HAPPY READING !
Mon sendiri masih asik memakan pangsit saat menit menunjukkan angka lima. Artinya tinggal lima menit untuk menyelesaikan tantangan babak pertama ini. Dia sendiri bahkan tidak sadar bahwa kematian akan mendatanginya sebentar lagi. Kamalia sudah melipat tangannya di depan dada dan menunggu Mon sadar akan keberadaannya.
"Kamalia, makan dulu aja, gimana ?" tanya Lee menyodorkan mangkuk berisi mie yang masih panas Kamalia akhirnya setuju dan mengambil mangkok itu kemudian mengaduknya setelah kuah dari mie tersebut dituangkan.
Kamalia menyeruput mienya keras-keras sembari matanya tetap menatap ke arah Mon yang masih asik mengunyah pangsit-pangsit tersebut, tidak menyangka ajalnya sudah di depan mata.
"Lo yang ngajak dia ke sini?" Kamalia memastikan kembali sementara Lee hanya mengangguk pelan.
"Pantes." Kamalia menjawab dengan singkat kemudian meletakkan mangkuknya yang sudah bersih, entah sejak kapan mangkok itu kosong.
"Tetapi, Mon katanya memang suka pangsit jadi gue ngajak ke sini." Lee memberikan pembelaan yang bahkan Kamalia tidak dengar, pandangan Kamalia masih menatap Mon yang terus melahap pangsit-pangsit tersebut.
Kamalia hanya menatap Mon dalam diam. Dia tidak mengamuk lagi, hanya menunggu Mon menyelesaikan perlombaan sembari meminta es teh dan semangkuk mie lagi, kini dengan pangsit satu porsi.
"Laper atau doyan?" tanya Lee sebenarnya ingin memberikan lelucon, agar tidak begitu canggung tapi dia lupa, Kamalia adalah Kamalia perempuan yang tidak bisa diajak bercanda, malah suasananya menjadi sangat canggung dan suram.
Akhirnya Lee menyerah, dia masuk ke dalam dapur dan meminta ayahnya untuk membuatkan pesanan Kamalia. Toh, nanti Kamalia akan membayarnya, jadi Lee tidak ada masalah dengan itu.
Setelah sekitar lima menit, pesanan kamalia diantarkan oleh Lee sendiri. Lee meletakkan mangkuk tersebut di meja dan tanpa mengembalikan nampannya, Lee duduk kembali di sebelah Kamalia tanpa mengajaknya bicara.
Tanpa mengucapkan apapun, Kamalia mengambil mangkuk pangsit tersebut dan mengunyah pangsit nya pelan-pelan karena dia yakin Mon masih lama untuk memenangkan lomba tersebut. Awalnya tadi Kamalia ingin menyeret Mon untuk pulang dan memarahi habis-habisan tetapi ketika melihat wajah Mon yang tampak senang niatnya urung.
Kamalia yang paling hebat di rumah itu, rumah legendaris atau lebih tepatnya tempat pelatihan untuk para legendaris yang didirikan oleh master Fu. Bagi Kamalia sendiri, rumah pelatihan itu adalah rumahnya karena dia sendiri tidak mempunyai rumah seperti Lee. Kalau boleh jujur, Kamalia iri tetapi dia tetap bersyukur karena ada master Lee yang mengangkatnya menjadi anak di sana dan mempercayakan semua urusan rumah dan anggota pelatihan kepadanya.
Dia dan Lee sangat berbeda, Kamalia harus berjuang untuk dirinya sendiri tanpa pegangan dari orang tua dan dukungan. Orang tua Kamalia bahkan tidak diketahui berada di mana sekarang, dia ditemukan di dekat pembuangan sampah yang tidak jauh dari rumah master Fu.
Saat umurnya sekitar sepuluh tahun, orang tua Kamalia memang kasar dan Kamalia selalu menjadi korbannya. Kondisi ekonomi mereka tidak baik, ayahnya penjudi dan ibunya pemabuk. Mereka sering cekcok dan tidak ada yang mau mengurusi Kamalia sama sekali. Bahkan Kamalia sempat akan dijual ke penjualan gelap walaupun akhirnya Kamalia bersembunyi di tempat sampah itu dan tertidur di sana.
"Bangunlah," ujar Master Fu waktu itu dengan jubah cokelat tuanya dia menatap ke arah Kamalia yang baru saja bangun dengan pakaian yang sudah diganti dan dimandikan. Kamalia dimandikan oleh ibu-ibu di sekitar sana, sementara Master Fu membelikan makanan untuk anak tersebut, sebuah nasi sayur dengan daging ayam di sana.
"Habiskan, lalu pergilah." Master Fu berucap kemudian berdiri setelah dirinya meletakkan makanan tersebut.
Kamalia kecil langsung berdiri dan menyusul Master Fu dan memeluk kakinya. "Jangan usir aku." Kamalia memeluk kaki master Fu dengan erat, meminta untuk tidak membuangnya kembali.
Master Fu terkejut mendapatkan perlakuan seperti itu "Pulanglah, orang tuamu pasti mencarimu." Master Fu berusaha melepaskan pelukan Kamalia kecil dengan tangannya, merasa kesal karena Kamalia enggan untuk melepaskannya.
"Tidak, mereka tidak mau aku. Aku mau di sini, aku bisa melakukan apapun. Aku akan berusaha." Kamalia berteriak dengan sungguh-sungguh, masih dengan memeluk kaki Master Fu disana.
Master Fu menghela napas kemudian menatap Kamalia yang juga sedang menatapnya. Master Fu kemudian meminta Kamalia untuk menghabiskan makanannya dan Master Fu akan mengajaknya ke suatu tempat.
Kamalia langsung melepaskan pelukannya dari kaki master Fu dan pergi untuk menghabiskan makanannya dengan cepat. Master Fu menatap Kamalia dengan prihatin, apa keputusannya sekarang tepat? Tetapi, Fu tetap akan memberikan anak kecil itu kesempatan, walaupun Fu sendiri tidak yakin Kamalia akan bisa melewatinya atau tidak.
Kamalia sudah selesai makan dan Master Fu mengajaknya ke suatu tempat. Sebuah pintu besar yang Kamalia tidak pernah lihat sebelumnya. Master Fu membukanya dan tambah banyak alat tajam, boneka kayu yang berjejer dan api yang menyembur. Kamalia kecil menatapnya dengan perasaan campur aduk. Takut dan kagum rasanya menjadi satu, macam gado-gado.
"Apa ini master?" tanya Kamalia dengan penasaran sementara Master Fu menatap Kamalia dengan tatapan meremehkan.
"Kamu tau, aku adalah seorang master kungfu. Kamu hendak tinggal di rumahku, maka kamu harus bisa melakukan kungfu. Lewati tantangan ini, maka kamu akan lulus dan tinggal di sini." Master Fu sengaja, dia tidak mau menampung Kamalia di rumahnya, dirinya membayangkan Kamalia akan merusak rumahnya dan mencorat-coret temboknya, Fu tidak mau. Makanya dia memberikan tantangan yang susah untuk dihadapi oleh anak sekecil Kamalia.
"Aku akan memberikanmu waktu dua hari. Silahkan mencobanya, apabila kamu mati di tantangan ini. Aku tidak akan peduli." Master Fu yang kejam saat itu membuat Kamalia jujur saja takut, walaupun begitu ini lebih baik daripada harus kembali ke luar sana dan orang tuanya menemukannya lalu menjualnya kembali.
Master Fu duduk di pojok sana, menunggu Kamalia untuk memulai aksinya. Kamalia dengan ragu turun dan berjalan pelan, melewati boneka-boneka yang mendorongnya dengan keras, badannya kesakitan namun, tidak sesakit pukulan ayahnya.
"Kalau tidak kuat kamu bisa berhenti." Master Fu berbicara sementara Kamalia tidak mempedulikan ucapan Fu sama sekali, fokusnya sekarang adalah menyelesaikan keinginan Master Fu dan bisa hidup dengan nyaman.
Dalam hatinya, dia janji apapun yang Master Fu katakan dia akan melakukannya. Kamalia berhasil melewati boneka-boneka yang membuat punggungnya memar-memar kemerahan.
Selanjutnya, sebuah lubang di sana dengan anak panah yang secara random akan naik ke atas, mungkin kalau dirinya salah melangkah dia akan mati tertusuk di sini.
Kamalia menelan ludahnya, apa Kamalia bisa meneruskan ini?
***
Lanjut? Yes or No?