Menjelang malam, mobil yang dikendarai Arnold memasuki sebuah wilayah Puncak, kabupaten Bogor. Suasana gelap dan berkabut. Jalanannya berkelak-kelok, dan hanya diterangi oleh lampu kendaraan yang lewat. Bagian kanan dan kiri jalan ditumbuhi pepohonan, serta beberapa rambu. Lampu jalan pun nyaris tak ada.
Mobil mereka memasuki jalan kecil. Mereka sampai di depan sebuah gerbang besar yang misterius. Saat lampu sorot mobil menyoroti gerbang itu, gerbang tersebut tiba-tiba saja terbuka secara otomatis, seolah mempersilakan mereka masuk ke dalam.
Arnold terus melajukan mobil melewati gerbang. Begitu mobil masuk, gerbang pun kembali tertutup. Gadis itu menelan ludah, ia merasa sedikit takut dengan hal yang baru saja terjadi. Ditambah lagi, udara yang dingin membuatnya sedikit kedinginan dan merinding.
Tak lama ia melihat siluet gedung-gedung berlantai lima yang sebagian lampunya menyala. Walau sudah malam, tampaknya masih ada beberapa orang yang berlalu lalang dan beraktivitas di sekitar gedung tersebut.
"Kita sudah sampai," ucap Arnold yang langsung memarkirkan mobil. Rupanya, mereka sudah sampai di tujuan mereka, Asrama Helling.
Setelah mematikan mesin mobil, Arnold menyuruh putrinya untuk turun dari mobil. Pria itu kemudian membantu mengeluarkan barang-barang milik gadis itu.
"Selamat malam, Pak," Salah satu suster yang bekerja di asrama itu menyambut mereka.
"Ah, malam," balas Arnold. "Saya ingin bertemu dengan Ms. Irene,"
Suster bernama Agnessia Christabel itu mengangguk, kemudian menuntun mereka berjalan dari tempat parkir. Mereka kemudian memasuki lingkungan sekolah. Sepanjang jalan kedua mata gadis itu mengamati bangunan sekolah barunya.
Bangunan Asrama Helling bercat putih dan bergaya arsitektur Belanda. Sepertinya, sekolah asrama tersebut sudah berdiri sejak zaman kolonial. Sepanjang jalan gadis itu mengamati deretan kamar-kamar asrama. Entah mengapa, hawanya terasa aneh dan membuatnya merinding.
Mereka kemudian sampai di depan kantor kepala sekolah. Suster Agnessia berpamitan pada mereka, yang dibalas oleh Arnold dengan ucapan terima kasih.
Seorang wanita yang rambutnya disanggul dan memakai kacamata muncul di hadapan Arnold dan putrinya. Ia merupakan kepala sekolah Asrama Helling. Ia pun menyambut mereka dengan hangat.
"Selamat datang di Asrama Helling, Pak Arnold Hiratama, juga Isaura Chika Cecilia. Salam kenal, saya Ms. Irene, kepala sekolah ini. Kemarin ayahmu sudah mengirim berkas kepindahanmu kemari,"
Gadis bernama Isaura itu membalas sambutan Ms. Irene dengan senyuman.
"Terima kasih. Kami mohon maaf sebelumnya karena baru tiba malam-malam begini, perjalanan kami jauh," ucap Arnold.
"Tak masalah, Pak Arnold," balas Ms. Irene sambil menunjukkan jam dinding yang menunjukkan pukul 7.45 malam. "Justru kalian datang tepat pada waktu makan malam. Semua murid asrama sedang berkumpul di aula besar dan menikmati makan malam bersama,"
"Ah, kalau begitu saya juga tidak akan lama-lama di sini, ada pekerjaan yang harus saya urus. Saya akan menyerahkan Isaura pada Anda,"
Isaura kemudian memandang ayahnya. Ia rasa, sepertinya sudah waktunya untuk berpisah.
"Belajar dengan baik di sini, ya. Kalau ada waktu, Ayah akan mengunjungimu. Sering-sering berkabar atau menelpon Ayah, ya,"
Isaura mengangguk.
Isaura berpelukan dengan ayahnya. Setelah puas berpelukan, mereka berpisah. Arnold berpamitan pada Isaura, juga Ms. Irene.
****
Isaura berjalan di belakang Ms. Irene. Ms. Irene membuka pintu kayu besar. Tampak murid-murid dan guru-guru sedang asyik menikmati makan malamnya. Meja murid laki-laki dan perempuan dipisah.
Suara ribut yang memenuhi ruangan itu memelan saat melihat Ms. Irene masuk bersama Isaura. Ratusan pasang mata langsung menatap gadis berambut panjang itu dengan tatapan aneh.
Ms. Irene berdiri di belakang sebuah podium yang menghadap ke seluruh murid. Beliau mengetes mikrofon sebentar, kemudian menyapa seluruh murid.
"Selamat malam, semuanya,"
"MALAM," jawab seluruh murid serempak.
"Sebelumnya saya meminta maaf telah mengganggu waktu makan malam kalian. Saya ingin menyampaikan sesuatu. Malam ini, asrama kita kedatangan murid baru,"
Ms. Irene kemudian menoleh pada Isaura yang berdiri di belakangnya. Isaura dengan gugup melangkah ke podium, kemudian memperkenalkan dirinya.
"Um...nama saya Isaura Chika Cecilia...Kalian bisa memanggil saya Isaura. Saya berasal dari Bekasi. Salam kenal, semuanya,"
Ms. Irene bertepuk tangan, yang kemudian diikuti oleh seluruh murid. Tak lama setelah itu, Isaura diizinkan untuk mengikuti makan malam bersama murid-murid lain.
Isaura bergabung dengan murid-murid perempuan di meja sebelah kiri. Murid-murid perempuan menyambut kehadiran Isaura dengan hangat. Isaura tersenyum, kemudian mengambil jatah makanan untuk makan malam. Acara makan malam bersama kembali dilanjutkan.
****