"Dah...! Sampai ketemu besok ya di sekolah. Jangan lupa istirahat. Jangan banyak pikiran juga ya. Kalau memang cinta, jangan dipendam. Langsung katakan saja, mumpung orangnya masih berdiri di depan kamu," ucap Angga menggodaku. Aku hanya bisa diam seribu bahasa. Wajahku seketika kembali memerah bak tomat ceri. Angga memamerkan badannya dan melangkah menuju motornya.
"Angga ... tunggu!" teriakku. Langkahnya terhenti saat mendengar suaraku. Aku berlari kecil mendekatinya.
"Aku suka kamu. Emm ... bukan, bukan suka. Aku, aku cinta sama kamu!" ujaranku tanpa basa basi. Entah keberanian dari mana, aku bicara senekat ini. Tapi sejujurnya, aku sudah tidak tahan lagi memendam semua rasa ini. Bahkan Angga pun sepertinya memang sudah tahu kalau aku menyukainya, jadi untuk apa aku pura-pura lagi dan terus-terusan menyimpan perasaan ini sendirian. Angga memandangku lekat dengan senyuman paling manis. Ah, senyumannya makin membuat hatiku luluh lantak. Dan, tiba-tiba saja ia memelukku.
"Akhirnya, kamu mengatakannya. Aku juga suka kamu. Bukan suka, tapi cinta. Sejak kita kecil dulu," ujar Angga berbisik lembut di telingaku.
***
Tiba-tiba terdengar suara pintu pagar rumah terbuka. Aku reflek mendorong Angga.
“Dita, kok Nak Angga gak di suruh masuk?” ujar ibu.
“Angga sudah mau pulang kok, Bu,” ujarku sedikit gelagapan.
"Apa ibu tadi melihat kami berpelukan? Duh, mati aku,” rutukku dalam hati.
"Kata siapa aku sudah mau pulang?" ujar Angga sambil cengar-cengir.
"Kata-ku!" sahutku sambil memelototkan mataku ke arah Angga.
“Dah sana, pulang,” ujarku lagi sambil mendorong Angga ke arah motornya, tapi ibu malah mengajaknya masuk.
"Nak Angga, terima kasih sudah menemani Dita ke toko buku. Terima kasih juga sudah mengantarnya pulang dengan selamat. Ayo masuk dulu, Ibu sudah buatkan es teh manis dan juga risol mayo kesukaanmu.
"Iya, terima kasih Tante. Ngak mungkin Angga melewatkan kesempatan emas ini," sambil melangkah masuk ke dalam rumah bersama ibu, sementara aku hanya bengong melihat mereka berdua berjalan di depanku.