Loading...
Logo TinLit
Read Story - Love 90 Days
MENU
About Us  

Iago mengerjap beberapa kali saat mendapati Ara berdiri di hadapannya. Rambut Ara yang biasanya dikuncir kini dibiarkan tergerai dengan ujungnya yang ditata mengikal. Gaun biru muda yang dikenakan Ara membuatnya tampak anggun. Penampilan Ara terbilang tidak muluk-muluk, tapi Iago yakin siapa pun yang melihatnya akan terpana.

“Gue hampir nggak ngenalin lo,” komentar Iago setelah beberapa detik terpaku menatap Ara.

Ara tersipu, tersenyum malu-malu tanpa mengatakan apa-apa.

Looks like Cinderella,” lanjut Iago.

Cewek di hadapan Iago itu pun spontan menunduk dan mengangkat sedikit gaunnya. “Cinderella tanpa sepatu kaca,” gumam Ara.

“Gila, gue pangling sumpah!”

Iago melihat pipi Ara bersemu merah jambu yang menandakan cewek itu tersipu oleh kalimatnya yang tidak bisa dibilang pujian tersebut. Lalu, saat tatapannya jatuh pada bibir Ara yang mengilap, Iago malah tersipu sendiri. Iago menghela napas panjang demi menenangkan dadanya yang berdegup kencang, tak perlu ditanya apa yang terlintas di benak Iago pada detik dia melihat bibir Ara.

“Sini, sini.... Gue fotoin kalian.” Suara Kak Inggrid memecahkan beku yang sempat menyelubungi Iago dan Ara.

Kak Inggrid mengatur posisi mereka. Ara duduk di sebuah kursi, sementara Iago berdiri di sebelah kiri kursi. “Jangan kaku gitu dong,” protes Kak Inggrid, gemas melihat tingkah Iago dan Ara yang lebih mirip dengan orang asing. “Kalian saling pandang, terus senyum ya.” Kak Inggrid mondar-mandir untuk mencari sudut yang pas. “Nah! Stop! Tahan ya....”

Iago beberapa kali menghela napas panjang. Debaran di balik rongga dadanya ini benar-benar mengganggu. Terlepas dari Ara yang terlihat amat cantik, Iago merasa jika semuanya ini benar-benar nyata.

Okay, this is the last,” ujar Kak Inggrid sembari memberikan kode pada Ara untuk mengamit lengan Iago. “Besok-besok kalau kalian mau kawin, nggak usah pakai pre-wed segala. Foto yang ini udah bagus banget kok.” Kak Inggrid senyum-senyum sendiri melihat hasil jepretannya.

“Lo mikirnya kejauhan!” balas Iago seraya membetulkan jasnya.

Kak Inggrid mencebik, tidak terima. “Oh, jadi lo nggak mau gue bagi fotonya?”

“Nggak usah!” Iago sok jual mahal. Tentu saja Iago menginginkannya, tapi dia terlalu gengsi mengatakan itu di hadapan Ara.

“Ya udah. Gue simpan sendiri aja buat dokumentasi.” Kak Inggrid sama sekali tidak terpancing dengan sikap Iago. “Sana, buruan berangkat. Gue nggak sabar ngelihat ekspresi Papi waktu lo bawa pacar ke depan media massa.”

Iago memasukkan tangan kirinya ke saku celananya. “Lo beneran nggak ikut?”

“Nggak! Males gue! Agenda gue malem ini mau nonton tampang imutnya Cha Eun-woo.”

“Terserah lo aja deh! Gue berangkat dulu. Thanks udah bantuin Ara siap-siap.”

“Iyaaa. Besok jangan lupa jajanin gue telur gulung mayones.”

“Oke sip!”

“Oh iya, Go....”

Iago menyipit menatap kakaknya.

Happy birthday.

Thanks.

*

 

Ara terbelalak ketika tiba di rumah Iago. Acara yang konon katanya hanya merupakan private party ini nyatanya dihadiri oleh orang-orang penting, juga para pencari berita yang sepertinya memang sengaja diundang.

“Kok gue berasa masuk ke film Crazy Rich Asians, ya?” gumam Ara pelan, tanpa bermaksud bertanya.

“Anggap aja ini versi Jakarta-nya.”

Ara terkekeh, tapi tak lama kemudian kekehannya lenyap dan berganti dengan kecemasan. “Go, gue cuma perlu berdiri di samping lo aja?”

Iago mengangguk. Cowok itu meraih tangan Ara yang sejak tadi gemetar di pangkuannya, lalu meremasnya. “Percaya sama gue.” Tangan kiri Iago masih meremas tangan Ara, sementara tangan Iago yang lain bergerak naik menyusuri wajah Ara dan berhenti di sudut bibirnya. “Sebagai pacar lo, gue boleh bilang kalau lo cantik, kan?”

Ara tak menjawab, sebagai gantinya dia menunduk menatap ke pangkuannya. “Jadi biasanya gue nggak cantik?” tanya Ara lirih.

“Cantik kok.” Iago tersenyum. “Tapi malam ini berbeda.” Senyum di wajah Iago memudar. “Mungkin karena ini malam terakhir kita berdua.”

Dingin merembes di dada Ara. Tadinya dia merasa baik-baik saja, akan tetapi kata ‘malam terakhir’ yang baru saja terlontar dari bibir Iago membuat suasana hatinya keruh.

Ara berpaling. “Go, gue boleh tanya—”

“Nanti,” tegas Iago. “Setelah semuanya selesai.”

“Oke.”

Pandangan Ara terpaku pada mata Iago yang berbinar redup. Ara tahu jika cowok di hadapannya ini sedang tidak baik-baik saja. Walau tampak begitu berani melawan sang ayah, sebagai seorang anak Iago pasti memiliki beberapa persen keinginan untuk mengurungkan niatnya.

Ara menoleh dan mendapati dasi kupu-kupu milik Iago tergeletak di dasbor. Tangannya dengan cekatan meraih benda berwarna biru muda itu, kemudian memakaikannya pada Iago. “Lo juga harus tampil sempurna malam ini. Ini ulang tahun lo, jadi lo yang harus pegang kendali, bukan bokap lo,” kata Ara mencoba memberikan semangat.

Tak ada tanggapan apa-apa dari Iago. Cowok itu mematung dengan pandangan terfokus pada Ara. Ketika Ara selesai memakaikan dasi, Iago menangkap tangan kanan Ara yang tengah membetulkan kerah kemejanya. “Kalau gini caranya gimana gue bisa lupain lo? Yang ada gue malah makin jatuh cinta sama lo.”

Ara membeku. Sejujurnya dia sendiri juga takut....

“Udahlah, ayo turun!”

Iago turun dari mobil dan membukakan pintu untuk Ara. Cowok yang biasanya tampil serbaputih itu malam ini tampak keren dengan kemeja putih dan jas navy.

“Duh, gue berasa jomplang kalau jejeran sama lo. Nyesel gue milih jas gue yang paling jelek,” ujar Iago sembari mengulurkan tangannya pada Ara.

Ara menyambut tangan Iago. “Lo keren kok.”

Rumah mewah ini tidak perlu didekorasi agar cocok untuk menjadi tempat pesta. Sebab semua yang ada di dalamnya, baik itu desain interior serta perabotan yang ada sudah terlihat mewah. Iago mengajak Ara masuk, melewati ruang tamu, terus hingga sampai di taman belakang. Orang-orang yang berkumpul di taman rupanya lebih banyak ketimbang yang berdiri atau duduk-duduk di ruang tamu.

“Percaya sama gue. Perang hari ini, gue yang menang,” bisik Iago pada Ara sebelum cowok itu membawanya bertemu dengan sesosok pria yang merupakan versi dewasa dari Iago.

Pria berjas abu-abu tua itu seketika melotot melihat anak laki-lakinya menggandeng seseorang yang tentu saja tidak diharapkan kehadirannya.

“Kamu—”

“Ini Arabella, Pi. Pacar Iago,” potong Iago cepat, dengan tetap menjaga nada bicaranya agar terdengar sopan.

Pria itu memandangi Ara, memindai dari ujung kepala hingga ujung kaki dengan tatapan skeptis. Tubuh Ara gemetar, bahkan kakinya sempat hendak mundur selangkah. Namun, mengingat betapa sulitnya perjuangan Iago untuk membawanya ke titik ini, keberanian Ara mendadak muncul.

“Selamat malam, Om,” sapa Ara dengan senyum anggun. Iago sempat melihat ke arahnya, tetapi diabaikan oleh Ara. Saat ini, Ara hanya fokus dengan perannya sebagai pacar Iago. Ara tidak berniat berbicara banyak, juga tidak berniat bersikap sesopan mungkin demi mendapatkan atensi Papi Iago. Itu dilakukan Ara di atas nama formalitas saja.

“Kamu sengaja mengacaukan semua rencana Papi?” desis pria itu.

Better. Daripada Papi yang menghancurkan hidup Iago.” Iago merapatkan Ara ke sisinya, memegang bahunya dengan gerakan sopan. “Iago tahu kalau Papi udah pegang kartu AS Iago, tapi yang sekarang perlu Papi tahu, Iago juga udah pegang dua kartu AS Papi. Perjodohan Iago sama Lisa sama sekali bukan karena bisnis, kan?”

Ekspresi pria di hadapan Iago itu mulai bertanya-tanya—sekaligus panik.

“Hutomo Grup sedang kesulitan keuangan, mereka juga kehilangan para investornya. Laura dan Lisa, anak-anak kesayangan Pak Hutomo nggak mau hidup susah, sedangkan yang bisa membantunya saat ini cuma Papi. Parahnya, Papi terlanjur terlilit oleh ular bernama Laura. Lisa tahu semua itu. Lisa minta Papi buat ngejodohin Iago sama dia, iya, kan? Biar kalau sewaktu-waktu perusahaan bokap mereka kolaps, hidup mereka udah terjamin.”

“Diam kamu!” Kini wajah Papi Iago merah padam.

“Dan Papi cuma bisa nurut karena Papi takut kalau mulut Lisa bocor ke mana-mana. Itu jelas akan merusak reputasi Papi sebagai pengusaha sukses, miliader yang sayang akan keluarganya—”

“Apa mau kamu?”

“Batalkan perjodohan Iago sama Lisa. Nanti, waktu Papi mengumumkan soal pertunangan, Iago mau Papi sebut nama Arabella.” Iago mengambil jeda. “Tapi, nama dan wajah pacar Iago ini jangan sampai terpublikasi. Papi bisa atur, kan?”

Pria itu diam saja.

“Oke. Karena Papi diam, Iago anggap Papi setuju. Terus, yang Papi perlu ingat, kita berdua sama-sama pegang kartu AS, jadi lebih baik hidup damai dengan nggak saling mengurusi satu sama lain.”

Ara yang semenjak tadi hanya menyimak, terhenyak di tempatnya. Sumpah, semua hal yang bersangkutan dengan Iago selalu rumit serta penuh kejutan.

“Iago tahu banyak hal tentang sesuatu yang Papi kira Iago nggak tahu. Iago nggak ngelarang Papi bersenang-senang dengan siapa pun. Tapi sebagai anak, Iago mohon dengan sangat, jangan hancurkan kebahagiaan Iago.”

Wajah papi Iago merah padam menahan amarah. Meski begitu pria yang rambutnya sudah mulai menipis itu tetap berusaha untuk menjaga ekspresinya. Dia menghampiri grup pemain musik yang berada di sudut taman dan menyuruhnya menghentikan permainan. Setelah permainan berhenti, pria itu mengambil alih mikrofon dan mulai berbicara.

“Mohon perhatiannya sebentar.”

Tamu undangan yang semula sibuk sendiri-sendiri langsung menghentikan kegiatannya, pun dengan para pencari berita yang langsung menyorotkan kamera ke arahnya.

“Malam ini seperti yang kalian semua tahu, anak bungsu saya, satu-satunya anak laki-laki kebanggaan saya berulang tahun yang ke-17.” Pria itu berdeham sembari mengedarkan pandang. “Seperti yang sudah saya beritakan sebelumnya, saya sudah menjodohkan anak laki-laki saya, Iago, dengan seorang gadis.”

Pandangan para tamu langsung menyorot Ara yang berdiri mengamit lengan Iago. Ara gugup setengah mati, tapi dia sebisa mungkin mencoba untuk tenang.

“Namanya Arabella, cantik seperti orangnya, bukan?” lanjut papi Iago lalu tertawa sumbang. “Tapi saya juga peringatkan, jangan sampai wajah mereka terpublikasi. Biarkan mereka menikmati masa remaja mereka seperti anak-anak lain. Jika sampai terpublikasi, saya akan membereskannya dengan cara saya sendiri.”

“Kapan menikahnya, Pak?” tanya seseorang yang merupakan salah satu dari para pencari berita.

Papi Iago terbahak. “Masih lama,” katanya. “Tujuan saya menjodohkan Iago, supaya putra kebanggaan saya satu-satunya ini tidak salah pilih. Bisa hancur saya kalau anak kesayangan saya sampai salah jalan.”

Mayoritas tamu undangan mengangguk. Setuju dengan pernyataan papi Iago. Bahkan beberapa dari mereka memuji-muji tindakan pria itu. Sebab dalam dunia bisnis, salah memilih pasangan hidup bisa berakibat sangat fatal.

“Iago, mungkin kamu mau menyampaikan sepatah atau dua kata, Nak?”

Iago mengangguk. Cowok itu mempererat genggamannya pada Ara dan menggandengnya mendekat pada Papi. “Selamat malam. Saya ucapkan terima kasih bagi kalian yang sudah meluangkan waktunya untuk hadir.”

Suara tepuk tangan mengurungkan kelanjutan kalimat Iago.

“Seperti yang Papi bilang tadi, saya mohon dengan sangat agar wajah kami berdua tidak terpublikasi. Tolong samarkan nama pacar saya juga. Semua ini demi kepentingan studi kami. Intinya, kami tidak ingin terganggu oleh pihak-pihak yang berusaha untuk memanfaatkan berita ini.” Iago berdeham. “Mungkin sekian yang dapat saya sampaikan. Sekali lagi saya ucapkan terima kasih dan ... selamat menikmati acaranya.”

Selesai mengatakan itu, Iago mengembalikan mikrofon pada Papi dan menggandeng Ara untuk masuk ke dalam rumah. Ara yang masih tidak tanggap akan situasi hanya bisa menurut. Ara menatap wajah Iago dari samping. Cowok itu sepertinya sudah lega, dan ... entah mengapa Ara juga merasa demikian.

It’s done,” bisik Iago.

Mata Ara menyipit.

It’s done,” ulang Iago.

Kali ini Ara tersenyum. Mengerti.

Tanpa mereka sadari dari belakang ada seseorang yang mengejar mereka. Menuntut penjelasan.

*

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
STORY ABOUT THREE BOYS AND A MAN
15529      3233     34     
Romance
Kehidupan Perkasa Bagus Hartawan, atau biasa disapa Bagus, kadang tidak sesuai dengan namanya. Cintanya dikhianati oleh gadis yang dikejar sampai ke Osaka, Jepang. Belum lagi, dia punya orang tua yang super konyol. Papinya. Dia adalah manusia paling happy sedunia, sekaligus paling tidak masuk akal. Bagus adalah anak pertama, tentu saja dia menjadi panutan bagi kedua adiknya- Anggun dan Faiz. Pan...
Ketos pilihan
928      652     0     
Romance
Pemilihan ketua osis adalah hal yang biasa dan wajar dilakukan setiap satu tahun sekali. Yang tidak wajar adalah ketika Aura berada diantara dua calon ketua osis yang beresiko menghancurkan hatinya karena rahasia dibaliknya. Ini kisah Aura, Alden dan Cena yang mencalonkan ketua osis. Namun, hanya satu pemenangnya. Siapa dia?
Something about Destiny
184      157     1     
Romance
Devan Julio Widarta yang selalu dikenal Sherin sebagai suami yang dingin dan kurang berperasaan itu tiba-tiba berubah menjadi begitu perhatian dan bahkan mempersiapkan kencan untuk mereka berdua. Sherin Adinta Dikara, seorang wanita muda yang melepas status lajangnya pada umur 25 tahun itu pun merasa sangat heran. Tapi disisi lain, begitu senang. Dia merasa mungkin akhirnya tiba saat dia bisa mer...
Nope!!!
1545      721     3     
Science Fiction
Apa yang akan kau temukan? Dunia yang hancur dengan banyak kebohongan di depan matamu. Kalau kau mau menolongku, datanglah dan bantu aku menyelesaikan semuanya. -Ra-
Another Word
658      388     2     
Short Story
Undangan pernikahan datang, dari pujaan hati yang telah lama kamu harap. Berikan satu kata untuk menggambarkannya selain galau.
Harsa untuk Amerta
493      396     0     
Fantasy
Sepenggal kisah tak biasa berlatar waktu tahun 2056 dari pemuda bernama Harsa sang kebahagiaan dan gadis bernama Amerta sang keabadian. Kisah yang membawamu untuk menyelam lebih dalam saat dunia telah dikuasai oleh robot manusia, keserakahan manusia, dan peristiwa lain yang perlahan melenyapkan manusia dari muka bumi. Sang keabadian yang menginginkan kebahagiaan, yang memeluk kesedihan, yan...
Arini
1110      642     2     
Romance
Arini, gadis biasa yang hanya merindukan sesosok yang bisa membuatnya melupakan kesalahannya dan mampu mengobati lukanya dimasa lalu yang menyakitkan cover pict by pinterest
Begitulah Cinta?
19017      3626     5     
Romance
Majid Syahputra adalah seorang pelajar SMA yang baru berkenalan dengan sebuah kata, yakni CINTA. Dia baru akan menjabat betapa hangatnya, betapa merdu suaranya dan betapa panasnya api cemburu. Namun, waktu yang singkat itu mengenalkan pula betapa rapuhnya CINTA ketika PATAH HATI menderu. Seakan-akan dunia hanya tanah gersang tanpa ada pohon yang meneduhkan. Bagaimana dia menempuh hari-harinya dar...
Apakah kehidupan SMA-ku akan hancur hanya karena RomCom? [Volume 2]
1926      898     0     
Romance
Di jilid dua kali ini, Kisaragi Yuuichi kembali dibuat repot oleh Sakuraba Aika, yaitu ia disuruh untuk bergabung dengan klub relawan yang selama ini ia anggap, bahwa melakukan hal seperti itu tidak ada untungnya. Karena godaan dan paksaan dari Sakuraba Aika terus menghantui pikirannya. Akhirnya ia pun terpaksa bergabung. Seiring ia menjadi anggota klub relawan. Masalah-masalah merepotkan pun d...
CTRL+Z : Menghapus Diri Sendiri
295      261     1     
Inspirational
Di SMA Nirwana Utama, gagal bukan sekadar nilai merah, tapi ancaman untuk dilupakan. Nawasena Adikara atau Sen dikirim ke Room Delete, kelas rahasia bagi siswa "gagal", "bermasalah", atau "tidak cocok dengan sistem" dihari pertamanya karena membuat kekacauan. Di sana, nama mereka dihapus, diganti angka. Mereka diberi waktu untuk membuktikan diri lewat sistem bernama R.E.S.E.T. Akan tetapi, ...