Gadis itu diantar oleh ayahnya dengan menggunakan mobil. Tempat tujuan mereka adalah sekolah asrama yang berjarak sekitar 70 kilometer ke arah selatan kabupaten Bogor.
Gadis itu duduk di depan, di samping ayahnya yang menyetir mobil. Sepanjang perjalanan, ia selalu melihat ke luar jendela mobil. Si gadis yang baru berusia 13 tahun itu merenungi hal-hal yang terjadi sepanjang hidupnya.
Sebenarnya, ia memiliki hubungan yang tidak baik dengan ibu dan keempat adiknya.
Dulu, ia pernah mendengar cerita kalau ibu kandungnya, Silviana, awalnya hanya seorang gadis biasa yang berasal dari kampung. Lulus sekolah, Silviana yang saat itu masih muda mencoba merantau ke kota untuk mencari pekerjaan.
Silviana diterima bekerja sebagai asisten rumah tangga (ART) di rumah keluarga kaya. Vico, putra tunggal dari keluarga itu tampaknya tertarik dengan Silviana. Namun saat menyatakan perasaannya, Silviana menolaknya.
Silviana tak menyukai perilaku Vico yang pergaulannya terlalu bebas dan suka bergonta-ganti pasangan.
Penolakan Silviana membuat Vico tidak terima. Saat orangtuanya sedang pergi ke luar kota, Vico merencanakan aksi jahatnya kepada Silviana. Vico berpura-pura memberi makanan pada Silviana, yang diam-diam sudah ia campur dengan obat perangsang. Begitu perempuan itu tidak sadar, Vico membawanya ke kamarnya, kemudian memerkosanya.
Hal itu terjadi berulang kali. Kejadian itu membuat Silviana hamil. Saat ia melaporkan kejadian itu pada orangtua Vico, reaksi mereka tidak sesuai harapan. Mereka justru menyalahkan Silviana. Mereka yang ingin melindungi nama baik keluarga dan masa depan anak mereka memberhentikan Silviana, juga mengusirnya.
Silviana kehilangan pekerjaannya. Ia melahirkan putrinya dan membesarkannya seorang diri. Namun Silviana mengalami trauma karena kejadian tersebut, yang membuat mentalnya tak stabil, dan berujung membenci darah dagingnya sendiri.
Gadis itu memiliki rambut lurus panjang berwarna hitam yang diwarisi dari ibunya, namun wajahnya mirip dengan ayah biologisnya.
Sejak awal, Silviana tak pernah mengharapkan kehadiran putrinya. Gadis itu dianggap sebagai penyebab hidup Silviana hancur. Gadis itu pun selalu dianggap pembawa sial dan sering menerima kekerasan dari sang ibu.
Silviana akhirnya dinikahi oleh Arnold, seorang pria baik-baik yang merupakan salah satu warga di tempat tinggal barunya. Sejak menikah, mental Silviana membaik. Ia memiliki empat orang anak dari pernikahannya tersebut.
Namun ia lebih menyayangi keempat anaknya, dan mengabaikan gadis itu. Keempat anaknya juga membenci gadis itu, yang sebenarnya merupakan kakak mereka.
Meski gadis itu diabaikan, Arnold adalah satu-satunya orang yang peduli padanya. Arnold dan ibunya, Astria—yang menjadi sosok nenek bagi gadis itu, memberi perhatian dan kasih sayang yang selama ini tak pernah gadis itu dapatkan.
Sampai Astria meninggal empat tahun lalu.
Gadis itu juga sudah diberitahu oleh Arnold tentang Vico, pria jahat yang menjadi penyebab ibunya menderita. Vico juga menjadi penyebab ibu dan adiknya tewas.
Ia menjadi paham alasan ayahnya mengirimnya ke asrama, yaitu menjauhkannya dari sosok ayah biologisnya dan agar ia memiliki kehidupan yang lebih baik.
****