Loading...
Logo TinLit
Read Story - After Feeling
MENU
About Us  

Persekian menit, Kanaya selalu menatap jam dinding. Jiwa yang bersemangat itu tersebar lewat ekspresi wajahnya. Bukan tanpa alasan, hari ini dia ada janji bersama seseorang. Ya, janji sepihak. Walau dengan cara yang sedikit kampungan, tapi itu berhasil. Kemarin, Kanaya bahkan tidak membiarkan ponsel jauh darinya. Namun, hingga hari ini pun, Vincent tak membalas pesan yang ia kirimkan. Awalnya dia mengira bahwa pesannya tak terkirim, tapi pemberitahuannya sudah sangat jelas, laki-laki itu bahkan sudah membaca pesannya. Bersyukur hari ini Adelia tak kuliah, bahkan dia tak keberatan berjaga hingga malam. Lagi pula Mira juga akan datang nanti. Jadi, dia bisa pulang cepat hari ini.

Ini terasa mendebarkan, bahkan senyum samar itu selalu keluar saat Kanaya mengingat Vincent. Sambil membubuhkan pewarna bibir dan merapikan rambutnya, Kanaya berpikir apa yang sebaiknya mereka makan malam ini. Ya, untuk sebuah cinta, Kanaya bahkan berani memakai uang daruratnya. Tidak apa-apa, setidaknya, inilah perjuanganku.

Pukul empat lewat lima belas. Mira datang dengan senyum lebarnya yang seperti biasa. Kali ini dia memakai pakaian serba merah muda, terlihat persis seperti cosplay girl band.

Mira berjalan ke arah loker dan memperhatikan Kanaya, tatapan matanya seperti orang keheranan. “Kanaya, kau mau ke mana?” tanyanya. Mira mendekat, “kau berdandan? Tumben sekali.” Dia melanjutkan.

Kanya hanya tersenyum. “Aku ada urusan.”

“Urusan apa?”

Kanaya menoleh, di dalam kepalanya tebersit pertanyaan, kenapa gadis ini selalu ingin tahu tentangnya. “Aku ada kencan,” jawab Kanaya yang sontak membuat Mira terbelalak tak percaya.

***

Rambut cokelatnya tergerai bebas, jins hitam ketat dan sweter putih bergambar karakter anime kebanggaannya itu terpampang. Kanaya sedikit canggung saat menunggu Vincent di depan restoran tempat dia bekerja. Laki-laki itu tidak mengangkat teleponnya, bahkan tidak membalas pesannya. Kanaya sedikit merasa takut, mungkin kedatangannya ke sini akan sia-sia. Vincent mungkin tak berminat untuk pergi makan malam bersamanya. Dia mengecek ponselnya lagi, masih sama, tidak ada balasan apa pun. Kali ini, hatinya sedikit bergetar. Dia dilema, haruskah dia masuk saja, mengabaikan reaksi orang-orang dan tanpa ragu duduk hanya untuk menunggu Vincent? Ah, tapi saat dia memikirkannya lagi, ternyata dia masih memiliki sedikir rasa malu. Pada akhirnya dia memilih untuk menunggu sebentar lagi. “Ya, mungkin sebentar lagi.”

Kanaya menyebutkan kalimat itu setengah jam yang lalu. Saat dia menengadah ke atas, warna langit sudah kemerah-merahan, bahkan hampir gelap. Vincent sama sekali tak membalas pesannya. Kanaya tak mengatakan satu kata pun, dia mengangkat tubuhnya, beranjak dari tempat duduk yang berada di samping restoran. Langkah kakinya meragu, mungkin saja dia harus masuk dan mengecek sendiri. Namun, sedikit banyak dia menyadari, bahwa hanya dialah yang bersemangat hari ini. Kanaya memandang kakinya yang dilapisi dengan sepatu kets putih, lalu ia terkekeh pelan. “Kenapa aku jadi tak tahu diri seperti ini. Konyol sekali,” umpatnya pelan.

Percuma saja, tidak ada yang harus disalahkan, ini semua tentang ekspektasi yang terlalu tinggi. Kanaya itu tak pernah menyukai laki-laki terlebih dulu, jadi dia sedikit asing dengan rasanya di tolak. Kanaya memanyunkan bibir, dia melirik sekilas, tapi Vincent tetap tak terlihat. Kemudian, setelah beberapa kali berpikir, dia memutuskan untuk pulang adalah yang terbaik. Mungkin bukan hari ini, tapi, tetap saja kecewa itu membuat perasaan tidak nyaman. Cuaca semakin dingin, seakan menampar keras Kanaya yang terdiam. Mungkin Adelia benar, Kanaya bukanlah seleranya.

Tanpa berhenti sedikit pun, langkah gadis itu kian menjauh, wajahnya yang semula girang lambat laun mulai mengecut. Ada saatnya kening itu mengernyit, dia ingat bagaimana dia berkata pada Mira bahwa dia akan berkencan, dengan percaya diri pula. Jika Mira tahu hal ini, gadis itu pasti akan tertawa terbahak-bahak.

Kanaya menghela napas kasar, menatap getir layar ponsel untuk memesan ojek online. Suasananya terlalu ramai, hingga banyaknya suara membuat telinga Kanaya berdengung. Ilusi layaknya suara-suara itu memanggil namanya pun tak terelakkan. Kemudian, suara langkah kaki berderu hebat, Kanaya dapat merasakan, suara itu mengarah padanya, tepat di belakangnya. Jantung gadis itu berdebar, apakah seseorang sedang mengincar dirinya? Tidak, di sini kan ramai. Kanaya terkejut, seseorang memegang pundaknya dengan kuat dari belakang. Sontak gadis itu menoleh dan bergerak mundur. Netranya membulat tatkala melihat pemandangan di depannya. Keringat yang menetes dari rambut dan dahi laki-laki itu mengalir, membasahi kelopak mata dan pipinya. Napasnya tersengal, mungkin dia sudah berlari lumayan jauh. Ada kepanikan pada ekspresi wajahnya. Dia menunduk, tangannya bertumpu pada kedua lututnya. Kanaya hanya diam membiarkan orang itu mengatur napasnya lebih dulu. Kemeja putihnya basah karena keringat, wajahnya yang panik itu pun jadi sedikit mengilap.

“Kau ... jalannya cepat sekali,” ujarnya masih setengah tersengal.

“Kau berlari ... mengejarku?”

Laki-laki itu menegakkan badan, dia berkacak pinggang, sesekali ia mengusap keringat pada wajahnya. “Ya, aku sudah memanggilmu berkali-kali, tapi kau tak mendengarnya. Kau ada masalah pada telinga, ya?”

Kali ini kebingungan itu telah berubah menjadi rasa senang. Sudut bibir Kanaya terangkat. Dia tertawa pelan. “Kupikir kau tak akan menemuiku hari ini.”

Vincent mengembuskan napasnya. Kini, napasnya sudah lebih teratur, hanya jantungnya yang masih berdegup kencang. “Aku ... sedang banyak pelanggan tadi, jadi aku keluar sedikit terlambat.”

***

Di sini berisik, tidak, suara debaran jantunglah yang membuat telinga Kanaya berdengung. Gadis itu mengulum senyum, walau terkesan diabaikan oleh lelaki yang tengah duduk berhadapan dengannya. Di otaknya merekam berbagai hal yang mungkin akan terjadi malam ini. Suara sendok berdenting sesekali, tapi tak ada suara kunyahan yang terdengar, selain suara kerupuk yang menggiurkan. Vincent makan dengan sangat tenang, kedua matanya tak pernah menyorot Kanaya, tapi juga tak menyorot ponsel seperti beberapa pasangan di sana.

Menu makan malam mereka hanya nasi goreng spesial dengan campuran seafood. Sangat enak dan terlihat menakjubkan saat pertama kali dihidangkan. Tapi, Vincent tentu tak sebanding dengan sepiring nasi goreng, walau sudah ada kata spesial sekali pun.

Tidak banyak yang bisa mereka bicarakan, selain kosakata yang tak bermakna. Itu karena Vincent tak banyak bicara. Lelaki itu bahkan hampir tak pernah memandang Kanaya selama setengah jam ini. Desir angin yang berasal dari kipas besi di ruangan itu pun menyapu pikiran Kanaya, berpikir cepat agar dia tak kehabisan kata-kata. Untuk beberapa saat dia terlihat kesal, kenapa dia harus bersusah payah hingga seperti ini, jika bukan karena hatinya yang berlabuh pada Vincent, tentu saja hal-hal merepotkan ini tak akan pernah ia lakukan. Kanaya menyedot es teh yang masih tersisa setengah gelas, tenggorokkannya mulai kering.

Dia ini benar-benar, ya. Bukankah harusnya laki-laki yang sibuk berpikir untuk memulai percakapan. Dan sekarang, malah aku yang kebingungan mau berbicara apa lagi dengannya.

 

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Alumni Hati
558      255     0     
Romance
SINOPSIS Alumni Hati: Suatu Saat Bisa Reuni Kembali Alumni Hati adalah kisah tentang cinta yang pernah tumbuh, tapi tak sempat mekar. Tentang hubungan yang berani dimulai, namun terlalu takut untuk diberi nama. Waktu berjalan, jarak meluas, dan rahasia-rahasia yang dahulu dikubur kini mulai terangkat satu per satu. Di balik pekerjaan, tanggung jawab, dan dunia profesional yang kaku, ada g...
Bumi yang Dihujani Rindu
8346      2466     3     
Romance
Sinopsis . Kiara, gadis bermata biru pemilik darah Rusia Aceh tengah dilanda bahagia. Sofyan, teman sekampusnya di University of Saskatchewan, kini menjawab rasa rindu yang selama ini diimpikannya untuk menjalin sebuah ikatan cinta. Tak ada lagi yang menghalangi keduanya. Om Thimoty, ayah Kiara, yang semula tak bisa menerima kenyataan pahit bahwa putri semata wayangnya menjelma menjadi seorang ...
Untuk Takdir dan Kehidupan Yang Seolah Mengancam
796      536     0     
Romance
Untuk takdir dan kehidupan yang seolah mengancam. Aku berdiri, tegak menatap ke arah langit yang awalnya biru lalu jadi kelabu. Ini kehidupanku, yang Tuhan berikan padaku, bukan, bukan diberikan tetapi dititipkan. Aku tahu. Juga, warna kelabu yang kau selipkan pada setiap langkah yang kuambil. Di balik gorden yang tadinya aku kira emas, ternyata lebih gelap dari perunggu. Afeksi yang kautuju...
Something about Destiny
172      147     1     
Romance
Devan Julio Widarta yang selalu dikenal Sherin sebagai suami yang dingin dan kurang berperasaan itu tiba-tiba berubah menjadi begitu perhatian dan bahkan mempersiapkan kencan untuk mereka berdua. Sherin Adinta Dikara, seorang wanita muda yang melepas status lajangnya pada umur 25 tahun itu pun merasa sangat heran. Tapi disisi lain, begitu senang. Dia merasa mungkin akhirnya tiba saat dia bisa mer...
Who are You?
1425      641     9     
Science Fiction
Menjadi mahasiswa di Fakultas Kesehatan? Terdengar keren, tapi bagaimana jadinya jika tiba-tiba tanpa proses, pengetahuan, dan pengalaman, orang awam menangani kasus-kasus medis?
Jelita's Brownies
4353      1640     11     
Romance
Dulu, Ayahku bilang brownies ketan hitam adalah resep pertama Almarhum Nenek. Aku sangat hapal resep ini diluar kepala. Tetapi Ibuku sangat tidak suka jika aku membuat brownies. Aku pernah punya daun yang aku keringkan. Daun itu berisi tulisan resep kue-kue Nenek. Aku sadar menulis resep di atas daun kering terlihat aneh, tetapi itu menjadi sebuah pengingat antara Aku dan Nenek. Hanya saja Ib...
Mawar Milik Siska
549      302     2     
Short Story
Bulan masih Januari saat ada pesan masuk di sosial media Siska. Happy valentine's day, Siska! Siska pikir mungkin orang aneh, atau temannya yang iseng, sebelum serangkaian teror datang menghantui Siska. Sebuah teror yang berasal dari masa lalu.
Dessert
1065      560     2     
Romance
Bagi Daisy perselingkuhan adalah kesalahan mutlak tak termaafkan. Dia mengutuk siapapun yang melakukannya. Termasuk jika kekasihnya Rama melakukan penghianatan. Namun dia tidak pernah menyadari bahwa sang editor yang lugas dan pandai berteman justru berpotensi merusak hubungannya. Bagaimana jika sebuah penghianatan tanpa Daisy sadari sedang dia lakukan. Apakah hubungannya dengan Rama akan terus b...
Teilzeit
1988      499     1     
Mystery
Keola Niscala dan Kalea Nirbita, dua manusia beda dimensi yang tak pernah bersinggungan di depan layar, tapi menjadi tim simbiosis mutualisme di balik layar bersama dengan Cinta. Siapa sangka, tim yang mereka sebut Teilzeit itu mendapatkan sebuah pesan aneh dari Zero yang menginginkan seseorang untuk dihilangkan dari dunia, dan orang yang diincar itu adalah Tyaga Bahagi Avarel--si Pangeran sek...
Secret Elegi
4389      1294     1     
Fan Fiction
Mereka tidak pernah menginginkan ikatan itu, namun kesepakatan diantar dua keluarga membuat keduanya mau tidak mau harus menjalaninya. Aiden berpikir mungkin perjodohan ini merupakan kesempatan kedua baginya untuk memperbaiki kesalahan di masa lalu. Menggunakan identitasnya sebagai tunangan untuk memperbaiki kembali hubungan mereka yang sempat hancur. Tapi Eun Ji bukanlah gadis 5 tahun yang l...