Sinopsis
.
Kiara, gadis bermata biru pemilik darah Rusia Aceh tengah dilanda bahagia. Sofyan, teman sekampusnya di University of Saskatchewan, kini menjawab rasa rindu yang selama ini diimpikannya untuk menjalin sebuah ikatan cinta. Tak ada lagi yang menghalangi keduanya. Om Thimoty, ayah Kiara, yang semula tak bisa menerima kenyataan pahit bahwa putri semata wayangnya menjelma menjadi seorang Muslimah, kini hanya bisa pasrah. Perlahan mengiklaskan Kiara yang memilih Islam sebagai jalan hidupnya. Termasuk pilihan Kiara yang telah menjatuhkan hatinya untuk Sofyan, pemuda Teluk Kuantan yang kelak akan menjadi pendamping hidupnya.

Tinggal selangkah lagi, Sofyan dan Kiara akan menjejakkan cintanya, yaitu restu dari Emak. Meski menikah bagi seorang lelaki tak memerlukan wali, tapi Sofyan mesti mendapatkan restu dari Emak. Hanya dengan restu Emaknya sajalah Sofyan akan mengarungi biduk cinta.

Namun, rencana Sofyan menikahi gadis pujaannya itu tak semulus rencana. Emak meminta agar Sofyan menikah HANYA dengan gadis dari tanah kelahirannya. Emak tak ingin memiliki menantu dari negeri seberang. Sebab perbedaan budaya begitu jauh terbentang.

Sofyan harus memutuskan pilihan. Memilih satu di antara dua pilihan di hadapannya, Emak atau Kiara. Sebuah pilihan yang akan membuat salah satu dari dua hati terluka.

Sofyan sadar, bahwa keputusanya itu tak mungkin bisa menyenangkan hati duanya.

Bagi Sofyan setiap nasihat Emak adalah selalu yang terbaik. Menjalankan nasihatnya adalah salah satu bentuk bakti yang merupakan perbuatan takwa. Sementara itu menyelisihi perintahnya termasuk perbuatan durhaka. Sebagai anak maka sudah menjadi kewajiban Sofyan untuk taat kepada Emak dalam segala hal kecuali dalam perkara maksiat. Nasihat Nabi tentang empat perkara memilih wanita mestinya tidak membuat kita menutup mata tentang perkara yang tak kalah pentingnya, rida orang tua.

Meski dengan hati berat, akhirnya Sofyan memilih menuruti nasihat Emak dan meninggalkan Kiara.