Read More >>"> Bus dan Bekal (Siapa yang Patut Mentari Curigai?) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Bus dan Bekal
MENU
About Us  

 

Satria mengelus permukaan drum miliknya. Selama satu bulan lebih ini ia merasa ada sesuatu yang kurang dari dirinya. Ia, tidak bermain drum selama itu. Pikiran dan tenaganya tersita oleh masalah yang tak pernah duga akan menimpa dirinya.

Cowok berkaus abu-abu memegang kedua stik drum di kedua tangan. Ia mulai memainkan alat musik tersebut, tak lama sesudahnya mulutnya mendendangkan nada asal yang ia buat sendiri. Ia kemudian berhenti, lalu tersenyum. Bahagia memang sesederhana ini.

Setalah puas bermain drum, Satria mengambil ponsel yang ada di atas sofa dekat sana. Dicarinya nomor Iqbal, kemudian mengetuk tombol telepon. Sekarang baru pukul sembilan, ia yakin temannya tersebut belum tidur.

"Halo." Suara Iqbal akhirnya terdengar setelah dering yang entah ke berapa.

"Halo, Bal."

"Sat? Sehat Lo?" tanya Iqbal.

"Alhamdulillah sehat. Lo?"

"Sehat juga. Jadi ... gimana?"

"Oke, langkah ke intinya aja, ya. Gue ... mau besok kita berempat ngumpul. Gue mau ngomong sesuatu."

Nada suara Satria yang terdengar serius itu entah kenapa membuat Iqbal gelisah. Ia mengusap wajahnya dengan tangan sebelum berdehem.

"Lo nggak papa, kan?" tanyanya.

"Gue nggak papa. Sebelumnya gue minta maaf, ya. Quwela tercemar gara-gara gue."

"Namanya musibah, Sat. Jadi, besok mau ketemuan jam berapa dan di mana?"

"Kalo di rumah gue, sepulang sekolah, gimana?"

"Oke."

 

 

***

 

 

Setelah selesai menelepon ketiga teman satu band-nya, Satria merebahkan tubuhnya di sofa. Matanya menatap langit-langit yang berwarna putih tanpa noda. Ia tersenyum lagi. Sebentar lagi ia akan menjalani hari-hari seperti biasa. Ia harap, tidak ada yang berubah menjadi lebih buruk setelah semuanya terselesaikan.

 

Ponselnya yang masih digenggaman berbunyi menandakan ada notifikasi masuk. Satria melihatnya. Nama Mentari terpampang di sana. Ia langsung membuka chat cewek tersebut.

 

 

Mentari P.J: Sat, aku boleh ngasih tau Angel kabar kamu?

Satria Adichi: Boleh.

Mentari P.J: Oke.

Satria Adichi: Besok aku berangkat sekolah, Ri.

Mentari P.J: Serius?!

Satria Adichi: Iyaaaa!

Mentari P.J: Kalo gitu aku nggak usah ngasih tau Angel, deh. Biar jadi kejutan. Gimana?

Satria Adichi: Kayaknya seru.

Mentari P.J: Baiklah. Met ketemu besok. Eh, btw, aku udah cerita hal ini ke mama sama papa. Nggak papa, kan?

Satria Adichi: Jelas nggak papa. Tadinya aku mau bilang kamu ngomong aja sama mereka, tapi aku lupa. Kalo nggak langsung dikasih tau juga, mama sama papa kamu nggak bakalan ngizinin kamu deket-deket aku. Ya, kan?

Mentari P.J: Iya, bener. Kok kamu tau?

Satria Adichi: Feeling, Mentari.

 

 

***

 

 

Esok paginya di jam berangkat sekolah, saat membuka pintu rumahnya, Mentari dikejutkan oleh kedatangan Satria di depan pintunya. Cowok itu tersenyum lebar. Satu tangannya memegang tali ransel, sedangkan tangannya yang lain menenteng kotak bekal berwarna hitam.

"Lho, Satria?"

 

Mama Mentari yang hendak berangkat kerja muncul dari dapur. Wanita itu lalu maju mendekati Satria yang ikut maju untuk menyalaminya.

"Apa kabar, Tante?" tanya Satria dengan ceria.

"Baik." Mama Mentari menatap Satria dari atas sampai bawah. Sepertinya anak ini semakin kurus. "Kamu? Gimana kabarnya?"

"Sekarang udah oke dong, Tante. Kemarin-kemarin baru tuh stres dikit."

Kedua orang itu kemudian tertawa bersamaan. Mentari senyum.

"Ya udah sana kalian ke bus. Nanti ketinggalan."

"Oke, Ma." Mentari menyalami mamanya untuk yang kedua kali. Satria pun begitu. Kedua remaja yang lama tidak bersua itu lalu berjalan berdampingan keluar dari teras rumah Mentari.

Sembari berjalan, Satria melirik Mentari. Ia berhenti saat menyadari sesuatu yang berbeda. Membuat Mentari ikut berhenti juga.

"Kenapa?" tanya Mentari.

"Kamu kurang tidur, ya? Kantong mata kamu keliatan banget."

"Oh." Reflek Mentari menyentuh bagian bawah matanya. "Iya, kan, banyak tugas." Dan mikirin kabar kamu, lanjut Mentari dalam hati.

Entah kenapa Satria tidak memercayai jawaban Mentari tersebut. Bukannya GR, tetapi rasanya apa yang terjadi pada Mentari tersebut adalah gara-gara dirinya. Mungkin cewek itu tidak bisa tidur gara-gara banyaknya pertanyaan yang diajukan padanya baik secara langsung atau lewat media sosial. Juga memikirkan apakah yang dikatannya ini benar atau tidak. Apakah Satria bohong? Apakah Satrialah yang memilki barang itu?

"Maaf, ya, Ri. Kalo gara-gara aku kamu banyak dapet pertanyaan dan buat kamu nggak bisa tidur."

"Nggak papa. Jugaan wajar juga kok. Kalo kejadian itu terjadi sama aku, pasti kamu kayak gitu juga."

"Padahal ini masalahku, tapi kamu ikut kerepotan."

"Iiih!"

Satria tersentak karena seruan kesal Mentari itu. Ia sampai menghentikan langkah dan menatap Mentari dengan khawatir.

"Kenapa?" tanyanya.

"Kamu itu ... aku peduluiin kayak keluargaku sendiri, Satria. Apa pun yang kamu butuhin, aku bakal berusaha bantu. Ya, memang aku kerepotan dan terganggu dengan pertanyaan orang-orang tentang kamu. Tapi itu nggak papa. Bener-bener nggak papa. Dan, ya, aku nggak bisa tidur bukan cuma gara-gara tugas aja, tapi karena mikirin kamu. Maksudnya … gimana ya Satria? Gimana kabarnya?

 

"Kamu temenku! Nggak mungkin aku bisa bodo amat. Jadi, udahlah. Sama-sama, dengan senang hati, kalo kamu mau bilang makasih. Sekarang, ayo lari ke bus karena nanti kita terlambat!" Setelah mengatakan itu, Mentari berlari ke bus yang sejak tadi sudah menunggu mereka.

Satria menyusul setelah termenung selama beberapa detik. Keduanya celingukan mencari kursi yang kosong setelah sampai di dalam bus. Decakan pelan pelan keluar dari bibir kedua remaja itu saat tidak menemukan satu pun kursi kosong.

"Kamu nggak papa kan, berdiri?" tanya Satria pada Mentari.

"Nggak papa. Aku nggak selemah itu."

Satria tertawa. Ia kemudian mengulurkan kotak bekal yang dibawanya pada Mentari. "Buat Mentari Putri Jingga."

"Lha? Aku udah bawa bekel."

"Buat istirahat kedua. Ini limited edition aku yang wadahin ke wadah bekel."

Mentari menerimanya sambil menahan tawa. "Kirain kamu yang masak."

"Pengennya, tapi nggak boleh sama ibuku, takut kamu keracunan."

Mereka tertawa bersamaan. Bus melaju dengan kecepatan stabil menuju sekolah mereka. Seperti biasa, lagu khas Indonesia mengalun di dalam sana.

Satria terkekeh saat bus akhirnya berhenti di halte dekat sekolah mereka. Mentari memerhatikan wajah cowok itu dengan kening berkerut. Sepertinya cowok tersebut agak gugup.

"Siap-siap, fans-mu bakal ngejer kamu sampe ke kelas," canda Mentari saat ia dan Satria berjalan dari halte menuju sekolah mereka.

"Jangan kayak gitu, Ri."

Mentari tertawa.

"Tapi sebenernya, aku udah nyiapin sesuatu supaya massa yang nanya-nanya aku nggak banyak."

Penjelasan Satria itu membuat Mentari berhenti berjalan dan menatap padanya. "Apaan?"

"Aku udah buat postingan di Instagram tentang aku yang terbukti nggak bersalah, aku yang nggak akan dikeluarkan dari sekolah, dan aku yang nggak akan dikeluarkan atau keluar dari Quwela."

"Iya? Kapan?"

"Barusan, waktu di bus."

"Eh, kamu yang kamu nggak akan dikeluarin dari sek—"

Mentari tadinya ingin bertanya lebih lanjut, tetapi baru saja ia membuka mulut hendak berkata, beberapa cewek mendatanginya dan Satria. Seperti yang sudah mereka duga, mereka sangat terkejut dengan kedatangan Satria dan langsung bertanya kasus tentang Satria itu.

 

"Cek IG-ku, ya." Setelah mengatakan itu, Satria mengajak Mentari untuk segera pergi dari sana.

“Kamu seharusnya pake masker biar nggak terlalu dikenali,” kata Mentari.

“Kamu punya?”

“Nggak. Kalo gitu, jalannya agak nunduk, tangan kamu satu agak nutupin muka gitu,” intruksi Mentari. Kepalanya mengangguk puas melihat Satria yang langsung menuruti perkatannya.

Karena berjalan menunduk, Satria beberapa kali hampir menabrak sesuatu. Mentari yang menjadi pemandu jalannya tidak bisa memimpinnya dengan baik.

“Aku berasa lagi bawa buronan, deh,” canda Mentari sambil menahan tawa melihat Satria yang berjalan terseok-seok.

“Mantan buronan sih lebih tepatnya,” balas Satria.

Setelah perjalanan yang terasa lebih panjang dari biasanya, sampai juga kedua orang itu di kelas yang dituju. Teman-teman sekelasnya langsung menengok pada Satria saat dirinya dan Mentari masuk kelas. Mereka memandang  dengan mata yang tidak berkedip beberapa detik, seolah tidak percaya yang ada di sana adalah Satria.

“Satria?” panggil salah satu murid cewek di kelas tersebut.

“Iya,” balas Satria. Cowok itu menatapnya balik sambil menyunggingkan senyum. “Kaget, ya? Oke, jadi, udah liat IG-ku belum? Liat dulu kalo belum. Gue udah jelasin di sana.”

Mereka langsung mencari akun Satria di ponsel masing-masing. Yang tidak membawa ponsel atau yang ponselnya tidak bisa untuk menacari bergabung dengan temannya yang lain. Mereka membacanya dengan saksama, lalu menatap kembali pada Satria sesudahnya.

“Bagus, deh, kalo kayak gitu. Selamat balik ke kelas lagi, Sat,” ujar Mahesa. Ketua kelas XI IPS tiga itu menghampiri Saria dan menepuk pundaknya. “Kasih tau kita pelakunya kalo udah ketemu.”

“Pasti.”

“Satria!”

Semua yang ada di sana langsung menoleh ke sumber suara. Angel berdiri di ambang pintu kelas, menatap Satria dengan mata melebar karena terkejut. Cewek itu menghampiri Satria, kemudian melihat teman sekelasnya yang lama tidak terlihat tersebut dari atas sampai bawah.

Alhamdulillah nggak ada yang kurang sedikit pun. Jadi, lo nggak dikeluarin dari sekolah? Kapan dikasih tau.’’

‘’Kemarin malem, sama Pak Irham.’’

‘’Bagus, deh. Dan kasus lo ?’’

‘’Gue terbukti bukan pemilik barang itu. Pelakunya lagi dicari.’’

‘’Bagus. Kira-kira siapa pelakunya?’’ Angel bertanya dengan lirih.

Satria menggeleng dengan kening yang berkerut. “Belum tau, tapi bakal kita temuin. Ya, kan, Ri?”

Mentari tersenyum dan mengangguk. “Iya.’’

 

***

 

Tadinya Satria ingin berbiacara pada tiga teman satu band-nya di rumahnya, tetapi rencana berubah karena sekarang ia sudah di sekolah dan mereka pun ada di sana. Kebetulan sekolah mereka memiliki rooftop yang jarang dipakai. Agak kotor dan jelas panas saat siang. Namun, saat sore, berdiri di sana cukup nyaman karena bisa melihat matahari yang hendak tenggelam di ufuk barat.

‘’Jadi, gue minta maaf, ya. Karena selama gue ngurusin masalah itu, Quwela jadi seolah nggak ada,’’ ujar Satria setelah selesai menceritakan masalahnya.

‘’Dimaafin. Gue tadinya marah banget, Sat. Ya, walaupun gue temen lo, nggak semuanya tentang lo gue nggak tau. Dan karena gue temen lo yang sering sama lo juga, seharusnya gue tau kalo lo punya barang kayak gitu. Gue bukan hanya nyalahin lo. Tapi juga diri gue sendiri. Kayak … gue nggak bisa nyegah lo punya barang kayak gitu. Gue nggak bisa jaga temen anggota band gue sendiri sehingga terjerumus dalam hal kayak gitu.’’

‘’Jadi, lo cukup yakin gue punya barang itu ?’’

‘’Lumayan,’’ kata Aldi. ‘’Iya, kan?” tanyanya pada Rio dan Iqbal.

“Dia sampe ngusulin Quwela bubar aja,’’ papar Rio. Hal itu disambut seruan terkejut dari Satria.

‘’Serius? Kenapa nggak ganti member aja ?’’ tanyanya.

‘’Sama aja bohong. Nama Quwela udah jelek,’’ jawab Aldi.

‘’Tapi sekarang udah bersih, kan.” Semua yang ada di sana langsung menoleh pada Iqbal. “Jadi, welcome back, Sat.”

 

***

 

Mentari menulusuri rak buku di perpustakaan sekolah dengan jemarinya. Ia menarik satu per satu buku fiksi yang akan ia pilih untuk bahan membuat tugas resensi. Ia membawa beberapa buku ke meja untuk dibaca dulu lebih lanjut untuk menentukan mana yang ia pilih.

Setelah selesai menentukan satu buku yang dipilihnya, cewek berseragam olahraga tersebut mengembalikan buku-buku lainnya ke tempat semula. Ia kembali ke kursinya, dan terkejut saat melihat seseorang sedang membaca buku yang telah dipilihnya tadi.

Raka.

Dihampirinya cowok tersebut, lalu Mentari berdehem setelah sampai di dekatnya. Raka menoleh padanya dan tersenyum. Diulurkannya buku tersebut, yang langsung diterima oleh Mentari diiringi tatapan bertanya pada cowok itu.

“Satria udah balik ke sekolah lagi, ya?”

“Iya, kenapa?” tanya Mentari dengan tatapan tajam.

“Jadi, dia dijebakkah?”

“Jelas.”

“Dan lo percaya?”

“Kan memang itu kebenarannya.” Mentari berujar tegas.

“Bisa aja … dia bohong.”

Perkataan Raka itu membuat Mentari mengepalkan tangannya. Gigiya bergemeletuk menahan amarah. Ia maju mendekati Raka. “Lo jangan ngomong sembarangan,” desisnya.

“Lo nggak sepenuhnya tau dia, Mentari.’’

‘’Apalagi lo,’’ balas Mentari. Ia menatap Raka tajam, yang dibalas tatapan dingin oleh cowok itu. “Lo kenapa seolah-olah selalu nyari-nyari kesalahan Satria, sih? Lo selalu seolah ngesahut gue biar curiga sama dia.”

“Bukan ngesahut, tapi ngasih tau sesuatu yang Satria nggak kasih tau ke elo.”

“Nggak  perlu, gue bisa tanya sama dia.’’

Sudah cukup. Bicara dengan Raka itu menguras emosi dan buang-buang waktu. Yang cowok itu ucapkan hanyalah ketidaksukaanya pada Satria saja. Menghasut dirinya untuk curiga. Mentari memilih pergi dari sana. Namun, baru berjalan tiga langkah, ia berhenti karena Raka berkata lagi.

‘’Lo tau kalo Satria ngerokok?’’

Mentari terdiam selama beberapa saat mendengar pertanyaan itu. Ia tidak tahu. Ia tidak pernah melihatnya.

“Nggak, ya.”

“Gue nggak pernah liat dia ngerokok,’’ balas Mentari akhirnya.

‘’Nah, gue pernah. Waktu kami masih temenan,’’ papar Raka.

Mentari berbalik menghadap cowok itu. ‘’Cuma waktu itu berarti. Udah lama, kan?’’

‘’Ya, dan lo nggak tau, sedangkan gue tau.’’

Mentari menggelengkan kepala. Dirinya rasa tentang Satria yang merokok itu tidak ada yang perlu dipermasalahkan. Satria tidak harus memberi tahunya semua hal, apalagi hal tersebut bukan sesuatu yang penting.

“Oke, udah ya, Ka. Makasih infonya.”

Mentari kembali berlalu dari sana. Kali ini Raka tidak menahannya. Ia memelankan langkah siapa tahu Raka akan berkata sesuatu lagi. Namun, tidak.

Sampai di luar perpustakaan, Mentari jadi terpikirkan sesuatu. Sebenarnya apa maksud Raka memberi tahunya tentang Satria itu? Apakah ada pesan tersirat yang ingin cowok itu sampaikan? Lalu Satria, apakah ada hal lain yang cowok itu sembunyikan? Mentari bingung … siapa yang patut ia curigai?

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
Similar Tags
Siapa tengah malam di sekolah?
563      333     3     
Horror
Malam minggu menjadi agenda wajib rombongan geng Kapur. Mereka biasanya duduk dicafe menyanyikan lagu dan menyeduk segelas kopi. Malam minggu berikutnya mereka mendatangi sekolahnya. Kata orang-orang sekolah itu angker dihuni oleh teman-teman sekolah yang meninggal. Enam pasangan yang seharusnya berpesta di cafe kini bermain dalam gelap dengan riasan yang pucat. Pekikkan suara mereka tak s...
ADITYA DAN RA
15040      2543     4     
Fan Fiction
jika semua orang dapat hidup setara, mungkin dinamika yang mengatasnamakan perselisihan tidak akan mungkin pernah terjadi. Dira, Adit, Marvin, Dita Mulailah lihat sahabatmu. Apakah kalian sama? Apakah tingkat kecerdasan kalian sama? Apakah dunia kalian sama? Apakah kebutuhan kalian sama? Apakah waktu lenggang kalian sama? Atau krisis ekonomi kalian sama? Tentu tidak...
Premium
Secret Love Story (Complete)
11069      1542     2     
Romance
Setiap gadis berharap kisah cinta yang romantis Dimana seorang pangeran tampan datang dalam hidupnya Dan membuatnya jatuh cinta seketika Berharap bahwa dirinya akan menjadi seperti cinderella Yang akan hidup bahagia bersama dengan pangerannya Itu kisah cinta yang terlalu sempurna Pernah aku menginginkannya Namun sesuatu yang seperti itu jauh dari jangkauanku Bukan karena t...
Campus Love Story
4732      1378     1     
Romance
Dua anak remaja, yang tiap hari bertengkar tanpa alasan hingga dipanggil sebagai pasangan drama. Awal sebab Henan yang mempermasalahkan cara Gina makan bubur ayam, beranjak menjadi lebih sering bertemu karena boneka koleksi kesukaannya yang hilang ada pada gadis itu. Berangkat ke kampus bersama sebagai bentuk terima kasih, malah merambat menjadi ingin menjalin kasih. Lantas, semulus apa perjal...
Cinta untuk Yasmine
1461      650     17     
Romance
Yasmine sama sekali tidak menyangka kehidupannya akan jungkir balik dalam waktu setengah jam. Ia yang seharusnya menjadi saksi pernikahan sang kakak justru berakhir menjadi mempelai perempuan. Itu semua terjadi karena Elea memilih untuk kabur di hari bahagianya bersama Adam. Impian membangun rumah tangga penuh cinta pun harus kandas. Laki-laki yang seharusnya menjadi kakak ipar, kini telah sah...
Stuck In Memories
12658      2117     16     
Romance
Cinta tidak akan menjanjikanmu untuk mampu hidup bersama. Tapi dengan mencintai kau akan mengerti alasan untuk menghidupi satu sama lain.
Novel Andre Jatmiko
7604      1704     3     
Romance
Nita Anggraini seorang siswi XII ingin menjadi seorang penulis terkenal. Suatu hari dia menulis novel tentang masa lalu yang menceritakan kisahnya dengan Andre Jatmiko. Saat dia sedang asik menulis, seorang pembaca online bernama Miko1998, mereka berbalas pesan yang berakhir dengan sebuah tantangan ala Loro Jonggrang dari Nita untuk Miko, tantangan yang berakhir dengan kekalahan Nita. Sesudah ...
CLBK: Cinta Lama Belum Kelar
4219      1059     20     
Romance
Tentang Edrea Lovata, yang masih terjebak cinta untuk Kaviar Putra Liandra, mantan kekasihnya semasa SMA yang masih belum padam. Keduanya dipertemukan kembali sebagai mahasiswa di fakultas yang sama. Satu tahun berlalu dengan begitu berat sejak mereka putus. Tampaknya, Semesta masih enggan untuk berhenti mempermainkan Rea. Kavi memang kembali muncul di hadapannya. Namun, dia tidak sendiri, ada...
Dialog Tanpa Kata
8812      3149     19     
Romance
Rasi mencintai Sea dalam diam Hingga suatu hari Sea malah dinikahi oleh Nolan kakak dari Rasi Namun pernikahan Sea dan Nolan yang terlihat aneh Membuat Rasi bebas masuk ke kehidupan Sea Bahkan selalu menjadi orang pertama saat Sea membutuhkan bantuan Akankah Sea berpaling pada Rasi atau lagilagi perasaan Rasi hanya sebuah dialog dalam hati yang tak akan pernah terucap lewat kata Sea pada Rasi Ras...
Who Is My Husband?
12864      2409     6     
Romance
Mempunyai 4 kepribadian berbeda setelah kecelakaan?? Bagaimana jadinya tuh?! Namaku.....aku tidak yakin siapa diriku. Tapi, bisakah kamu menebak siapa suamiku dari ke empat sahabatku??