Loading...
Logo TinLit
Read Story - Samudra di Antara Kita
MENU
About Us  

              Seumur hidup aku belum pernah melihat begitu banyak anjing di satu tempat! Tempat itu adalah toko hewan peliharaan yang juga menjual berbagai benda yang berhubungan dengan hewan peliharaan. Di tempat parkir mereka yang luas, ada begitu banyak bak plastik besar dan kecil dan banyak anjing dan pemilik mereka sedang mengantre. Sebuah spanduk besar bertuliskan “Mandi Gratis! Khusus untuk Anjing!” digantung di pintu masuk dan poster dan brosur produk Shampet tertempel di mana-mana.

              Justin memarkir mobilnya di dekat sana dan begitu kami memasuki tempat itu, seorang pria mendekati Justin.

              “Lancar?” tanya Justin.

              “Lancar, Pak. Lebih ramai dari yang kita perkirakan,” katanya.

              “Ini Anna, dari Goodlife. Anna, ini Didi, pengawasku,” kata Justin memperkenalkan diriku pada pegawainya.

              “Terima kasih sudah menyeponsori event ini, Bu,” katanya.

              “Te.. terima kasih kembali,” kataku walau aku tidak merasa patut menerima ucapan terima kasih itu karena aku bahkan tidak tau acara ini ada sampai setengah jam yang lalu.   “Sebelah sini, Pak,”kata pria itu, mengarahkan diriku dan Justin untuk mengikutinya. Ia menunjukkan sebuah tempat memandikan anjing lengkap dengan tub plastik, selang air, berbotol-botol Shampet dan tempat kecil berisi makanan anjing. Aku memandang Justin tidak percaya.

              “Kita mulai sekarang?” tanya Justin padaku.  Aku memandangnya tidak percaya.

              “Maksudmu... aku kau ajak ke sini untuk memandingkan anjing?” tanyaku.

              “Yah, lihat saja antrean panjang itu. Kita harus membantu, bukan?” tanyanya sambil mengedipkan sebelah matanya.

              “Oh, kau sendiri juga akan membantu?” tanyaku sambil memandangi dirinya. Ia mengenakan kemeja designer yang kutahu pasti mahal. Dan ia tipe pria yang selalu membawa sapu tangan. Aku melihatnya mengeluarkannya beberapa kali untuk menyeka keningnya hari ini. Aku benar-benar tidak dapat membayangkan dirinya memandikan seekor anjing. Tapi ia sudah mulai menggulung lengan kemejanya.

              “Tentu saja. Mana mungkin aku akan membiarkan dirimu melakukan ini sendirian?” tanyanya. Dan ia tersenyum padaku seolah menantang apakah aku dapat melakukan hal ini. Tentu saja aku bisa. Anjing pertamaku kudapat saat aku berusia dua tahun. Dan suatu waktu bahkan pernah ada sembilan anjing yang dipelihara bersamaan di rumahku. Jadi aku oke-oke saja dengan semua anjing-anjing ini. “Jika ini ...terlalu berat untukmu, kau bisa menunggu di mobil,” katanya.

              “Panggilkan anjing pertama kami,” kataku pada Didi. Ia tersenyum dan melambai pada salah satu petugasnya. Tak lama kemudian seekor pug datang ke area kami. Pemiliknya seorang wanita paroh baya kurus mengenakan kacamata.

              “Loli agak pemalu,” katanya. Aku mengambil sebuah makanan anjing dari dalam tempatnya dan berlutut untuk membiarkan Loli makan dari tanganku. Setelah itu Loli membiarkan diriku menggaruk belakang telinganya. Aku bermain dengannya sebentar dan memberinya beberapa cemilan lagi. Sewaktu aku meraih selang air, ia sudah percaya padaku seolah aku adalah pemiliknya. Ia bahkan membiarkan pemiliknya menunggu di area tunggu supaya tidak ikut basah. Loli anjing yang mungil jadi aku sebenarnya tidak membutuhkan bantuan Justin. Tapi ia memaksa menuangkan Shampet.

              “Hanya ingin memastikan kau tidak menuang terlalu banyak. Kita tidak boleh membuang-buang barang berharga ini,” katanya seolah ia sedang memegang emas cair. Aku tertawa sambil memutar bola mataku.

              “Katamu tadi ini semua kedaluarsa,” kataku.

              “Kita berdua tahu bahwa shampo, sabun dan barang sejenisnya tidak pernah kedaluarsa,” katanya. Aku kaget dia tahu itu. Aku tentu tahu karena aku anak dari pemilik pabrik benda-benda ini. Peraturan memang memaksa kami menuliskan tanggal kedaluarsa demi melindungi konsumen. Tapi dia toh memang anak distributor benda-benda ini. Jadi memang harusnya dia tahu juga.

              Setelah Loli kami mendapatkan Bon, anjing labrador yang besarnya setengah diriku. Kali ini Justin sangat membantu. Dan setelah lima anjing lainnya, kami berdua basah kuyub. Tapi harus kuakui, sejak aku pulang, aku belum pernah sesenang ini, dan itu tadi kurun waktu terlama yang berlalu tanpa aku memikirkan Dayton.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • mprilla

    One of my favorite authors / writers

    Comment on chapter opening page
Similar Tags
Photobox
5591      1403     3     
Romance
"Bulan sama Langit itu emang bersama, tapi inget masih ada bintang yang selalu ada." Sebuah jaket berwarna biru laut ditemukan oleh Langit di perpustakaan saat dia hendak belajar, dengan terpaksa karena penjaga perpustakaan yang entah hilang ke mana dan Langit takut jaket itu malah hilang, akhirnya dia mempostingnya di media sosialnya menanyakan siapa pemilik jaket itu. Jaket itu milik Bul...
The Legend of the Primrose Maiden
909      475     1     
Fantasy
Cinta dan kasih sayang, dua hal yang diinginkan makhluk hidup. Takdir memiliki jalannya masing-masing sehingga semua orang belum tentu bisa merasakannya. Ailenn Graciousxard, salah satu gadis yang tidak beruntung. Ia memiliki ambisi untuk bisa mendapatkan perhatian keluarganya, tetapi selalu gagal dan berakhir menyedihkan. Semua orang mengatakan ia tidak pantas menjadi Putri dari Duke Gra...
Lalu, Bagaimana Caraku Percaya?
128      97     0     
Inspirational
Luluk, si paling alpha women mengalami syndrome trust issue semenjak kecil, kini harus di hadapkan pada kenyataan sistem kehidupaan. Usia dan celaan tentangga dan saudara makin memaksanya untuk segera percaya bahwa kehidupannya segera dimulai. "Lalu, bagaiamana caraku percaya masa depanku kepada manusia baru ini, andai saja jika pilihan untuk tak berkomitmen itu hal wajar?" kata luluk Masal...
SURGA DALAM SEBOTOL VODKA
8413      1847     6     
Romance
Dari jaman dulu hingga sekarang, posisi sebagai anak masih kerap kali terjepit. Di satu sisi, anak harus mengikuti kemauan orang tua jikalau tak mau dianggap durhaka. Di sisi lain, anak juga memiliki keinginannya sendiri sesuai dengan tingkat perkembangan usianya. Lalu bagaimanakah jika keinginan anak dan orang tua saling bertentangan? Terlahir di tengah keluarga yang kaya raya tak membuat Rev...
Hujan
130      112     0     
Romance
Test
Gue Mau Hidup Lagi
392      253     2     
Short Story
Bukan kisah pilu Diandra yang dua kali gagal bercinta. Bukan kisah manisnya setelah bangkit dari patah hati. Lirik kesamping, ada sosok bernama Rima yang sibuk mencari sesosok lain. Bisakah ia hidup lagi?
Antara Depok dan Jatinangor
317      211     2     
Romance
"Kan waktu SMP aku pernah cerita kalau aku mau jadi PNS," katanya memulai. "Iya. Terus?" tanya Maria. Kevin menyodorkan iphone-nya ke arah Maria. "Nih baca," katanya. Kementrian Dalam Negeri Institut Pemerintahan Dalam Negeri Maria terperangah beberapa detik. Sejak kapan Kevin mendaftar ke IPDN? PrajaIPDN!Kevin × MahasiswiUI!Maria
(Un)Dead
776      399     0     
Fan Fiction
"Wanita itu tidak mati biarpun ususnya terburai dan pria tadi一yang tubuhnya dilalap api一juga seperti itu," tukas Taehyung. Jungkook mengangguk setuju. "Mereka seperti tidak mereka sakit. Dan anehnya lagi, kenapa mereka mencoba menyerang kita?" "Oh ya ampun," kata Taehyung, seperti baru menyadari sesuatu. "Kalau dugaanku benar, maka kita sedang dalam bahaya besar." "...
Aku Mau
10932      2062     3     
Romance
Aku mau, Aku mau kamu jangan sedih, berhenti menangis, dan coba untuk tersenyum. Aku mau untuk memainkan gitar dan bernyanyi setiap hari untuk menghibur hatimu. Aku mau menemanimu selamanya jika itu dapat membuatmu kembali tersenyum. Aku mau berteriak hingga menggema di seluruh sudut rumah agar kamu tidak takut dengan sunyi lagi. Aku mau melakukannya, baik kamu minta ataupun tidak.
KILLOVE
4080      1315     0     
Action
Karena hutang yang menumpuk dari mendiang ayahnya dan demi kehidupan ibu dan adik perempuannya, ia rela menjadi mainan dari seorang mafia gila. 2 tahun yang telah ia lewati bagai neraka baginya, satu-satunya harapan ia untuk terus hidup adalah keluarganya. Berpikir bahwa ibu dan adiknya selamat dan menjalani hidup dengan baik dan bahagia, hanya menemukan bahwa selama ini semua penderitaannya l...