Hidup tenang tanpa drama bersama kakak dan adiknya adalah impian hidup Molly, anak tengah dari tiga bersaudara. Dia tak menyangka saat Agatha, kakaknya, tiba-tiba menghilang dan melepas tanggung jawab hingga adik bungsu mereka, Pandia, menjadi pengantin pengganti dalam sebuah pernikahan yang tak diinginkan.
...Read More >>"> SECRET IN SILENCE (Bab 43) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - SECRET IN SILENCE
MENU 0
About Us  

Molly terhentak seketika dari tidur. Matanya mengerjap beberapa kali. Tangannya mengusap wajah kasar untuk membantunya lebih fokus. Terlalu lama menunggu membuat Molly tanpa sadar jatuh tertidur. Ia terkesiap saat mendengar seseorang berbisik tajam melalui telinganya. Molly berharap itu adalah Agatha yang membangunkannya. 

Pikirannya dipenuhi oleh bayangan kakaknya yang telah keluar dari cermin dengan penuh rasa bangga. Namun, ketika Molly mengecek, hasilnya tetap nihil. Tidak ada tanda-tanda Agatha kembali.

"Agatha." Molly berlutut di dekat cermin. Tangannya mengusap permukaan cermin yang masih saja mengeras. "Mereka belum kembali. Mereka belum kembali. Mereka belum kembali!"

Teriakan Molly menggema penuh frustrasi. Dia memegangi kepalanya erat-erat, rasa panik melonjak mengonsumsi kewarasannya.

"Aku gagal. Aku gagal. Aku gagal," gumamnya.

Sejuta bayangan buruk menghantui Molly. Agatha yang terperangkap dalam cermin perunggu, Pandia yang menikah dengan Vince, hingga kemungkinan Powell berubah pikiran dan menikahkan Molly juga bersama orang lain yang jauh lebih kaya dan lebih tua dari Vince. Tidak bisa begitu!

Molly, lari!

Tenggelam dalam rasa cemas membuat Molly tersentak saat mendengar sebuah suara yang muncul dari arah punggungnya. Disampaikan dalam nada samar-samar, mendesak, dan misterius. Berasal dari segala sisi, suaranya tertutup oleh angin yang membelai lembut telinga Molly. Ia tidak menemukan sosok yang berbicara dengannya, juga tidak yakin jika para tanaman pakis layu apalagi lumut.

Dari arah angin datang, terdengar samar-samar suara lolongan anjing. Terdengar melengking menusuk tajam, bersahut-sahutan dari kejauhan, disertai suara derap kaki cepat yang memantul dari dinding labirin. Mendadak, tekanan udara menindas dada Molly, sungguh kuat hingga menyebabkan perempuan muda itu mencengkram dadanya.

"Anjing?" Molly membalikkan badan, menghadap arah labirin. "Harusnya tidak ada anjing di sini, kecuali—"

Lari! Mereka tahu kau membunuh kawanannya!

Entah siapa yang memperingatinya, namun Molly masih belum berani beranjak dari sana. Dia masih menunggu Agatha. Pergi dari sana berarti kegagalan baginya.

Lari, Molly, lari!

"Tidak!" Molly bersikeras. "Agatha masih belum kembali, aku harus tetap di sini untuk menunggunya."

Perhatian Molly teralihkan pada sejumlah penampakan makhluk aneh dan tidak wajar. Tubuh mereka terbuat dari batang kayu yang meliuk-liuk kasar dan tidak terdefinisi bentuknya. Mereka berlari menggunakan empat kaki dalam bentuk yang tidak beraturan: ada yang kecil dan panjang, ada yang besar pendek, ada yang panjang mirip ranting rapuh, membuat mereka berlari pincang dan hampir terseok-seok.

Tubuh mereka diselimuti oleh lumut dan tanaman liar. Ada juga yang mirip laba-laba, berlari melintasi dinding labirin, namun melolong seperti serigala dan menggonggong seperti anjing pada umumnya. Mata mereka menyala putih terang. Ada yang memiliki dua mata, satu mata, bahkan ada makhluk yang tubuhnya dipenuhi oleh mata.

"Serigala kayu," Molly bergumam panik. Suara lolongan dan gonggongan itu menggema, mengirimkan sejuta perasaan tidak nyaman yang membuat bulu Molly berdiri dalam hitungan detik.

Kemudian, Molly melihat seseorang tengah berlari menghindar dari kejaran para serigala kayu. Seseorang lain berhasil membuka gerbang, dan kini tengah menuju ke arah menara. Sosok itu berlari kencang, gerakannya gesit dan cepat. Tak hanya itu, dia berlari menyusuri labirin seolah dirinya telah menghafal jalannya.

"Mungkinkah itu Agatha?" gumam Molly.

Bisa saja itu adalah kakaknya. Mungkin Bilena mengembalikan Agatha ke sisi lain dari dunia ini dan kakaknya berniat untuk menyusul.

Dengan penuh kepercayaan diri tinggi, Molly mengangkat kedua tangan ke atas, memberitahukan di mana posisinya. Ia berteriak memanggil nama Agatha berkali-kali, akan tetapi, sosok itu hanya mendongak sekilas dan kembali berlari.

"Agatha, hebat sekali. Cara dia berlari terlihat gesit, tubuhnya lebih lentur. Dia telah berubah banyak." Molly bergumam, terpukau, bangga, juga khawatir.

Namun, ada yang aneh dari sosok yang berlari itu. Jika dia adalah Agatha, seharusnya sosok itu membawa sebilah pedang api di punggung. Jika dia adalah kakaknya, harusnya orang asing itu berhenti berlari dan memilih menyerang.

Begitu mengamati selama beberapa saat, Molly sadar, orang itu sudah pasti bukan Agatha dan dia menggiring segerombolan serigala kayu menuju ke Molly.

Molly cepat-cepat membalikkan badan, berencana berlari menjauh menyelamatkan diri. Akan etapi, baru saja membalikkan badan, dia dikejutkan oleh sosok serigala kayu, yang telah lebih dulu berada di belakangnya.

Makhluk itu menjulang tinggi, kakinya ada tujuh yang berjalan berjinjit. Serigala kayu itu buta, dua matanya tidak menyala seperti yang lain. Dia mengendus-endus, mengandalkan penciumannya. Ketika mendeteksi bau Molly, dia menggeram, memamerkan mulut lebarnya—teramat lebar hingga mungkin kepala Molly dapat masuk dalam satu suapan.

Molly mematung, kakinya seolah dipaku dalam tanah, tangannya gemetaran, wajahnya dipenuhi oleh keringat dingin, dadanya bertalu-talu kental akan rasa takut dan bahaya.

Kemudian, serigala kayu itu melolong. Suaranya lebih melengking dan kasar, menusuk gendang telinga hingga membuat Molly harus menunduk seraya menutupi telinganya.

Lolongannya tidak berhenti, malah semakin kencang. Refleks, Molly menarik belati yang disimpannya. Lalu, menggunakan tenaga seadanya, dia menikam bagian tenggorokan si serigala kayu, membuat makhluk itu berhenti melolong dalam sekejap. Begitu berhasil mencabut kembali belatinya, dia mengambil langkah mundur perlahan, menodongkan belatinya penuh atisipasi.

Tanpa diprediksi, makhluk itu mendorong Molly dengan kedua kaki depan, membuatnya kehilangan keseimbangan. Gravitasi seolah menarik seluruh bagian tubuhnya secara kasar. Teriakannya tercekat akibat rasa nyeri dan sakit yang meledak mengagetkannya, tepat ketika punggungnya menghantam anak tangga pertama. 

Tangannya berayun mencari pegangan, namun hanya udara kosong yang berhasil dicengkramnya. Dia tergulung jatuh, meringkuk memegangi kepala, berharap dapat melindungi bagian vital meski sedikit. Seluruh dunia dalam pandangannya berputar dan kabur, dadanya terasa dihantam beberapa kali hingga membuatnya mengaduh.

Molly mengerang ketika tubuhnya berhasil mencapai anak tangga terakhir dengan bunyi gedebuk keras. Seluruh sendi di bagian tubuhnya merengek kesakitan, menciptakan rasa sakit yang luar biasa. Perasaan nyeri itu tak kunjung mereda, malah menggoda bagian kepalanya, menciptakan rasa pusing. Molly mendesis dan mengaduh saat bangun dari posisinya. Dunia menjadi berputar, tanah yang menjadi pijakan kaki dan tangannya lembek sehingga membuatnya sulit untuk bangkit.

"Apa yang—"

Perkataan Molly terpotong saat melihat sosok serigala kayu berjalan menuruni tangga ke arahnya. Gonggongannya masih terdengar tajam, yang menandakan serangannya tidak mempan. Kedua kaki makhluk itu terangkat ke udara, bersiap menyerang Molly. Dia meringis, ingin menjauh melindungi diri namun tak sempat.

"Mawar Merah!"

Dari kejauhan, seseorang memanggil namanya. Suaranya berat, serak, lantang, dipenuhi rasa khawatir, juga panik. Detik berikutnya, suara itu disertai oleh kikikan monyet khas. Molly mengenalinya dalam sekali tarikan napas, sebab, tidak ada orang lain yang mengganti namanya dengan sebutan aneh selain Rolan.

Molly terhenyak saat Rolan berhasil menarik tubuhnya menjauh tepat pada detik-detik terakhir kaki serigala kayu berayun tajam. Namun, si penyair tidak berhasil menemukan keseimbangannya, sampai akhirnya mereka terhuyung jatuh di tanah bersama.

Moko berlari ke depan, berteriak sekencang-kencangnya, menandingi suara lolongan serigala kayu. Rolan meringkuk, melindungi tubuh Molly di dadanya. Tangannya yang besar melindungi belakang Molly kuat-kuat.

Tak lama kemudian, si serigala kayu terdiam, suaranya kalah nyaring. Makhluk itu mondar-mandir gelisah. Kemudian pergi berlari meninggalkan Molly dan Rolan, menaiki menara seolah panik dan ketakutan.

"Bangun!" Rolan menarik Molly berdiri. "Kita harus pergi dari sini, Nyssa lupa memberitahumu kalau kau hanya boleh di tempat ini sampai matahari tenggelam."

Apa? Matahari tenggelam? Bukankah tempat ini memang senantiasa mendung? Molly hendak menyampaikan pemikirannya, namun, perempuan berambut emas itu malah mengaduh, kepalanya terasa pusing dan nyeri. Ia mendesahkan nama Rolan dan Moko, tepat ketika mendapati telapak tangannya basah oleh darah.

"Sial. Pelipismu." Rolan mengecek wajah Molly, mata hijaunya memindai cepat. "Tahan sebentar."

Rolan membungkukkan tubuhnya, lalu menggendong Molly tepat di bahu. Sementara Moko menaiki punggung Rolan, ekornya yang kuat melengkung membawa pisau belati yang terjatuh.

Para serigala kayu berhasil mendeteksi arah tujuan mereka berdua. Para kawanan itu berputar arah, menyadari kedua manusia itu menggunakan rute lain di dalam labirin. Mereka menggonggong dan melolong saat mengejar, derap langkah kakinya menggema dalam lorong labirin.

Saat mereka tiba di ujung lorong labirin kedua, satu serigala kayu terlahir dari dinding labirin dan langsung menyerang keduanya. Rolan yang terkejut membelokan arah tujuannya.

"Lari, Rolan!" seru Molly yang merinding ngeri menyaksikan serigala kayu dari belakang. Tangannya mencengkeram jubah Rolan kuat-kuat. "Cepat! Cepat! Cepat!"

Rolan memang berlari kencang, sayang kepanikan berhasil menguasainya, sampai mereka tiba di jalan buntu. Keduanya mengumpat. Lelaki berambut merah itu menurunkan Molly, yang kemudian refleks melindunginya ketika serigala kayu itu menyerang. Moko lagi-lagi berteriak untuk memukul mundur.

Molly mengaduh, memegangi kepalanya. Namun, Rolan tak tinggal diam. Ia menarik pergelangan tangannya lari dari tempat itu.

"Mawar Merah, coba kau panggil sesuatu untuk memukul mundur para kawanan itu!" seru Rolan memerintah. Ia menunjukkan kawanan serigala yang tiba di ujung labirin kedua.

"Bagaimana caranya?" Molly berkata, masih mendesah kesakitan.

"Aku tidak tahu! Coba apa saja!" teriak Rolan.

Keduanya berhenti mendadak saat satu serigala kayu menghadang jalan. Moko maju untuk menyerang, namun ternyata suaranya tersendat.

"Sial, konsentrasiku pecah," erang Rolan sambil menarik mundur Molly. "Sebelah sini!"

Moko yang panik ikut berlari takut.

Dan kini, mereka terkepung oleh kawanan serigala. Tak ada jalan lain selain menaiki dinding labirin. Namun, Molly yakin tak akan bisa melakukannya.

"Sudah kau coba?" Rolan kembali bertanya. Ia melindungi Molly di belakangnya.

Molly memegang sulur tanaman rambat di belakangnya. Kemudian berkata, "Tolong bantu kami! Kami tersesat!"

Sontak, dinding labirin bergeser otomatis. Bergerak ke kanan, kiri, depan, dan mundur seolah membuat jalan baru. Tanah yang mereka pijaki bergetar saat dinding bergeser secara bersama-sama, menebarkan udara yang penuh debu. Tiga dinding bergeser cepat memisahkan keduanya dari kawanan serigala kayu.

"Apa itu tadi?" gumam Molly kebingungan.

Tak menanggapi, Rolan kemudian menarik Molly berlari ke arah kiri. Sementara para serigala kayu masih mengejar, mereka terus berlari tanpa menoleh ke belakang. Ketika mereka mendapati jalan buntu, tiba-tiba dinding di depan mereka bergerak dan membuka jalan baru. Dinding-dinding itu terus bergeser membukakan jalan saat Rolan dan Molly mendekat, memungkinkan keduanya terus berlari tanpa berbelok.

Tepat ketika keduanya berhasil mencapai ujung labirin pertama di dekat air terjun, Molly teringat akan sesuatu.

"Rolan, kita harus kembali! Agatha masih terjebak di cermin perunggu! Aku berjanji untuk menunggunya di sana!" Molly memprotes.

"Kau gila!" hardik Rolan. "Serigala kayu tidak akan berhenti mengejar sampai mendapatkanmu! Mereka adalah ciptaan Permaisuri Galenia yang paling buas dan tidak mengenal lelah! Kau bisa mati dikuliti hidup-hidup!"

"Tapi Agatha masih ada di sana!" pekik Molly tidak terima. "Bilena berjanji membawanya kembali, Agatha juga berjanji untuk pulang bersamaku! Aku tidak bisa meninggalkan mereka begitu saja! Lepaskan aku!"

Tangan Rolan terulur cepat melingkari pinggang Molly ketika perempuan itu hendak berlari kembali menuruni tangga.

"Kita harus pulang!" bentak Rolan, matanya melotot, gigi-giginya beradu akibat frustrasi.

"Tidak bisa! Aku tidak akan pergi dari sini, tidak sebelum Agatha kembali!" Molly menggeliat, meronta dari cengkraman Rolan.

"Berhenti bersikap bodoh!" Rolan membentak. Tangannya yang bebas memegang dagu Molly, memaksa perempuan itu agar menatap matanya. "Yang terpenting sekarang adalah keselamatanmu!"

Tiba-tiba terdengar lolongan serigala kayu, yang kini keberadaannya tepat di bagian anak tangga pertama paling bawah. Keduanya menarik napas tajam bersamaan.

"Kita harus pergi dari sini sekarang, Mawar Merah!"

Kemudian, Rolan menarik Molly bersamanya, melintasi hutan gelap berbentuk pelengkung. Keduanya terus berlari, napasnya berhembus kasar, derap langkah kaki mereka bersatu padu dengan langkah kaki para serigala kayu. Jantung Molly berdenyut seirama dengan denyut nyeri pada pelipisnya, namun ia tetap memaksakan diri untuk terus berlari.

Keduanya berlari sekuat tenaga masuk ke dalam kegelapan hutan, merasakan kehampaan, dan suara lolongan serigala itu perlahan-lahan menghilang digantikan kesunyian dalam sekejap. Udara dingin mulai menyelimuti, membuat Molly merinding.

Rolan masih mencengkeram lengan Molly, membawanya terus berlari dalam kegelapan tanpa menoleh ke belakang. Sampai akhirnya mereka melihat cahaya terang, menerobosnya bersama-sama, dan ketika itulah Molly menyadari mereka baru saja keluar dari gerbang.

Cardos, yang menunggu, seketika menegakkan tubuhnya dan berlari mendekat. "Molly!"

Namun, sebelum Molly berhasil menjawab, sebuah retakan tajam terdengar di belakangnya. Dia memutar badan cepat. Tepat saat gerbang terbanting kencang, kosen yang menjadi pondasinya retak, perlahan runtuh, dan ambruk ke tanah.

Debu mengepul di udara, melesak tajam ke paru-paru, membuat mereka terbatuk. Sementara puing-puing batu batanya jatuh bergemuruh ke dalam jurang. Di saat yang bersamaan, Rolan menarik Molly menjauh dari serpihan batu yang menghujani mereka.

Ketiganya berdiri membeku dalam keheningan, menyaksikan kosen tua itu ambruk, hancur tanpa arti. Molly jatuh bersimpuh di tanah, matanya terbelalak lebar hampir memenuhi rongga tengkoraknya, mulutnya bergetar hendak mengucapkan sesuatu, namun tidak ada satu kata pun yang keluar. Sementara Rolan dan Cardos mengumpat pelan di belakang.

"Agatha masih ada di dalam," gumam Molly sambil menancapkan kuku-kukunya ke tanah, menahan diri untuk tidak meraung-raung. "Dan gerbangnya telah runtuh."

Ya, Gerbang Bilena telah hancur. Bersamanya, kosen itu. Yang lebih menyakitkan lagi adalah harapan Molly. Semuanya lenyap tak bersisa, tenggelam dalam dasar jurang.[]

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
The Maiden from Doomsday
10303      2259     600     
Fantasy
Hal yang seorang buruh kasar mendapati pesawat kertas yang terus mengikutinya. Setiap kali ia mengambil pesawat kertas itu isinya selalu sama. Sebuah tulisan entah dari siapa yang berisi kata-kata rindu padanya. Ia yakin itu hanya keisengan orang. Sampai ia menemukan tulisan tetangganya yang persis dengan yang ada di surat. Tetangganya, Milly, malah menyalahkan dirinya yang mengirimi surat cin...
Dark Fantasia
4715      1433     2     
Fantasy
Suatu hari Robert, seorang pria paruh baya yang berprofesi sebagai pengusaha besar di bidang jasa dan dagang tiba-tiba jatuh sakit, dan dalam waktu yang singkat segala apa yang telah ia kumpulkan lenyap seketika untuk biaya pengobatannya. Robert yang jatuh miskin ditinggalkan istrinya, anaknya, kolega, dan semua orang terdekatnya karena dianggap sudah tidak berguna lagi. Harta dan koneksi yang...
The Last Cedess
808      544     0     
Fantasy
Alam bukanlah tatanan kehidupan makroskopis yang dipenuhi dengan makhluk hidup semata. Ia jauh lebih kompleks dan rumit. Penuh dengan misteri yang tak sanggup dijangkau akal. Micko, seorang putra pekebun berusia empat belas tahun, tidak pernah menyangka bahwa dirinya adalah bagian dari misteri alam. Semua bermula dari munculnya dua orang asing secara tiba-tiba di hadapan Micko. Mereka meminta t...
Mask of Janus
18067      3192     9     
Fantasy
"Namun, jangan pernah memberikan topeng kepada mereka yang ingin melakukan hal-hal jujur ... karena mereka akan mengambil dunia dari genggamanmu." Vera van Ugde tidak hanya bermain di depan layar sebagai seorang model internasional, tetapi juga di belakang layar di mana dunia gelap berada. Vera adalah seorang mafia. Hanya saja, sekelompok orang--yang memanggil diri mereka sebagai par...
Reality Record
2652      916     0     
Fantasy
Surga dan neraka hanyalah kebohongan yang diciptakan manusia terdahulu. Mereka tahu betul bahwa setelah manusia meninggal, jiwanya tidak akan pergi kemana-mana. Hanya menetap di dunia ini selamanya. Namun, kebohongan tersebut membuat manusia berharap dan memiliki sebuah tujuan hidup yang baik maupun buruk. Erno bukanlah salah satu dari mereka. Erno mengetahui kebenaran mengenai tujuan akhir ma...
Lusi dan Kot Ajaib
7644      1269     7     
Fantasy
Mantel itu telah hilang! Ramalan yang telah di buat berabad-abad tahun lamanya akan segera terlaksana. Kerajaan Qirollik akan segera di hancurkan! Oleh siapa?! Delapan orang asing yang kuat akan segera menghancurkan kerajaan itu. Seorang remaja perempuan yang sedang berlari karena siraman air hujan yang mengguyur suatu daerah yang di lewatinya, melihat ada seorang nenek yang sedang menjual jas h...
My Perfect Stranger
9174      3394     2     
Romance
Eleanor dan Cedric terpaksa menjalin hubungan kontrak selama dua bulan dikarenakan skandal aneh mengenai hubungan satu malam mereka di hari Valentine. Mereka mencurigai pelaku yang menyebarkan gosip itu adalah penguntit yang mengincar mereka semenjak masih remaja, meski mereka tidak memiliki hubungan apa pun sejak dulu. Sebelum insiden itu terjadi, Eleanor mengunjungi sebuah toko buku misteri...
Hamufield
27651      3170     13     
Fantasy
Kim Junsu: seorang pecundang, tidak memiliki teman, dan membenci hidupnya di dunia 'nyata', diam-diam memiliki kehidupan di dalam mimpinya setiap malam; di mana Junsu berubah menjadi seorang yang populer dan memiliki kehidupan yang sempurna. Shim Changmin adalah satu-satunya yang membuat kehidupan Junsu di dunia nyata berangsur membaik, tetapi Changmin juga yang membuat kehidupannya di dunia ...
My World
583      387     1     
Fantasy
Yang Luna ketahui adalah dirinya merupakan manusia biasa, tidak memiliki keistimewaan yang sangat woah. Hidup normal menyelimutinya hingga dirinya berusia 20 tahun. Sepucuk surat tergeletak di meja belajarnya, ia menemukannya setelah menyadari bahwa langit menampilkan matahari dan bulan berdiri berdampingan, pula langit yang setengah siang dan setengah malam. Tentu saja hal ini aneh baginya. I...
Petualangan Angin
195      168     2     
Fantasy
Cerita tentang seorang anak kecil yang bernama Angin. Dia menemukan sebuah jam tangan yang sakti. Dia dengan kekuatan yang berasal dari jam itu, akan menjadi sesuatu kekuatan yang luar biasa, untuk melawan musuhnya.