Mobil mereka memasuki wilayah kabupaten Bogor saat menjelang malam. Mereka melalui jalan yang gelap. Kanan-kirinya ditumbuhi pepohonan. Lampu jalan pun nyaris tak ada.
Yurina dan Aldi saling melirik. Mereka menelan ludah, merasa sedikit takut.
Tak lama mereka sampai di depan gerbang besar. Saat lampu sorot mobil menyoroti gerbang itu, gerbang tersebut tiba-tiba saja terbuka secara otomatis, seolah mempersilakan mereka masuk ke dalam.
Johan terus melajukan mobil melewati jalan masuk. Begitu mobil masuk, gerbang pun kembali tertutup. Yurina dan Aldi menelan ludah, merasa sedikit takut dengan suasana di sekitar mereka.
Tak lama mereka melihat siluet gedung-gedung berlantai lima yang sebagian lampunya menyala. Walau sudah malam, tampaknya masih ada beberapa orang yang berlalu lalang dan beraktivitas di sekitar gedung tersebut.
"Kita sudah sampai," ucap Johan, bersamaan dengan mesin mobil yang dimatikan.
Rupanya mereka telah tiba di Asrama Bastari.
Johan turun dari mobilnya yang telah diparkir. Pria itu kemudian membantu mengeluarkan barang-barang dan koper milik Yurina dan Aldi.
"Selamat malam, Pak," Seorang petugas keamanan menyambut mereka.
"Ah, malam," balas Johan. "Saya ingin bertemu dengan Miss Irene,"
Petugas itu mengangguk, kemudian menuntun mereka berjalan dari tempat parkir. Mereka kemudian memasuki lingkungan sekolah. Sepanjang jalan kedua mata Yurina mengamati bangunan sekolah barunya. Bangunannya bercat putih dan bergaya arsitektur Belanda. Sepertinya, sekolah asrama tersebut sudah berdiri sejak zaman kolonial.
Mereka kemudian sampai di depan kantor kepala sekolah. Petugas keamanan tadi berpamitan pada mereka untuk kembali, yang dibalas oleh Johan dengan ucapan terima kasih.
Seorang wanita berambut panjang yang merupakan kepala sekolah Asrama Bastari menyambut Johan dan kedua anaknya dengan hangat.
"Selamat datang di Asrama Bastari, Pak Johan Hiratama, juga Edward Ciel Aldio Hiratama dan Isaura Chika Cecilia," sambut wanita itu.
Isaura. Ah, Yurina hampir lupa. Ibu dan ayah angkat Yurina sepakat mengganti namanya. Mulai hari itu, sepertinya ia harus membiasakan diri dengan nama barunya.
"Salam kenal, aku Miss Irene, kepala sekolah ini. Kemarin ayah kalian sudah mengirim berkas kepindahan kalian kemari,"
Yurina --yang kini bernama Isaura, Johan, dan Aldi membalas sambutan Miss Irene dengan senyuman.
"Terima kasih. Kami mohon maaf sebelumnya karena baru tiba malam-malam begini, perjalanan kami jauh," ucap Johan.
"Tak masalah, Pak Johan," balas Miss Irene sambil menunjukkan jam dinding yang menunjukkan pukul 7.45 malam. "Justru mereka datang tepat pada waktu makan malam. Semua murid asrama sedang berkumpul di aula besar dan menikmati makan malam bersama. Kalian bisa meninggalkan barang kalian di sini dulu, saya akan mengantar kalian untuk berkenalan dengan mereka,"
Isaura dan Aldi kemudian memandang ayah mereka. Mereka rasa, sepertinya sudah waktunya untuk berpisah.
Johan menatap kedua anaknya. Pria itu berusaha terlihat tegar. "Kalian belajar dengan baik di sini, ya. Kalau ada waktu, Papa dan Mama akan mengunjungi kalian. Jangan lupa mengirim surat atau menelpon kami,ya?"
Mereka mengangguk.
Isaura dan Aldi berpelukan dengan ayah mereka. Setelah puas berpelukan, mereka berpisah. Johan berpamitan pada Isaura dan Aldi, juga Miss Irene.
****
Aldi dan Isaura berjalan di belakang Miss Irene. Mereka menyusuri lorong sekolah, juga menaiki tangga menuju lantai dua.
Miss Irene membuka pintu kayu besar. Tampak murid-murid Asrama Bastari dan guru-guru sedang asyik menikmati makan malamnya. Meja murid laki-laki dan perempuan dipisah. Suara ribut yang memenuhi aula terhenti saat melihat Miss Irene masuk bersama Aldi dan Isaura. Ratusan pasang mata langsung menatap dua remaja itu dengan tatapan aneh.
Miss Irene berdiri di belakang sebuah podium yang menghadap ke seluruh murid. Beliau mengetes mikrofon sebentar, kemudian menyapa seluruh murid.
"Selamat malam, semuanya,"
"MALAM," jawab seluruh murid serempak.
"Sebelumnya Miss meminta maaf telah mengganggu waktu makan malam kalian. Malam ini, asrama kita kedatangan dua murid baru,"
Miss Irene kemudian menoleh pada Isaura dan Aldi yang berdiri di belakangnya. Aldi kemudian melangkah ke podium dan memperkenalkan dirinya.
"Selamat malam. Perkenalkan, namaku Edward Ciel Aldio Hiratama. Kalian bebas mau memanggilku Aldi, Edward, Ciel, tak masalah. Aku pindahan dari Bintaro, Tangerang Selatan. Semoga kita bisa menjadi teman, ya,"
Beberapa murid perempuan terlihat berbisik-bisik heboh, mungkin terpesona dengan senyuman Aldi. Sementara Isaura dengan gugup melangkah ke podium setelah Aldi selesai memperkenalkan dirinya.
"Em...namaku Isaura Chika Cecilia...Kalian boleh panggil aku Isaura. Aku pindahan dari Bintaro juga. Kebetulan, aku dan Aldi bersaudara. Salam kenal, semuanya,"
Miss Irene bertepuk tangan, yang kemudian diikuti oleh seluruh murid. Tak lama setelah itu, mereka diizinkan untuk mengikuti makan malam bersama murid-murid lain. Isaura sempat bertatapan dengan saudaranya. Aldi memberi anggukan, seolah mengisyaratkan Isaura agar tenang.
Isaura tersenyum dan balas mengangguk. Gadis berkepang itu kemudian bergabung dengan murid-murid perempuan di meja sebelah kiri, sementara Aldi bergabung dengan kelompok murid laki-laki.
Murid-murid perempuan menyambut kehadiran Isaura dengan hangat. Isaura tersenyum, kemudian mengambil jatah makanan untuk makan malam. Acara makan malam bersama kembali dilanjutkan.
****