.
Sama seperti waktu di Jakarta kemarin.
Tapi dia tetap enggan mengakui perkataan adiknya kalau sudah saatnya membuka lembaran baru.
Belum saatnya.
Tak lama, Yura kembali dengan dua cangkir kopi di tangannya. Wanginya bahkan sudah tercium meski dia belum sampai di meja.
"Hot americano. Cuaca lagi cukup dingin di depan, jangan minum yang dingin dulu."
Minhyuk tak berkomentar, hanya menerima kopi pemberian Yura. "Gomawo."
"Ah, aku teringat sesuatu. Hm.. Aku bingung sih mau bilang gimana."
Otak Yura berputar dengan keras bagaimana cara untuk mengajak Minhyuk agar menjadi fotografer di acara tahunan rumah sakit di panti asuhan anak-anak yang akan diadakan sebulan lagi itu.
Sementara itu, Mihnyuk menunggu dengan tenang sambil menyesap kopi panasnya.
"Hm... Kami ada acara dari rumah sakit di panti asuhan binaan rumah sakit ini, diadakan sekitar sebulan lagi dari sekarang. Tapi kami belum menemukan fotografer. Lalu aku teringat kalau kau seorang fotografer, jadi.. apakah kau bisa membantu kami?"
Akhirnya! Yura bisa mengatakannya, awalaupun dalam satu napas. Jantungnya kini berlari sambil menunggu jawaban. Jantungnya kini berdebar, menunggu jawaban Minhyuk. Matanya melirik sekilas, mencoba menebak reaksinya.
Minhyuk menyesap kopinya lagi, lalu.. "Tidak." Untuk apa juga dia ikut, apalagi jika ada Yura disana.
Sejenak Yura membeku. Pupus sudah harapannya. Bahunya langsung melorot. "Waeyo?" Raut wajahnya benar-benar kecewa.
"Nega isseunikka," jawabnya santai.
Ah, jinjja. Yura benar-benar kecewa sekarang.
Sedikit mendramatisir, Yura menjatuhkan kepalanya di atas meja, harus bilang apa dia dengan kepala suster sekarang. Hah...
Minhyuk memutar bola matanya, "jangan terlalu berlebihan. Aku hanya bercanda." Tidak, sebenarnya dia memang tidak mau ikut kalau ada Yura. Tapi melihat wajah kecewa perempuan itu... "Aku harus bertanya dulu pada agensiku. Karna aku bekerja untuk agensi juga."
Mendengar hal yang baru saja diberitau Minhyuk itu, tiba-tiba Yura langsung mengangkat kepalanya dengan senyum begitu cerah di wajahnya. Tubuhnya terduduk tegap. "Kalau masalah itu, biar aku sampaikan pada kepala bagian acara. Kalau perlu, aku akan meminta Minjun untuk ikutan mengajukan ijin pada agensi Minhyuk."
Di balik cangkir yang terangkat, Minhyuk tersenyum samar. "Terserah kau." Itu kata Minhyuk singkat pada Yura.
"ASSAAA!!"
Buru-buru Minhyuk langsung meletakkan cangkirnya dan memajukan tubuhnya untuk menarik Yura duduk kembali. "Ya! Duduklah kembali. Jangan terlalu berisik."
Seakan dihantam kenyataan, Yura buru-buru membungkukkan tubuhnya beberapa pada sekitar sambil menggumam minta maaf. "Kau ini," keluh Minhyuk, nyaris ingin menutupi wajahnya.
Yura menyengir, "maaf."
"Kau tidak sibuk?"
"Hei! Jangan bicara sembarangan. Ini rumah sakit, tau." Yura mendecak, merasa Minhyuk bisa saja membawa sial untuknya. Apalagi hari ini dia jaga malam. "Kau tidak boleh bicara sembarangan di rumah sakit, tau."
Minhyuk mendesah pelan, "kalau begitu, aku pergi dulu."
"Beolsseo gayo? Tidak mau ketemu Minjun lagi?"
"Untuk apa bertemu dengannya lagi. Terima kasih untuk kopinya!"
Minhyuk mengangkat sedikit gelasnya sebelum melangkah pergi, meninggalkan Yura yang masih menatap punggungnya menjauh. Tapi tak lama, senyum muncul di wajahnya.
Pikiran kalau Minhyuk tidak ssedingin yang dulu ia tau, membuatnya sedikit senang.
***
Yura sudah kembali ke ruang jaganya dengan wajah sumringah. Tak lupa dia juga memberitau pada kepala suster perkara Minhyuk tadi, dan kepala suster juga sudah setuju dan akan mengurus perihal surat pengajuan pada agensi Minhyuk nanti.
"Pantas saja Yura ssaem wajahnya berseri dan senyum begitu. Ternyata habis ketemu calon pacar, ya?"
Aigoo. Wajahnya pasti memanas lagi sekarang. "Calon pacar apanya. Aku dan dia hanya berteman saja."
"Eiii. Mana mungkin hanya teman tapi wajahmu sampai merah seperti ini."
Lalu tiba-tiba Rowoon datang lewat belakang Yura dan berdiri di sampingnya. "Ada apa ini? Seru sekali sepertinya."
Yura berdeham, bohong lah ya kalau dia tidak merasa sedikit terusik dengan kata-kata Rowoon semalam. Tapi sepertinya temannya ini baik-baik saja, seakan tidak ada yang terjadi semalam. Melihat Rowoon masih bisa tersenum padanya sekarang, yang Yura balas dengan senyum sedikit kikuk.
"Oh? Jung ssaem. Ini, tadi Yura ssaem sepertinya habis ketemu dengan orang yang ia suka."
"Suster Park!" protes Yura cepat. "Aku tidak menyukainya. Kami hanya kenalan!"
Rowoon berdeham pelan, lalu tersenyum jahil ke arah Yura. "Kau bisa suka dengan orang juga? Wahhhh. Aku jadi penasaran siapa orangnya."
"Aniranikka. Kau, kenapa kau kesini? Tidak ada pasien?" kata Yura berusaha untuk kabur dari obrolan itu.
Rowoon mengangkat kedua bahunya sebentar lalu menggeleng, "sedang istirahat. Hei, aku juga butuh istirahat ya. Tadinya mau kasi kau kopi, tapi kau ternyata sudah minum kopi juga. Jadi ini untuk Minjun saja nanti."
"Eo?? Mwoya Mwoyaaa?! Baik sekali Jung ssaem pada Yura ssaem," ledek suster Min Gayeong. Sementara kepala suster hanya tertawa kecil sambil memeriksa chart yang akan dibawa oleh Profesor Kim nanti saat visite.
"Tentu saja. Kau harus baik pada orang yang kita suka kan?"
Mendengar jawaban Rowoon, Yura langsung melotot padanya. Tapi pria itu hanya menanggapinya dengan senyum jahil. Sementara itu suster Min dan suster Park langsung heboh saling tertawa kecil mendengar jawaban Rowoon barusan.
Suster Park langsung meledek Yura dan Rowoon. "Jadi kalian berdua ada hubungan ini?"
Yura menggeleng dengan cepat. "tidak ada. Kami hanya berteman."
Rowoon tersenyum jahil dan tertawa kecil, "aku juga menyukai Minjun, menyukai Hyena, kepala suster, dan semua orang yang aku kenal. Majji, Yura-ya?" katanya sambil menyenggol bahu Yura dengan bahunya.
"Ei mwoyaa. Kami kira sudah ada pasangan baru di rumah sakit ini," kata suster Min dengan raut wajah sedikit kecewa tapi dalam kondisi jahil.
Yura tersenyum kikuk dan langsung mendorong tubuh Rowoon. "kau pergilah sekarnag. Sebentar lagi Profesor Kim akan datang. Shoo shoo!"
"Baiklah baiklah. Semuanya, aku pergi dulu ya! Sampai nanti lagi!"
Yura menggelengkan kepalanya saking tak habis pikir dengan temannya itu.