Read More >>"> Gurun Pujaan Hujan (Bukan Kesalahan di Masa Lalu (Bagian 1)) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Gurun Pujaan Hujan
MENU
About Us  

Penampilan Nara memang sedikit berubah, namun tidak dengan suasananya. Aku memilih bangku bus paling belakang supaya bisa mengamati kursi-kursi yang diduduki penumpang lain sesuka hatiku.

Angin yang masuk ke sela-sela jendela membelai wajah, rambut dan telinga, membuatku tidak menghiraukan suasana sekitar yang berisik dan berjubel. Kiranya kepentingan manusia di jam-jam ini tengah membutuhkan mobilitas yang sama pentingnya.

Aku masih sangat hafal jalan ke rumah Pak Bah. Semenjak aktif kuliah dan menjadi Arkeolog, aku sudah sangat jarang mengunjungi beliau. Tentu saja karena banyak hal yang harus dilakukan. Tugas kuliah dan pekerjaan seolah mencekikku setiap hari dan sulit berbaik hati untuk memberikan waktu luang barang sehari saja.

Dulu, atau mungkin tepatnya empat tahun yang lalu, aku mendapat beasiswa atas kerja sama dari Merpati Nusantara jasa ekspedisi tempatku bekerja, dengan kampus-kampus terbaik di negeri ini. Beruntungnya, aku didaftarkan oleh Mr. Arief dan berhasil lolos di empat tahap seleksi yang harus dilewati.

Mungkin keberhasilanku dalam menjalani seleksi tak luput dari pengaruh Mr. Arief sebagai komisaris di Merpati Nusantara, namun aku punya sedikit pembelaan bahwa di seleksi-seleksi yang ada, aku rasa aku bisa menyelesaikannya dengan baik dan nilai yang kudapat sangat layak apabila dibandingkan dengan peserta lain.

Ada dua jurusan di satu Universitas yang aku ambil saat itu. Namun aku diterima dipilihan kedua karena dipilihan pertama mengharuskan mahasiswanya tidak memiliki kelainan mata yaitu buta warna, sementara aku agak sedikit berurusan dengan warna biru dongker dan hitam. Aku rasa keduanya benar-benar sama. Di warna-warna lain yang hampir serupa pun aku sulit membedakannya.

Alhasil, diterima lah aku menjadi mahasiswa arkeolog dan lulus empat tahun kemudian dengan predikat lulusan terbaik dengan IPK nyaris sempurna. Sebuah kejadian yang sampai sekarang masih terasa seperti mimpi. Bagaimana tidak, waktu itu aku sudah dua tahun meninggalkan bangku sekolah, sangat banyak pelajaran SMA yang sudah aku lupa.

Belum lagi semasa kuliah aku juga bekerja sebagai tangan kanan Mr. Arief yang super sibuk, sampai-sampai aku sepertinya membutukan waktu 26 jam sehari agar pekerjaanku kelar dan istirahatku cukup. Tak jarang kantuk menyapa dan baru mulai tidur di jam-jam antara 2 sampai 3 pagi, untuk kemudian bangun subuh dan kembali tidur lagi sampai jam 6 pagi.

Memang tidak sehat, tapi itulah usaha tidur terbaik yang bisa aku lakukan.

Banyak sekali waktu yang aku korbankan selama kuliah, aku tak banyak mempunyai teman sesama mahasiswa karena kegiatanku cenderung bertemu dan berhubungan dengan rekan atau kerabat kerja. Aku juga tidak mempunyai pacar, naksir tentu pernah.

Tapi usaha mendekatinya hanya berujung sia-sia karena aku tak bisa membawa cinta, kerja dan IPK agar maju bersama-sama. Perempuan itu bilang aku tak peka, minim pengertian dan semacamnya karena aku terlalu sibuk. Tapi memang kemungkinan besar hal itu benar.

~~~

Lima menit lagi aku sampai di persimpangan jalan menuju rumah Pak Bah. Aku benar-benar tidak bisa melupakan apa yang pernah terjadi di sepanjang jalan ini. Kisah-kisah yang pernah terjadi dulu seolah tercitra kembali dalam pikiranku seperti roll film yang diputar mundur. Aku tumbuh karena perjalanan-perjalanan ini.

Seperti biasa, Pak Bah menjamuku di teras rumah tempatnya mereparasi barang-barang dengan berbagai keluhan. Beliau benar-benar tidak berubah. Tatap mata dan gerak tubuhnya tetap sama, teduh dan tenang.

Sudah bisa ditebak, hal yang beliau tanyakan pertama kali adalah si matahari terbit yaitu Zahwa. Saudara kembarku. Aku jawab sebisa dan seadanya, seperti yang telah kejelaskan di awal, tak banyak yang aku tahu tentangnya.

“Sena akan menikah dua bulan lagi, dengan seorang mualaf dari negeri tetangga.” Sena adalah putri beliau satu-satunya. Entah apa yang membuat Pak Bah merasa perlu mengabariku tentang hal itu. Terus terang pernyataan tadi menimbulkan banyak pertanyaan dalam diriku seputar mengapa dan bagaimana bisa yang urung aku tanyakan.

Kadang, memutuskan untuk tetap tidak tahu adalah hal yang cukup baik, karena beberapa ‘kenyataan’ yang tidak dibutuhkan memang tidak seharusnya mendapat atensi lebih dari hati dan pikiran kita. Setiap orang punya masa lalu untuk sampai di masa sekarang.

Aku berusaha tersenyum, mencoba biasa saja dan turut bahagia. Mau bagaimana pun kita memang tidak bisa mengajak semua tokoh untuk terus ada dan hadir dalam setiap kisah yang akan kita ciptakan. Biarkan ia pergi dengan kisahnya sendiri, ikhlaskan setiap kepergian dan persilahkan peran pengganti untuk hadir pada kisah baru ini.

“Bagaimana asam uratnya, Pak Bah? Apa masih suka kumat-kumatan?” Aku mencoba menggunakan skill banting stirku untuk mengubah topik pembicaraan.

“Masih betah, aku jadi harus menjaga makananku. Ini tidak boleh, itu tidak boleh. Aku seperti tahanan terselubung kalau urusan makanan.” Kami berdua tertawa.

Aku dipersilahkan untuk memegang mesin-mesin rusak yang tengah beliau perbaiki, beberapa tv tabung yang sudah sejak jaman dulu, ternyata masih ada. Mungkin sekarang orang-orang sudah tidak butuh barang seperti itu, mereka telah berpindah ke tv layar tipis. Aku juga sempat diajak ke sawah dan melihat peliharaan beliau yang baru ia rawat dua bulan ini.

Peliharaan itu adalah si makhluk bawah air yang senang makan apa saja, ikan, “Aku malas menunggu mereka dewasa, jadi aku beli saja ikan yang sudah besar-besar.” Ucap Pak Bah sambil benebar pakan yang disambut riuh, ramai dan gembira oleh ikan-ikan dalam kolam.

“Kau sengaja mau ke sini atau ada kepentingan yang membawamu, Nadif?”

“Sengaja, Pak. Memang mau main, sudah lama sekali tidak berkunjung”

“Baguslah, aku tahu sekarang kau sudah jadi orang yang produktif. Aku tak bisa serta merta memintamu untuk mengunjungiku tiba-tiba seperti dulu.”

Aku tersenyum lagi, tentu saja Pak Bah muda berkali-kali lipat lebih sibuk dari aku.

“Menginaplah, jika waktumu luang.”

Bagiku, Pak Bah sudah seperti ayah sendiri. Banyak jalan-jalan yang ia ciptakan untuk memudahkan jalanku. Tak sukar baginya mengajariku keterampilan-keterampilan yang tidak ia ajarkan pada orang lain.

Didepan kami tungku api tengah menyala dengan nyala yang medium membuat udara terasa lebih hangat. Beberapa saat yang lalu hujan turun tiba-tiba, mengganggu seluruh kegiatan makhluk hidup di seluruh jagat Nara. Petani jagung buru-buru mengemas gabahnya. Ibu-ibu kalang kabut menarik jemuran dari halaman rumah, tak rela bajunya kembali basah.

Mungkin salah satu yang tetap tabah adalah Laba-laba, terlihat pasrah menerima setiap rintik yang turun dan mengganggu jaring-jaringnya yang saling kait-mengait menjadi rusak karena tak sanggup menampung rintiknya yang besar, rapat dan tidak kira-kira.

“Mungkin lain waktu, Pak Bah. Aku mau sekalian ke rumah Mr. Arief, sekedar silaturahmi dan mengucapkan terima kasih. Sudah hampir tiga bulan ini aku berhenti bekerja dengan beliau…”

“Arief? Kebetulan sekali ia mau kemari nanti malam dengan Leo juga. Dua bapak-bapak itu sepertinya tengah membutuhkanku untuk menangani sesuatu.”

How do you feel about this chapter?

1 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Love Arrow
376      243     2     
Short Story
Kanya pikir dia menemukan sahabat, tapi ternyata Zuan adalah dia yang berusaha mendekat karena terpanah hatinya oleh Kanya.
Kutunggu Kau di Umur 27
3321      1580     2     
Romance
"Nanti kalau kamu udah umur 27 dan nggak tahu mau nikah sama siapa. Hubungi aku, ya.” Pesan Irish ketika berumur dua puluh dua tahun. “Udah siap buat nikah? Sekarang aku udah 27 tahun nih!” Notifikasi DM instagram Irish dari Aksara ketika berumur dua puluh tujuh tahun. Irish harus menepati janjinya, bukan? Tapi bagaimana jika sebenarnya Irish tidak pernah berharap menikah dengan Aks...
SI IKAN PAUS YANG MENYIMPAN SAMPAH DALAM PERUTNYA (Sudah Terbit / Open PO)
4030      1532     8     
Inspirational
(Keluarga/romansa) Ibuk menyuruhku selalu mengalah demi si Bungsu, menentang usaha makananku, sampai memaksaku melepas kisah percintaan pertamaku demi Kak Mala. Lama-lama, aku menjelma menjadi ikan paus yang meraup semua sampah uneg-uneg tanpa bisa aku keluarkan dengan bebas. Aku khawatir, semua sampah itu bakal meledak, bak perut ikan paus mati yang pecah di tengah laut. Apa aku ma...
The Hallway at Night
3754      1921     2     
Fantasy
Joanne tak pernah menduga bahwa mimpi akan menyeretnya ke dalam lebih banyak pembelajaran tentang orang lain serta tempat ia mendapati jantungnya terus berdebar di sebelah lelaki yang tak pernah ia ingat namanya itu Kalau mimpi ternyata semanis itu kenapa kehidupan manusia malah berbanding terbalik
Premium
GUGUR
3481      1677     9     
Romance
Ketika harapan, keinginan, dan penantian yang harus terpaksa gugur karena takdir semesta. Dipertemukan oleh Kamal adalah suatu hal yang Eira syukuri, lantaran ia tak pernah mendapat peran ayah di kehidupannya. Eira dan Kamal jatuh dua kali; cinta, dan suatu kebenaran yang menentang takdir mereka untuk bersatu. 2023 © Hawa Eve
Love is Possible
104      98     0     
Romance
Pancaroka Divyan Atmajaya, cowok angkuh, tak taat aturan, suka membangkang. Hobinya membuat Alisya kesal. Cukup untuk menggambarkan sosok yang satu ini. Rayleight Daryan Atmajaya, sosok tampan yang merupakan anak tengah yang paling penurut, pintar, dan sosok kakak yang baik untuk adik kembarnya. Ryansa Alisya Atmajaya, tuan putri satu ini hidupnya sangat sempurna melebihi hidup dua kakaknya. Su...
Buku Harian
614      381     1     
True Story
Kenapa setiap awal harus ada akhir? Begitu pula dengan kisah hidup. Setiap kisah memiliki awal dan akhir yang berbeda pada setiap manusia. Ada yang berakhir manis, ada pula yang berakhir tragis. Lalu bagaimanakah dengan kisah ini?
Salted Caramel Machiato
9048      3721     0     
Romance
Dion seorang mahasiswa merangkap menjadi pemain gitar dan penyanyi kafe bertemu dengan Helene seorang pekerja kantoran di kafe tempat Dion bekerja Mereka jatuh cinta Namun orang tua Helene menentang hubungan mereka karena jarak usia dan status sosial Apakah mereka bisa mengatasi semua itu
Peri Untuk Ale
3626      1887     1     
Romance
Semakin nyaman rumah lo semakin lo paham kalau tempat terbaik itu pulang
Di Antara Mereka
3730      1655     3     
Romance
Mengisahkan seorang cewek dan cowok yang telah lama bersahabat Mereka bernana Gio dan Mita Persahabatan mereka di tahun ke dua tidaklah mudah Banyak likaliku yang terjadi hingga menyakiti hati Keduanya sempat saling menjauh karena suatu keterpaksaan Gio terpaksa menjauhi Mita karena sang Ibu telah memilihkan kekasih untuknya Karena itu Mita pun menjauhi Gio. Gio tak dapat menerima kenyataan itu d...